Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

  • Mungkin tidak semengerikan ini perjalan saya

    Cobalah mengklik gambar ini, karena saya akan memberikan salam perkenalan pada anda.

  • KISAH CINTA TERBAIK BERSAMA ADITYA

    Sejauh aku memutuskan untuk membawah hati dalam sebuah hubungan, hanya bersama Aditya semua terlalu indah. Sisanya Bramantya dan Angga adalah sebuah ke egoisan ku.

  • BENARKAH AKU SEORANG GAY

    Sampai detik ini aku dibuat gila dengan diriku sendiri karena aku belum bisa menemukan diriku. Aku masih berpikir, jika boleh di berikan pilihan "AKU INGIN MENIKAH DENGAN WANITA YANG MEMILIKI TAMPILAN SEPERTI PRIA YANG KU HARAPKAN AGAR AKU TETAP BISA MENDAPATKAN ANAK DARI DIA" aku gila pada tahap ini.

  • Beberapa kisah menarik lainnya

    Sungguh terlalu sempurnah jika aku bilang aku bisa bertahan tanpa hubungan seksual.

  • INI KISAH UNIK SAYA BERSAMA WANITA

    Begitu banyak kisah cinta ku bersama wanita yang menjadi MASALAH dalam hidupku. Dan kisah terunik adalah bersama PUTRI

TUJUAN SAYA MEMBUAT BLOG INI

(MUNGKIN BENAR YANG ORANG BILANG : MASA LALU BIARLAH DI TEMPATNYA! TAPI BAGI SAYA, MASA LALU PERLU SALING DIKETAHUI AGAR TIDAK ADA YANG TERLUKA KARENA HAL ITU DAN KARENA KETIDAK TAHUAN PASANGAN SELAMA BERSAMA) Dalam halaman ini akan saya coba tulis semua perjalanan hidup saya terutama yang berhubungan dengan prilaku menyimpang saya. Saya hanya berpikir bahwa nanti ada banyak orang yang tahu atau jika ada juga yang sok tahu akan mulai membantu saya mengenali diri saya. Dalam dunia nyata saya adalah pria yang cukup sempurna, tidak terlalu tampan tapi dapat mencuri perhatian banyak wanita maka jelas pria pun juga ada yang menyukai saya. Saya memiliki kepintaran dalam akademisi, dalam pekerjaan saya merupakan seseorang yang cukup di hormati ketika menjadi seorang pemimpin disebuah restoran dalam divisi kecil. Tapi untuk hubungan percintaan baik dengan wanita atau pun pria saya sangatlah bodoh. Saya hanya berpikir "SUATU SAAT SESEORANG PRIA DATANG KEPADA SAYA UNTUK MEMBUAT SEBUAH HUBUNGAN LAYAKNYA PERNIKAH ORANG NORMAL PADA UMUMNYA, LALU KARENA DIA SUDAH MEMBACA SEMUA ISI BLOG INI MAKA SAYA TIDAK PERLUH BERCERITA KEMBALI PERJALANAN HIDUP SAYA PADANYA. AKU HANYA AKAN MEMBUAT DIA YAKIN DENGAN MENDEKATKAN DIA PADA SETIAP PERAN DALAM KISAH INI AGAR AKU TIDAK TERKESAN MEMBODOHINYA." atau aku berpikir lain lagi "SAMPAI PADA WAKTUNYA AGAMA KU ATAU NEGARA KU TIDAK MELEGALKAN INI, AKU BERHARAP SESEORANG WANITA DENGAN PENUH KEBAIKAN SEPERTI PUTRI-PUTRI NABI LUTH AKAN MEMBANTU KU KELUAR DARI MASALAH GILA INI." ada yang mulai bingung?? maka teruslah bersama ku melihat tangan tuhan bekerja pada setiap hidup ku ini. SEMPATKANLAH MEMBERIKAN SEDIKIT PERHATIAN ANDA PADA SETIAP KOLOM YANG ADA.
  • Sebuah Pengakuan

    • Berusaha keras untuk menjadi seperti apa yang orang inginkan adalah hal yang menjadi momok bagi seorang gay yang memiliki beban tanggung jawab moral atas nama keluarga. jika masalah mulai muncul karena kamu tidak bisa mengontrol diri, maka kepandaian berbohonglah yang menjadi harapan untuk bebas. Kadang merasa bosan dengan hal itu, tapi itulah pilihan saat ini.
  • Sebuah Harapan

    • Semua Gay yang bersembunyi berusaha keras mempertahankan apa yang sudah baik menurut orang. kebaikan itu adalah prilaku layaknya seorang pria pada umumnya. penerima tanpa membedahkan atau rasa takut pria mendekati kita. Read More
  • GRUP MENJADI WACANA

    • Saya tidak mengungkiri rasa atas kebutuhan biologis saya perlu dipenuhi. Akun grup yang terkadang menjadi harapan untuk mencari seseorang yang tepat kadang menjadi ajang gonta-ganti pasangan, hal ini jelas tidak berlaku untuk semua orang hanya saja ketika kamu orang yang bisa terkekang lalu mendapatkan kebebasan, kamu menjadi sangat liar hingga berkelana terlalu jauh
  • JANGAN TERLALU BERHARAP

    • Beberapa orang dalam grup yang saya temui adalah orang-orang yang tertutup. memiliki privasi hidup yang sangat tinggi begitu pun hidup saya. jadi mungkin wajar saya sering BAPER dan membuat orang juga seperti itu. Read More
  • JADI GAY TERTUTUP

    • Menjadi seorang GAY yang tertutup hingga orang sekitar terkadang berpikir kamu adalah pria normal sering membuat masalah dalam perasaan saya. Kadang saya terlalu terbawah perasaan pada beberapa teman pria yang kadang kalanya membuat saya ingin nekat mengatakan cinta.
  • ATAU SEGERA MEMBUKA DIRI

    • Semua pilihan ini adalah baik, jika kamu terus tertutup. kamu bisa menyelamatkan keluarga mu dan masa depan mu. Tapi terbuka juga baik, kamu tidak akan merasa salah orang dalam sebuah perasaan atau kamu tidak akan menyakiti seseorang wanita karena konyol menyukai kamu.Read More

Saat itu aku berpikir ; hidupku kurang dari satu tahun lagi


Tulisan ini aku buat karena seseorang mengingatkan ku bahwa sepertinya tidak akan sempurna sebuah hubungan kalau ada yang masih ditutupi.



Rasanya terlalu sempurna hidupku jika tidak memberitahu tentang hal-hal buruk dalam hidup ini. Terlebih aku yang merupakan seorang pria bayaran atau money boy dan hal gilanya adalah nafsu yang besar yang aku miliki. Maka mungkin benar jika pada akhirnya aku mencapai pada sebuah titik ini dimana saya dinyatakan postif HIV.







               Semenjak SMA aku sudah melakukan hubungan seksual dengan pria, jadi rasanya ini adalah balasan dari kegilaan itu. Rasa tidak ingin percaya bahwa aku positif HIV, aku menyalakan diriku karena pernah bekerja di tempat kesehatan atau alasan lain adalah karena aku memakai body art (Tato) pada tubuh ku. Aku terus menyalakan hal-hal seperti itu sebagai alasan, lalu karena rasa tidak puas aku memperbanyak bacaan tentang HIV. Ternyata apa yang aku pikirkan tentang body art atau pekerjaan ku yang beresiko di tempat kesehatan itu tidak mungkin menjadi alasan aku terkena HIV. Lalu yang benar adalah aku tidak menjaga diriku dengan baik saat berhubungan seksual. Aku orang yang paling tidak nyaman menggunakan kondom, selain karena ukuran kemaluan yang tidak terlalu besar. Lalu hal lainnya adalah karena aku tidak bisa menikmati hangatnya didalam lobang itu jika menggunakan kodom. Semua itu menjadi kesalahan ku yang terlalu terbawah nafsu, namun hidup terus berjalan dan aku harus dapat terus bangkit dari permasalahan ini.


Beginilah kejadian hari itu,


Sepertinya satu tahun lebih yang lalu aku panik karena aku menyadari celana dalam ku terdapat bekas nanah mengering. Mulanya aku berpikir itu sperma yang mengering, karena memang tidak ada tanda-tanda sakit ketika aku buang air kecil. Namun dua hari berlalu hal itu terus berlangsung, aku terus mendapati celana dalam ku terdapat nanah. Aku berpikir saat itu mungkin ini karena aku beberapa waktu lalu terlalu sering masturbasi dan memaksakan diri dalam satu hari itu. Setelah berpisah dengan Angga, aku tidak pernah berniat menjalani hubungan serius bersama pria. Aku yang telah dapat bangkit sendiri membiayai kuliah dan hidup ku di Jogja merasa tidak perlu ada alasan aku mencari pasangan lagi. Terlebih, pengalaman terakhir bersama Angga membuat diri ku takut untuk menyakiti diriku sendiri dengan berada dalam resiko atau menyakiti orang lain karena rasa kecewa terhadap ku. Aku terus berjalan dengan kehidupan ku, beberapa orang hadir untuk saling melepas nafsu atau terkadang menggunakan hati tapi akhirnya kami tidak bisa memutuskan bersama.

Hari kedua setelah mengetahui hal itu aku pergi ke apotek untuk membeli obat antibiotik, karena aku pikir itu hanya luka biasa. Sebelumnya aku telah membaca-baca beberapa artikel tentang kencing nanah, yang aku pikir itu adalah apa yang sedang terjadi pada ku. Tapi ternyata saat di apotek, aku tidak bisa membeli obat itu karena tidak di jual bebas. Merasa tidak mengalami sakit apa pun, aku berpikir untuk membiarkannya hingga mungkin akan sembuh sendiri luka di dalam itu. Tapi hampir satu minggu aku baru merasakan efeknya, setiap akan buang air kecil ada rasa pedih di kemaluan ku. Pada beberapa hari itu aku tetap memiliki hawa nafsu yang besar, aku melakukan masturbasi namun saat ereksi kemaluan ku terasa tertarik. Esok harinya aku memutuskan untuk ke pelayanan kesehatan, karena dari artikel yang aku baca jika sudah terasa nyeri hal itu akan membuat kemaluanku tidak bisa bangun lagi. Tanpa pengetahuan apa pun tentang HIV aku bertemu dokter dan memberi tahu keluhan ku itu padanya, reaksi dokter itu seperti menghakimi ku.

Dokter itu berkata, “sudah berapa lama masnya merasakan hal ini?”

“Baru kemarin dok saya merasa nyeri, tapi kalau nanahnya sudah dari beberapa hari yang lalu.” Jawab ku karena tidak memikirkan hal terburuk lainnya.

“Saya butuh hasil tes dari sempel nanahnya, mas nanti ke bagian Labor.” Dokter itu memandang ke arah ku.

Sambil menulis surat rujukan ke Labor dia bertanya kembali, “mas bukan asli Jogja ya? Disini dengan siapa dan di Jogja dalam rangka apa?”

“Saya seorang mahasiswa dok, saya juga sambil bekerja di Jogja. Saya tinggal sendiri disini.” Sambil mengambil surat rujukan dari dia.



Setelah hasil Labor keluar, saya kembali lagi ke ruangan dokter tersebut namun ternyata alat di tempat itu masih tidak terlalu baik untuk dapat memastikan aku terkena penyakit apa.

“Dari hasil tes mas, masnya terkena penyakit kencing nanah atau gonore. Itu akibat bakteri, sebelum nya mas punya pacar.” Dokter itu mulai menatap lagi.


Karena takut di intimidasi, aku bilang kalau aku memiliki seorang pacar namun dia bertanya balik. Wanita atau pria pasangan ku, hal itu membuat aku makin terpojok dan akhirnya aku berbohong bahwa itu adalah seorang wanita.

Dokter itu berkata, “hasil tes ini belum baik, kami akan memberikan mas surat rujukan ke tempat lain. Karena kita tidak tahu resiko terburuk apa yang akan terjadi, bisa jadi mas terkena HIV.”

Raut wajah takut dan tertunduk saat itu yang nampak ku lakukan, dokter itu pun menambahkan. “Besok saat tes, sebaiknya pacar mas juga dibawah agar kita tahu apa yang sebenarnya terjadi. Akan lebih baik jika dapat di cegah dari awal.”



Dokter pun memberikan ku surat rujukan dan obat antibiotik untuk masalah kemaluan ku. Hari itu aku sangat ketakutan jika sampai apa yang di bilang dokter itu tentang HIV adalah benar. Karena jika benar, dalam pikiran ku saat itu adalah umur ku tidak sampai satu tahun lagi dan rencana hidup ku tentang keluarga akan berantakan. Bayangan-banyangan bahwa kemaluan ku akan membusuk dan aku akan lemah lalu mati menjadi kan diriku begitu takut. Aku mulai membaca kembali beberapa artikel terkait HIV dan Aids, namun entah kenapa artikel yang terbaca selalu masalah Aids yang mengerikan. Karena kesibukan ku dengan kuliah dan kerja membuat ku mengulur-ulur waktu tes itu. Namun karena takut berakibat lebih buruk akhirnya satu hari aku bolos kuliah dan meminjam motor temanku. Aku yang sangat takut dan penasaran memberanikan diriku pergi ke pusat pelayanan kesehatan itu. Saat bertemu dokter dan dia membaca surat rujukan itu, aku mendapatkan intimidasi lagi dari pertanyaan yang hampir sama.


Dokter itu berkata, “terakhir hubungan seks kapan mas? Dengan pacar?”

Aku yang ragu-ragu mencoba menjawab, “sudah lama sekali dok.”

“Baiklah, kita coba uji laboratorium dulu ya. Untuk memastikan apakah yang mas alami ini hanya kencing nanah atau hal lainnya.” Nada lembut itu tetap tidak membuat ku nyaman.

2 jam lebih aku menunggu hasil Labor, hingga aku kembali masuk ke ruang tunggu dan mendapatkan nama ku di panggil oleh dokter itu. Dengan ramah dia menyuruh duduk, pintu di tutupnya rapat tidak seperti sebelumnya lalu dia berkata.

“Apapun hasilnya nanti mas Kala harus tetap kuat, kita yakin ini bisa diperbaiki walaupun untuk sembuh kami belum bisa menjanjikan.” Dokter itu mengeluarkan hasil Labor, jantungku mulai berdetak tidak teratur karena cemas dengan kemungkinan terburuk adalah HIV.

“Dari hasil Labor ini, mas Kala positif HIV. Beberapa hasil menunjukkan kalau semuanya reaktif terhadap sempel.” Suara dokter itu seperti menghilang dari pendengaran ku.

Tubuhku lemas karena apa yang aku pikirkan sebelumnya bahwa aku akan mati, tidak memiliki kesempatan memiliki seorang anak atau tidak akan dapat mencapai cita-cita ku bercampur aduk dalam hayalanku. Air mata perlahan turun sendiri karena merasa menyalakan diri sendiri, sesaat setelah itu kepala ku menunduk hingga keatas meja.

Lalu dokter berkata, “mas kala jangan sedih! Saat ini ada obat yang akan membantu masnya. Mas tinggal dengan siapa di Jogja?”

“Saya tinggal sendiri dok, saya ngekos di sini.” Dengan sisa harapan saya mencoba menjawab.

“ini ada obat yang harus mas minum sekarang, nanti saya butuh beberapa data dari masnya yang harus di isi. Pacar mas kala tinggal di Jogja? Tidak sekalian diajak untuk tes?” aku yang takut dan bingung terus berbohong.

Setelah meminum obat yang di berikan saat itu juga di depan dokter, aku merasa sangat khawatir dengan diri ku. Dokter itu mulai menanyakan banyak pertanyaan pada ku, dari pacar ku apakah wanita atau pria, apakah aku berhubungan seks juga melalui anal, apakah aku sering gonta-ganti pasangan, semua pertanyaan dari dokter itu aku jawab ragu dan banyak tidak benar.



Melihat aku yang lesu seperti orang tidak memiliki harapan hidup, dokter itu memberikan nomor telepon seseorang yang menurutnya itu akan membantu ku.

“Coba hubungi wanita ini, dia dari asosiasi yang memberikan dukungan dan bantuan pada penderita seperti masnya. Dan ini saya beri rujukan ke rumah sakit untuk mengambil obat dan konsultasi lebih lanjut dengan dokter yang khusus menangani hal ini.” Dokter itu membantu ku berdiri dan mengantar kan ku keluar ruangan.

Hari itu sangat kacau bagi ku, aku yang seharusnya segera pulang karena teman ku akan menggunakan motornya terpaksa mampir lama di sebuah masjid. Aku sangat ketakutan, aku sholat dan menangis di dalam masjid itu seakan aku merasa hidupku sudah berakhir.


Dalam do’a aku berkata, “apa yang salah tuhan? saat aku berpikir semuanya mulai membaik bagi ku, kenapa aku harus merasa ini percuma. Aku hanya ingin menyelesaikan kuliah ku, aku ingin menjadi orang yang lebih baik bagi keluarga ku. Aku ingin dapat menjadi alasan mereka untuk bersyukur kepada mu bahwa aku bisa menyelesaikan kuliah ku tanpa bantuan mereka. Aku hanya ingin bahagia! Lalu tentang perasaan ku kepada pria, apakah itu salah ku karena menyukai mereka? Apakah ini menjadi cara untuk menghukum ku dari perasaan ini?”


Aku menjadi orang paling menyalahkan tuhan ku saat itu, tanpa sedikit pun menyadari bahwa aku berperan banyak pada apa yang aku rasakan saat ini. Aku bukanlah seorang yang sangat taat beragama, sering dalam lima waktu sholat ku tidak perna terpenuh. Aku pun dari dulu tidak bisa membaca kitab suci agama ku dengan baik, aku terlalu sibuk dengan urusan dunia ku. Aku yang sibuk kerja, kuliah dan terus memuaskan hawa nafsu ku membuat diriku sampai pada saat ini. Tidak ada yang banyak aku miliki dalam hidup ini kecuali diriku sendiri, aku terus merasa bingung hari itu dan akhirnya pulang.

Hingga beberapa hari setelah mengetahui aku positif terkena HIV, aku masih belum berani menghubungi wanita yang disarankan oleh dokter. Hari ku terus dalam penyesalan tanpa batas, aku tidak memiliki cara dan harapan untuk hidup saat itu. Hal bodoh terpikir dalam hidupku, aku berpikir semua sudah berakhir dan tidak perlu ada perbaikan apa pun dalam hidup ku. Aku terus berpikir, jika akhirnya harus mati di kota ini maka itu adalah jalannya. Tidak mungkin dapat aku terus menutupi apa yang terjadi pada diri ku, aku berpikir mungkin ini cara tuhan memberi tahu orang-orang terdekatku. Dengan mati karena sebuah penyakit yang aku buat akibat dari pergaulan ku dan hal konyol lainnya adalah akhirnya keluarga tahu aku menyimpang.

Cukup lama aku menahan diriku, hingga hari itu aku berada dalam sebuah mata kuliah keagamaan. Dosen itu membahas tentang pernikahan, lalu dia menawarkan isu kepada mahasiswa tentang hubungan sesame jenis. Semua orang melontarkan pendapatnya, anak-anak muda itu benar-benar membuatku takut dalam kematian. Bagaimana bisa aku matipun akan mendapatkan hujatan dan cacian hingga membuat keluargaku terluka akibat prilaku. Pikiran ku kacau ketika mengingat mama, aku yang terus bertahan sampai saat ini dalam keraguan tentang keluar atau bertahan dalam persembunyian, semua alasan itu karena orang tua ku yang tidak ingin aku sakiti.

Setelah mata kuliah selesai, aku pulang ke kos dan terus dalam lamunan yang panjang dengan penyakitku. Lalu aku beranikan untuk mengechat wanita itu, untungnya dia merespon sangat cepat hingga tidak sempat keraguan datang kembali. Aku menceritakan tentang diriku dan bagaimana aku mendapatkan nomornya namun dengan wanita ini pun aku masih tidak bisa jujur dengan penyimpangan ku. Akhirnya dia menyarankan aku untuk segera kedokter dan mendapatkan terapi obat, hal itu demi kebaikan diriku katanya. Kami pun membuat janji bertemu di rumah sakit, aku bolos kuliah lagi untuk ke sana karena pilihannya hanya dua. Aku tinggalkan pekerjaan hari itu atau tinggal kuliah untuk dapat bertemu dengan dokter karena antrian yang panjang.






Kami pun bertemu, wanita itu masih muda dan berhijab serta cantic untuk seorang wanita. Dia memperkenalkan dirinya dan dari mana dia bekerja, dia mencoba meyakinkan ku untuk tidak takut akan apapun.

“Saya sama dengan masnya, saya juga seorang yang terkena HIV. Dalam kelompok kami, ini disebut teman sebaya dan saya harap masnya bisa banyak bercerita kepada saya.” Wanita itu duduk bersama ku dalam antrian.

Aku coba menceritakan beberapa hal padanya, tapi tidak semuanya bisa aku ceritakan pada wanita itu. Aku masih saja takut, aku  menutupi jati diriku yang merupakan seorang gay dan berpura-pura terlihat normal didepannya. Akhirnya kami masuk kedalam, dia menemaniku di dalam saat bertemu dengan dokter. Dia sangat membantuku, saat itu aku bingung akan memutuskan untuk mulai meminum obat terapi berupa ARV. Dokter pun memberikan saja rujukan ke labor untuk mengecek CD4 saya, dan memastikan apakah sudah tepat jika saya mengkonsumsi obat itu.

mas jangan takut, dari hasil tes nanti kita bisa melihat apakah mas sudah parah atau tidak.” Wanita itu mengikutiku ke labor.

Wanita ini dengan sabar menemaniku satu hari penuh di rumah sakit, setelah hari berikutnya hasil tes keluar kami pun membuat janji untuk bertemu lagi.

Hasil tes pun keluar, CD4 ku hanya mencapai 480 yang menurut dokter aku harus memulai pengobatan ARV. Wanita itu terus memberikan masukan-masukan dalam pengalamannya, dia membuat ku meyakini bahwa semua ini akan baik-baik saja. Tapi pertemuan kedua itu dia membawa seseorang teman bersamanya, temannya itu seorang pria dengan wajah asianya.

“kenalkan mas Kala, ini teman saya yang juga seperti kita. Kebetulan dia lagi cek up juga hari ini dan tadi dia mengechat saya untuk bertemu.” Senyum wanita itu membuat ku sangat takut, sebuah ketakutan jika sebenarnya dia tahu aku menyimpang.

Aku menjabat tangan pria itu, “saya Kala mas.”

Pria itu memiliki tangan yang sangat halus dengan wajah lembut, sempat terpikir jika pria itu adalah seorang gay. Tapi aku tidak ingin membuat mereka tahu tentang diriku, aku merasa malu dengan diriku jika sampai mereka tahu aku terkena infeksi karena seorang gay. Hal buruk lain juga terpikir, aku tidak ingin mereka mencari tahu tentang ku dan menyadari bahwa aku perna menjadi seorang pria bayaran.

Begitulah pertemuan ku dengan wanita itu, lalu setelah aku memutuskan melakukan terapi ARV kami hanya berkomunikasi melalui chat. Tidak perna berani lagi aku bertemu dengan wanita itu, aku yang memiliki akun IG dan FB nya terus mengikuti kegiatan wanita itu bersama instansinya.




Pengalaman ku bersama ARV


Hari pertama aku memutuskan meminum obat itu begitu banyak reaksi dalam tubuh ku. Aku sering mimpi buruk, tubuhku sering sangat Lelah saat bangun pagi, namun di bulan-bulan pertama asma ku tidak kambuh. Aku yang biasanya harus meminum obat salbutamol sebelum tidur, beberapa bulan itu tidak memerlukan hal itu. Kebiasaan ku mengkonsumsi obat itu sebelum tidur karena jika tidak minum obat asma, maka pagi hari aku akan merasa sesak napas. ARV pun terus aku konsumsi, hingga bulan ke enam saat cek CD4 yang kedua aku sempat terlambat dalam mengambil obat bulanan itu. Pekerjaan dan kuliah selamu menjadi alasan, aku tidak bisa terlalu sering bolos kuliah dan tidak mungkin tidak masuk kerja.

Kesempatan tes pun datang, namun hasil tes kali ini tidak memberikan perubahan yang berarti karena CD4 ku masih di bawah 500.

Dokter berkata, “bulan ini cukup lama mengambil obat ya mas? Rutinkan minum obatnya?”

“rutin dok, tapi memang bulan ini saya tidak bisa menemukan waktu yang tepat untuk ke sini.” Saya mencoba meyakinkan dokter itu.

“ada teman yang mengingatkan mas Kala untuk minum obat? Bagaimana kesehatan mas Kala?” sambil membaca hasil tes.

Aku mencoba jujur dengan dokter itu, “Kesehatan saya baik dok, beberapa bulan ini saya sudah tidak minum obat asma saya saat mau tidur. Biasanya kalua tidak minum obat itu saya akan sesak napas, untuk masalah minum obatkan saya hanya mengingatnya sebelum tidur pasti minum. Tapi memang kalua bangun tidur saya merasa sangat Lelah sekali ya dok.”

“baik dong kalau begitu mas, jadi asma mu sudah mulai berkurang?” dia bertanya kembali

“iya dok!” saya mengangguk


Tapi hal itu tidak bertahan lama, sempat suatu hari aku bangun tidur dan mendapati diriku begitu sesak napas. Akhirnya sampai saat ini, baik ARV atau pun sabutamol aku minum sebelum tidur agar tidak merasa tersiksa.


“ini resep obat untuk bulan ini. Minum yang teratur ya mas agar CD4 nya segera membaik dan masnya juga bisa lebih sehat lagi.” Dokter memberikan resep obat dan aku pun pulang.

Aku pun terus dalam terapi obat itu dan sudah cukup lam aku tidak berkomunikasi dengan wanita dari asosiasi itu. Aku  mencoba menjalani hidupku sendiri, namun yang tidak bisa aku bohongi adalah aku tetap tidak bisa berhenti dengan berhubungan bersama pria. Kesalahan membuat ku belajar cukup banyak, tapi bukan berarti aku dapat menghilangkannya. Aku mencoba mengurangi hubungan ku dengan sosial media aktif yang terlalu bebas. Namun dalam proses menjauhi diri dari orang-orang yang memikirkan kesenangan saja, aku tetap tidak bisa menemukan orang yang tepat untuk berhubungan serius dalam sebuah ikatan.


Aku terus berpikir tentang bagaimana tuhan membuat jalan dalam hidupku.


Lalu pada bulan ke enam berikutnya datang aku mencoba menanyakan pada dokter tentang rujukan untuk cek CD4 kembali. Tapi sayang sekali, dari dokter saya mendapatkan jawaban tidak baik karena darinya aku mengetahui bahwa aku ataupun para penderita HIV tidak dapat melakukan tes CD4 dalam waktu yang cukup lama. Saya tidak mendapatkan alasan yang tepat dari dokter itu, tapi dia hanya menunjukan pesan singkat yang ada di hp yang berisi pemberitahuan tentang cek CD4. Saya tidak mengerti apa yang terjadi, lalu dalam empat bulan setelah kejadian itu aku tidak perna mengetahui lagi bagaimana pencapaian kesehatan ku. Aku hanya terus mengkonsumsi obat ku dengan teratur agar dapat bertahan hidup atau hal paling baik adalah sembuh dari penyakit ini.

Share:

Mama bertanya, "Apakah aku gay?"

Dalam blog ini sangat tidak berurutan.


Bacalah satu persatu dan perlahan agar kamu dapat tahu dari mana alur kisah ini dimulai dan dimana dia akan berakhir. Hanya orang yang berniat berhubungan baik yang akan menghabiskan waktunya mengenal saya melalui isi dalam blog ini.



Tidak terlalu banyak berharap, aku hanya ingin sekali membebaskan diriku ini walaupun hanya sekedar dalam tulisan. Karena dalam tulisan kali ini kalian akan tahu begitu buruknya hidup ku dan kenapa aku memilih untuk terus bersembunyi.




Terlahir dalam keluarga sederhana atau bisa dibilang kurang beruntung, hal ini membuatku banyak memiliki impian dan ketakutan untuk menyakiti keluarga ku terlebih seorang ibu.


Setelah duduk di bangkung kelas tiga SMP, dirumah hanya ada aku, Raffa, mama dan ayah yang saling mengisi hari. Keluarga ini terlalu sederhana sehingga mama dan ayah harus bekerja keras agar dapat menyekolahkan aku dan Raffa setidaknya sampai tamat SMA. Tidak banyak permintaan kedua orang tua aku kepada anak-anaknya, mereka hanya mengingikan beberapa saja.



"Sebagian orang tua, mereka ingin dapat memastikan bahwa anak-anaknya bahagia dan memiliki pekerjaan. Lalu harapan berikutnya, mereka ingin agar mereka bisa menikahkan anak-anak mereka sebelum mereka meninggal. Harapan terakhir adalah dapat meninggalkan sesuatu untuk anak-anak mereka sebagai warisan."


Dari beberapa harapan kecil mereka itu, hanya pernikahanlah yang membuatku gila kapan dapat aku wujudkan. Hal ini sangat menyiksa ku terlebih ketika melihat wajah-wajah mereka semakin tua dan tubuh-tubuh itu semakin rapuh. Tapi masalah terus menghampiri keluarga ini, dikelas 2 SMP mama di tabrak motor yang sedang membawah sepeda saat akan pergi ke rumah majikannya. Maka terluka dan akhirnya mulai tidak dapat bekerja lagi sebagai pembantu rumah tangga dalam beberapa bulan. Setelah mulai membaik akhirnya ayah menyuruh mama mulai mencoba berjualan di pasar namun ternyata disana bukanlah rejeki keluarga kami. Setelah itu mama memutuskan mengambil cucian dari orang-orang terdekat rumah tapi sayangnya di sekitar rumah tidak banyak keluarga kaya yang mau menitipkan cuciannya dirumah.




Lalu masa terus berputar, ketika aku mulai masuk SMA dan mama mulai bisa memijat orang. Maka mama memutuskan menjadi tukang pijat, terkadang orang yang datang kerumah atau mama di panggil kerumah mereka.

Malah kami kira mulai berkurang pada keluarga ini, tapi saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA dan Raffa sudah duduk di SMK ternyata dia  mulai berulah. Raffa memaksa keluarga untuk membelikannya motor, tapi perekonomian keluarga sangat tidak baik dan walaupun dia berteriak tetap tidak akan mendapatkannya. Belum mencapai setengah tahun sekolah Raffa membuat masalah dengan ngaibon dan sering bolos sekolah. Hingga akhirnya pihak sekolah mengeluarkan Raffa dari sekolah dan disinilah titik puncak Raffa menjadi sangat nakal. Orang tua ku sangat takut dengan masa depan Raffa sehingga memutuskan dia pindah ke SMA ku. Tapi Raffa tidak memiliki perubahan, dia makin membuat masalah dengan berkelahi dan kenakalan lainnya.


Hingga aku pindah sekolah ke kota dan lulus di Palembang, Raffa tetap semakin nakal dan membuat masalah. Hari itu adalah masalah terbesar dalam hidupnya, dia mencuri dan tertangkap lalu dimasukan kedalam penjara. Keluarga sangat bingung, Raffa yang sedang akan melaksanakan ujian akhir sekolah teracam tidak bisa ikut ujian. Namun kebaikan terus ada, dia tetap bisa ujia dan menyelesaikan sekolahnya walaupun harus ditahap selama 11 bulan. Saat itu aku telah menyelesaikan sekolah dan telah bekerja dalam sebuah instansi kesehatan sebagai cleaning servis.




Tapi masalah percintaan Raffa dengan pacaranya Amelia membuat ku dalam masalah.


Orang tua Amelia tidak terima jika anaknya dekat dan berhubungan dengan Raffa yang seorang pencuri dan pemabuk. Hari itu ibu Amelia menelpon mama untuk memperingatkan anaknya agar tidak mengirim pesan apapun pada anaknya untuk bertemu. Raffa sering di besuk oleh teman-temannya di penjara, dari teman-temannya itu dia meminta agar Amelia datang ke penjara. Sepertinya mama tidak terima dengan ucapan orang tua Amelia dan membuat orang tua Amelia semakin menambah-nambah masalah. Dia mengatakan kepada mama untuk menjaga saya, anak laki-laki mama yang satunya karena menurutnya saya menyukai pria.




Dari telpon orang tua Amelia lah yang membuat mama mencurigaiku sebagai Gay.


Pukul 22:00 aku pulang kerja malam itu, rumah yang sepi karena ayah sudah tidur membuat aku langsung ke kamar setelah membersihkan tubuh ku. Tanpa mengetuk pintu mama masuk dan duduk di samping kasur ku sambil membelakangi ku.

Lalu mama berkata, "Kal, kamu sudah tidur nak?"

Aku yang sempat kaget menjawab, "baru mau tidur ma, ada apa ma?"

"Kala, usia mu sudah cukup dewasa. pekerjaan mu juga sudah ada, lalu kapan kamu akan menikah?" pertanyaan ini sering mama tanya kepadaku. Malam itu aku pikir hal itu seperti biasanya,

lalu aku  menjawab seadanya. "Nantilah ma, kalau sudah jodoh pasti akan segera menikah. atau mungkin tidak ada wanita yang menyukai Kala mungkin ma. Ada apa sih ma, kok malam -malam seperti ini mama mempertanyakan hal itu?" aku mencoba tertawa.

Mama bertanya lagi dan yang kali ini membuat ku terdiam serta takut.  "Kala, coba kamu jawab dengan serius, apa benar kamu menyukai pria? mama harap itu tidak benar kala, hal itu sungguh tidak baik untuk dilakukan. hal itu akan merusak nama orangtua dan dirimu."


Pertanya mama malam itu benar-benar membuat aku kacau, namun adalah pikiran bahwa malam itu adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Tapi sebelum terucap, mama telah memberikan peringatan yang begitu besar pada ku.

"Cukup Raffa yang membuat keluarga merasa hancur dan malu, mama sangat berharap Kala bisa memberikan kebaikan pada keluarga." Wajah yang membelakangi ku itu hanya tertunduk dan terdengar sedakan-sedakan napas yang berarti wanita itu sedang menangis.


Dengan keadaan mama saat itu aku sangat takut untuk menggapai wanita tua itu, napas ku seakan berhenti karena cemas dan tubuhku begitu lemas karena takut. Aku mengeluarkan semua keberanian ku untuk bicara, karena aku berpikir mama sudah tahu bahwa aku gay dari prilaku ku atau seseorang tiba-tiba datang kerumah dan memberitahu mama. Namun sebelum aku bertanya dari mana mama tahu hal itu mama mengatakan bahwa itu dari orangtua Amelia.


Sambil menangis mama berbicara, "mama harap apa yang mama dengan dari orang tua pacaranya Raffa ini tidak benar."


Mendengar kalimat itu aku merasa senang dan memiliki keberanian kembali untuk dapat berbicara kepada mama.

Aku memberi tawa singkat, "ohhhh, mama kan tahu kalau orangtuanya tidak menyukai Raffa. Apa pun yang di ucapkan mereka seharusnya mama bisa dapat memilahnya agar tidak menambah beban pikiran mama."


Aku bangun dari baring ku, duduk disamping mama dan memintanya untuk berhenti menangis. Aku mengantarkannya kekamar karena aku pikir malam itu sudah terlalu larut baginya.


Aku meyakinkan kepadanya, "jika sudah ada jodohnya dan kata allah sudah saatnya aku menikah. Tanpa mama minta, aku pasti akan langsung menikah dan meminta mama membantu ku menyiapkan semuanya. Masih banyak hal yang harus aku siapkan dan pikirkan, jadi mama seharusnya lebih bisa tenang dari pada aku."


Setelah mengantar wanita tua itu ke kamarnya ternyata aku tidak bisa langsung tidur. Aku terus terpikir dengan ucapan mama dan saat itu hubungan ku bersama pria adalah bersama Akbar seorang pria yang taat agama. Setelah menyadari bahwa aku tidak bisa tidur, aku ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu sholat malam. Dalam do'a yang panjang itu aku marah dengan keadaan ku yang terbentuk namun tidak dapat di lakukan. Jika boleh meminta, maka aku berpikir tidak mungkin aku ingin menyukai pria dan menjadi gila karena masalah ini. Aku mengeluh dalam malam itu, aku menangis dan berteriak sekuatnya dengan bantal yang aku tutupkan kewajah ku. Hingga aku lelah menangis aku tertidur diatas sajada ku sampai pagi.


Karena tidak memiliki cara lain untuk yakinkan mama ku bahwa aku akan baik-baik saja, maka aku menemui saudara perempuan ku yang perna dekat dengan Christina. Aku saat itu berpikir bahwa dengan menceritakan kejadian malam itu padanya, dia akan membantuku meyakinkan mama bahwa aku normal dan mengingatkan kembali hubungan ku bersama Christina. Ternyata hal itu benar terjadi, setelah hari itu mama tidak perna membahas apakah aku gay atau bukan. Walaupun di tahun-tahun belakangan ini saat kuliah mama kembali menanyakan pasangan yang akan di kenalkan padanya dan menjadi istriku.


Seperti itulah malam itu berlalu dengan sangat menyakitkan. Mengingat malam itu adalah sebuah cambukan tersendiri pada ku ketika memulai memikirkan untuk menjalani hubungan serius dan panjangan bersama pria. Tapi tetap saja ada begitu besar keinginan bahwa diri ini dapat bebas dari suatu beban yang disebut keluarga.


Tapi mengingat mama benar-benar adalah sesuatu hal yang mengerikan. Aku yang selalu berpikir bahwa tanpa wanita aku pasti tidak dapat hidup sampai saat ini dan berada di bumi ini. Aku merasa konyol dengan diriku karena tidak bisa menemukan diriku sendiri di dunia ini. Aku terus mencoba menghilangkan semua itu dari pikiran ku melalui kesibukan, namun seberapan sibuk nya aku tetap saja ada masa aku begitu benci untuk menjalani hidup ini sendiri.



Lalu apakah bisa aku melakukan pilihan tentang menikah dengan wanita atau pria?


Menikah dengan wanita adalah ketakutan ku terhadap kenyataan bahwa aku tidak memiliki ketertarikan dengan mereka. Hal itu pernah aku coba dengan Fitri ketika duduk di bangku SMA dan bersamanya membuat aku tahu bahwa ternyata aku tidak bisa.

Sedangkan menikah dengan Pria adalah ketakutan ku menyakiti wanita yang telah mengandungku dan memberikan kesempatan pada ku untuk hidup. Atau menyakiti seorang pria yang telah membagi kehidupannya kepada ku hingga aku dapat tumbuh sampai saaat ini.


Parasaan berbeda ini adalah kegilaan tersendiri. Banyak hal yang dapat terjadi bagi yang tidak mampu bertahan.


Mereka bisa bunuh diri, menjadi pekerja seks, atau gila dalam banyak arti.





Sampai jumpa dimana waktu akan memberitahuku kemana aku akan menyelesaikan waktu ku di dunia ini. Dan semua itu aku  pikir adalah jalan takdir dari tuhan ku terhadap apa yang sudah di tulisnya.


Share:

Angga yang terakhir berkomitmen

Setelah di tinggalkan Aditya, aku telah begitu banyak melewati hidup ku di Jogja sendiri.


Seolah-olah sudah siap untuk hubungan serius dengan seorang pria, aku membuat diri terjebak dengan ke angkuhan lainnya bersama Bram. Awalnya aku berpikir untuk memanfaatkan perasaan suka pria itu, lalu aku terjebak dengan rasa takut bahwa Bram akan kecewa lalu membuat diriku dalam masalah. Akhirnya aku mencoba menjalani lebih lama, disaat itu aku berkata pada diriku untuk mulai menerima pria itu. Dengan segala kekurangan Bram yang tidak tampa, berprilaku seperti wanita dan memposisikan dirinya sebagai orang yang dapat mengaturku. Hal-hal itu membuatku mencoba bertahan, namun ternyata tidak bisa aku melakukan semua hal itu. Hubungan seks kami tidak perna sempurnah, hubungan sosial ku saat bersamanya seperti di kejar ketakutan bahwa orang akan berpikir aku gay. Ternyata pada akhirnya Bram melakukan hal yang sama dengan Aditya, memutuskan untuk pergi dan membuat ku sendiri lagi.


Mungkin sebenarnya Bram atau pun Aditya tidak perna salah, aku yang salah karena membuat diriku seperti ini.

Berbeda dengan Aditya yang hilang entah kemana, Bram tetap terus berkomunikasi dengan ku sampai saat ini. Seminggu sebelum aku meninggalkan kontrakan, Bram terus berusaha untuk memperbaiki hubungan itu. Tapi aku selalu memberitahunya bahwa itu tidak mungkin, lebih dari agar aku tidak menggantungkan diriku lagi padanya. Alasan lain adalah karena aku tidak merasa baik dengan hubungan seks bersamanya. Semua hal ini aku ucapkan pada Bram tanpa ragu, lalu dia menerima semua itu dan mengatakan bahwa akhir hubungan kita haruslah baik. Beberapa kali kami coba untuk bertemu beberapa bulan belakangan ini hanya untuk bercerita atau Bram ingin memastikan bahwa aku memiliki pasangan atau belum.



Sekarang waktunya kita mengenang Angga.



Pria ini datang saat aku dalam proses meninggalkan Bram, keputusan untuk meninggalkan dia membuat ku mengaktifkan kembali semua aplikasiku. Dalam perjalanan itu Angga mencoba masuk dan membuat aku merasa tidak akan sendiri melewati hidupku.


Angga bukanlah orang yang beruntung, dalam pekerjaan dia hanya seorang penjaga warung pecel lele keluarganya. Memiliki motor merek honda keluaran 98, orang itu bukanlah harapan bagi hidup baik bersamanya. Namun hari itu dia sangat memaksa dalam chatnya kepada ku untuk bertemu walaupun hasilnya tidak baik katanya. Saat itu aku sedang tidak membawa sepeda, Angga mengechat ku bahwa dia sedang berada disekitar kampus ku. Aku memutuskan untuk bertemu di sebuah caffe di dekat kampus yang searah dengan jalan pulang ke kontrakan.

Hari itu aku melihat pertama kali pria itu, secara fisik Angga begitu sempurna seperti pria yang aku harapkan. Dia duduk di salah satu meja dengan sibuk memegang hpnya untuk mengechat ku. Pria ini tampa, seperti keturunan Arab dengan bulu-bulu halus di wajahnya. Karena dia tidak menunjukan prilaku yang membuat ku takut, aku yang sudah tahu itu dia karena chat darinya mulai mendekat.

"Hallo, aku Kala. Sorry membuat menunggu, tadi aku baru selesai kuliah." aku berdiri di depan meja dan menjabat tangannya.

Tapi Angga hanya mengangguk dan menyuruhku duduk tanpa bicara apapun. Aku berpikir orang ingin sangat lugu dan sopan, selainnya itu dia memang terlihat dewasa dengan tampilan wajah dan tubuh yang lebih besar dari ku. Sesaat aku duduk kami tidak berbicara, Angga hanya memandangiku dan tersenyum lalu seorang waitters menghampiriku untuk memesan sesuatu.

"aku pesan dulu ya." sambil mengambil menu di depannya. Tapi tetap saja dia hanya tersenyum dan mempersilahkan ku dengan menggunakan isyarat.


Aku mulai aneh dengan prilaku Angga, waitters yang hanya tersenyum melihat ku dengan ekspresi bingung menjadikan aku mulai berpikir aneh-aneh terhadapnya. Aku berpikir dia adalah pemilik atau manajer tempat itu, jika tidak hal terburuk adalah dia datang dengan menujukan prilaku seperti wanita. Setelah memesan dan pelayan meninggalkan kami, aku mulai bertanya dan mengajak dia mengobrol. Tidak di jawab, hp ku berbunyi dengan pesan di Grinder yang jelas membuat ku tidak ingin membukannya karena aku merasa tidak enak dengan Angga yang berada di depan ku. Lalu dengan isyarat dia seperti menyuruhku membaca pesan itu dan ternyata pesan itu darinya. Semua pertanyaan ku dijawabnya lewat chat, disana dia berkata bahwa dia adalah seorang tuna rungu.

Kaget sebenarnya mengetahui hal itu, tapi aku berpikir ini lebih baik karena jika mengobrol dengannya tidak mungkin orang akan berpikir kami gay. Lalu kamu memulai pembicaraan panjang itu melalui chat, karena sedikit tidak nyaman melalui Grinder akhirnya aku memberikan nomor Whatsapp ku agar kami bisa lanjut disana. Sedikit lama kami berada disana, sejauh itu dia tidak menunjukan prilaku yang membuat ku akan malu. Dalam caffe itu banyak orang yang mengenalku sebagai wartawan kampus, selain itu aku di kelas juga menjadi perhatian teman karena aktif dan pintar. Sangat menyenangkan bertemu Angga, aku merasa sudah cukup perjalanan ku mencari seseorang untuk memulai hubungan yang baik.

Angga menawarkan diri untuk mengantarku pulang, lalu kami pulang dengan motor yang body nya semua sudah seperti jahitan dokter murahan. Dalam perjalanan aku terus memikirkan apakah aku akan memulai semua ini dengan benar atau aku hanya sedang terbawah nafsu pada pria itu. Kami terus berhubungan melalui chat, hingga aku meminta tolong Angga untuk mencari kos karena tidak memiliki motor. Dari bantuannya itu aku menjadi perduli padanya, kami berputar-putar di sekitar tempat ku bersama Bram selama dua hari kami lakukan. Ternyata kami mendapatkan juga kos yang jaraknya dengan tempat lama ku sekitar 500 meter. Sangat konyol, hari itu aku memilih kos itu karena yang paling murah selama kami berkeliling dan tempat itu juga tidak jauh dari kampus ku. 

Aku memutuskan untuk mengambilnya, kos itu mungkin sudah tidak layak untuk di huni karena kotor dan seperti tidak terawat. Memiliki 15 kamar, namun yang berisi hanya 6 kamar saja dan itu menambah tempat itu menjadi sangat menggelikan bagiku. Hari itu aku berpikir tuhan membuat ku menyadari dari mana aku berasal, saat mengobrol dengan ibu kos ternyata aku bisa membayar dua bulan dulu yang jumlahnya hanya 500 ribu. Aku merasa tidak boleh melewatkan hal itu, Bram yang terus menuntuk ku berubah pikiran atau segara pergi membuat aku memilih tempat itu. Dengan uang gaji 800 ribu aku mengeluarkan uang untuk membayar kos itu.


Tapi yang mungkin kalian harus tahu, kos yang aku kira aku bakal tidak akan tahan disana ternyata sampai sekarang bertahan yang mungkin masuk bulan ke delapan aku disana.

Dengan Angga aku tidak pernah berpikir akan memanfaatkanya, aku merasa bahagia karena ternyata aku bisa memiliki pria sesuai harapan ku berdasarkan nafsu. Angga membantuku pindahan dan merenopasi kamar, kami mengecat kamar itu bersama dan rasanya itu sangat menyenangkan. Dalam hari-hari ku bersama Angga tidak ada hal aneh yang dia perlihatkan kepadaku. Angga tidak tinggal bersama ku di kos itu, dia hanya mampir jika aku dan dia dalam waktu kosong yang sama. Sesekali dia tidur di kos dan kadang aku tinggalkan dia dikamar jika aku akan kuliah. Namun dalam beberapa kali ternyata ibu kos memperhatikan kami dan menegurku karena merasa terlalu sering dia menginap.

Hari itu ibu kos sedang menyapu halam dan menegurku yang baru pulang kuliah. "Baru pulang kuliah mas Kala?"

"iya bu, hari ini hanya ada satu kuliah. Saya masuk dulu ya bu." karena memang tidak biasa mengobrol membuatku ingin segera meninggalkan ibu itu.

Tapi akhirnya dia berhenti menyapu, "itu teman mas Kala ya? sering nginap disini ya kata bibi."

Aku ingat bahwa Angga masih di kamar, "iya bu, kenapa ya bu?"

"Kata bibi, teman mas Kala tidak sopan. Saat ditanya bibi dia hanya diam dan meninggalkan bibi begitu saja. walaupun saya tidak melarang ada tamu, tapi kalau sering menginap juga tidak boleh ya mas." Ibu kos berdiri depan ku.

"iya bu, saya minta maaf. Nanti saya beritahu teman saya, tapi untuk masalah tidak sopan, dia bukan tidak sopan, teman saya tuna runggu, dia bisu jadi mungkin dia hanya menyapa tapi tidak bicara. mungkin bibi salah paham bu. Saya masuk dulu ya bu." Saya minggalkan ibu kos di depan gerbang.


Hubungan kami terus berjalan dan tidak ada masalah apapun tentang hubungan kami kecuali masalah keuangan ku. Aku yang tidak mendapat kiriman sedikit pun dari orang tua ku harus berkerja keras menghemat makan ku dan hal-hal lain yang tidak berguna. Namun waktu memang begitu cepat berlalu, hari itu ibu kos tidak bertemu dengan ku karena masih di kampus. Karena ibu kos tahu aku sangat dekat dengan Angga, dia meminta Angga untuk menyampaikan pada ku bahwa uang kos yang kemarin sudah habis. Lalu ketika aku berdua bersama Angga dikamar, dia memberitahuku bahwa tadi ibu kos menyampaikan pesan agar aku membayar kos.

Mungkin terlalu memiliki ekspresi terkejut di wajah ku atau terlihat sekali bahwa aku bingung. Aku baru sadar uang kos harus dibayar, lalu esok hari aku menemui ibu kos untuk meminta waktu karena belum ada uang. Mungkin ibu kos sangat jengkel dengan ku karena seenaknya membawah dan menginapkan teman, dia hanya memberiku waktu satu minggu dan memberi tahu bahwa aku harus membayar kos itu kali ini selama empat bulan. Hari itu aku merasa sangat kesal dengan ibu kos dan keadaan hidup ku karena tidak memiliki siapapun untuk di andalkan.

Aku dan Angga tidak membuat sebuah aturan terlalu keras seperti apa yang aku lakukan dengan Bram. Angga terkadang membantu dalam masalah makan, dia sering datang untuk membawahkan ku makan. Tapi uang dari kerja ku yang hanya 800 ribu perbulan yang terkadang terpakai untuk makan dan kegiatan ku di kampus dan organisasi membuat ku ingin menyerah. Akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan hal itu kepada Angga, tanpa berpikir bahwa dia akan membantu hari itu hanya niat untuk membagi kegelisaan dan mengingatkan dia tentang kapan pun dia harus siap meninggalkan aku.


Tapi pria ini sangat bodoh ternyata, dia berusaha membantu ku lepas dari masalah itu. Aku yang sudah menyerahkan semua masalah ku pada waktu tiba-tiba mendapatkan chat dari Angga.


Hari itu sepertinya hari terakhir waktu ku untuk membayar kos, lalu Angga memberi tahu ku bahwa dia berada di depan tempat kerja ku. Dia berkata bahwa aku tidak usah khawatir karena dia membawakan uang untuk membayar kos. Aku yang tidak perna berpikir buruk atas prilaku Angga sebelumnya hanya merasa senang karena akhirnya memiliki penyelesaian atas masalah ku. Aku langsung berjalan keluar menuju dia yang berada di seberang jalan. Tapi akhirnya hari itu aku mengetahui Angga begitu femini, dia yang mungkin ingin memperlihatkan bahwa dia bahagia telah dapat membantuku dengan lentik dan berteriak tidak jelas sambil melambaikan amplop berisi uang membuat ku kaget dan menghentikan langkah ku.

Orang yang lewat karena merasa aneh dan juga mengundang perhatian satpam tempat kerja ku membuat ku berpikir untuk kembali ke dalam. Saat aku memutar badan ku, dengan suara yang tidak jelas itu membuatku panik sehingga memutuskan untuk menghampirinya agar tidak membuat masalah. Aku segera mengambil uang itu dan memberi tahunya kalau aku sedang banyak kerjaan dan menyuruhnya segera pergi dari tempat itu. Dari hari itulah semua orang mulai bertanya tentang Angga pada ku, satpam yang mungkin terlalu melebihkan apa yang dia lihat membuat orang semakin penasaran. Aku sangat marah pada Angga, sebelumnya aku tidak perna berpikir dia akan berprilaku seperti itu. Tapi karena bantuannya, aku bisa berpikir lebih baik dan merasa aman dalam beberapa bulan kedepan. Aku memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu, kami terus menjalani semuanya dengan baik.

Hingga aku menyadari bahwa Angga tidak pernah terlalu serius dengan ku. Memang dari awal kami tidak melarang apapun, tapi pesan dalam hpnya membuat aku berpikir untuk tidak terlalu mempertahankan hubungan itu. Ternyata Angga aktif dengan kelompok gay dan terkadangan dia sangat tidak sopan menceritakan ku pada orang-orang terdekatnya. Lalu yang cukup gila, Angga menanggapi untuk berhubungan seks dengan orang lain dalam chat itu. Karena semua pesan itu aku memutuskan untuk tidak mempertahankan Angga dalam hidupku. Aku mulai kembali aktif dalam akun-akun gay, disana aku mendapatkan beberapa orang yang aku kira lebih baik dari dia.

Prilaku ku kepada Angga mulai sangat tidak baik, beberapa kali dia menghubungi ku untuk ke kos selalu aku larang karena takut di marahi ibu kos. Aku merasa nyaman sendiri dan Angga sudah mulai mengurangi bertemu dengan ku. Aku memutuskan kembali untuk mencari pasangan yang lebih baik, lalu seorang pria berasal dari Solo mengajak ku unntuk berhubungan serius.

Saat mengetahui dia tinggal jauh dari ku, aku mencoba mengingatkannya. "lebih baik jika kamu pindah ke Jogja dan tinggal bersama ku. Aku bukan orang yang mudah percaya pada orang lain, siapa yang tahu apa yang kamu lakukan di sana dan apa yang aku lakukan disini."

Dia mengatakan itu tidak mungkin karena dia  memiliki ibu yang harus dia jaga di Solo, "selain merawat ibu ku yang sendiri, pindah bukan lah hal yang mudah. Jika kamu serius kamu bisa percaya pada ku dan kita mulai berkomitmen."

"Dalam posisi ku itu tidak mungkin, kamu sudah tahu bahwa aku perna tinggal bersama beberapa orang yang mereka bilang akan saling bersama selamanya. Tapi kenyataannya masih tidak bisa di pertahankan, lalu bagaimana mungkin dengan yang jauh dari ku?" Semua itu adalah ketakutan ku kehilangan karena masalah ku bersama Aditya dan Bram. Tapi sampai saat ini, sepertinya aku tidak bisa mengerti diriku tentang apa yang sebenarnya aku inginkan.

Dengan pertemuan itu membuat kami sering berkomunikasi, dalam beberapa kali saat dia harus memberikan pelatihan ke cabang di Jogja kami sering bertemu. Hubungan ku dengan Angga terus berjalan namun tidak begitu baik karena ulahnya di tempat kerja yang membuat ku ilfil dan juga semua pesan yang ada di hpnya. Lalu entah pertemuan keberapa, pria dari Solo itu menginap di kos dan ternyata Angga datang ke kos karena bosan dilarang kesana. Hari itu kos begitu kos, ibu kos dan bibi yang sudah tinggal bersama anaknya di Magelang serta kamar kos yang tinggal berisi 3 orang karena sebelum ibu pergi sudah memperingatkan bahwa kos akan di bongkar dan di renopasi menjadikan kos begitu terlihat menyeramkan.

Malam itu mungkin sekitar pukul 23:00, tiba-tiba pintu kamar di gedor sangat kuat oleh Angga. Suara yang tidak jelas itu membuat ku tahu bahwa itu berasal dari Angga sehingga membuat ku mengarang cerita pada pria yang bersamaku malam itu. Aku menyuruh dia untuk tetap tenang dan diam agar tidak membuat dia berpikir kami di dalam. Angga menyadariku di dalam karena hp ku berbunyi saat dia menelpon ku. Pria bersama ku ketakutan, karena ku bilang bahwa ibu kos memiliki anak yang sedikit kurang akal.

Aku berkata pada pria itu, "saya rasa ibu kos lupa menguci pintunya lagi, memang sering anak itu melakukan hal ini. Terkadang dia melakukan hal itu kekamar lain, tapi lebih sering kekamarku karena berada dekat dengan pintu."

"yang benar, kenapa tidak kamu pindah saja. Ini sangat berbahaya jika dia tidak dapat dikontrol dan melukai mu." wajah pria itu begitu cemas dan ketakutan. Aku seperti mengingat kembali ketika SMA di mana hari itu aku bersama Ari dan tiba-tiba Christoper menggedor-gedor pintu dan aku sangat ketakutan.

Salah satu anak kos yang juga satu kampus dengan ku serta memiliki penyimpangan juga membantu kami dengan menyuruh Angga pergi karena dia bilang aku sedang tidak ada di kos. Dalam kamar aku merasa sangat bersyukur, ketika aku merasa semua sudah aman dan sepi, aku keluar. Tapi ternyata akan kembali lagi ketika melihat teman kos ku sudah masuk ke kamarnya. Aku kaget dan bereaksi seolah-olah semuanya biasa saja, aku mengajaknya menjauh dari kamar tapi ternyata Angga tidak mau. Aku memberi isyarat padanya untuk pergi agar ibu kos tidak bangun dan marah pada kami. Tapi Angga tidak menghiraukan ku, dia mungkin sangat marah karena tidak pernah mengizinkannya datang lagi selama sebulan itu.

Karena tubuhnya yang besar, dia mendorong ku dan memaksa masuk lalu melihat seorang pria hanya menggunakan celana pendek di atas kasur. Aku menarik Angga meneriakinya untuk pergi, Angga yang marah masuk dan menarik pria itu keluar dan memarahi pria itu dengan bahasa yang tidak jelas. Karena ketakutan, pria itu membela diri dan akhirnya mereka berkelahi didepan kos. Aku sudah sangat malu karena teman kos ku keluar melihat kami menjadi sangat berutal. Aku menyuruh pria itu pergi kebelakang, Angga aku dorong ke dalam kamar dan dia duduk dengan tenang nya. Sebanyak apapun aku bicara, sepertinya Angga tidak mengerti atau tidak mau mengerti sehingga mengabaikan ku. Aku sangat emosi malam itu dengan Angga, Aku mengambil pisau dan mengarahkan pisau itu kepadanya. Angga ketakutakan, dia berbicara tentang siapa pria itu dan kenapa aku meninggalkannya. Hanya itu yang mungkin aku mengerti dari sebanyak yang dia ucapkan malam itu.

Aku yang telah sangat kesal dengan nya mengatakan bahwa pria itu adalah pacarku dan dia harus segera pergi dari tempat kamar ku dan jangan kembali. Dia tetap diam, lalu mendorong nya dan mengarahkan pisau itu kelehernya. Angga sangat ketakutan lalu meninggalkan kamar, namun dia tidak mau menyerah dan ternyata mencari pria itu. Aku yang sudah lepas kesabaran menyusulnya kebelakang dan terus menakutinya sehingga dia pergi dari kos itu. Akhirnya Angga menyerah dan meninggalkan kos itu dan tidak pernah kembali lagi.



Malam itu, teman kos ku tahu bahwa aku gay dan untungnya dia menyembunyikan pria itu dikamarnya. Pria itu sangat ketakutan, tangannya luka karena kuku Angga dan telapak tangannya berdarah karena pecahan kaca jendela akibat dorongan dari Angga. Ternyata pria itu tahu bahwa Angga bukanlah anak ibu kos, teman kos ku menceritakan bahwa Angga memang sering ke kos mencari saya. Namun karena aku sudah tidur dan kadang aku sibuk dengan kerja membuat aku dan Angga tidak pernah bertemu.


Semejak kejadian malam itu teman kos dan sekaligus teman kuliah ku itu tahu aku gay. Dia satu-satunya orang yang mengetahui aku gay, sedangkan aku tahu dia gay karena dia sempat berteman dengan ku di Grinder dengan jarak sangat dekat dan mamasang photo aslinya. Pria dari Solo itu tidak lagi menghubungi ku, akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya dan menghapus kontaknya karena pesan ku juga tidak pernah dia respon.


Inilah kisah cintah dan komitmen yang terakhir aku buat dengan seorang pria dalam hidupku dan berakhir dengan banyak masalah.



Semenjak hubungan ku bersama Angga, aku memutuskan untuk hanya mencari teman seks dan akan memulai hubungan serius lagi jika orang itu sempurna seperti apa yang aku harapkan dan selebihnya hanya fun. Perjalanan ku setelah dengan Angga begitu panjang dengan mungkin puluhan pria. Mereka hanya datang dan saling melepas nafsu bersama ku, sampai saat ini aku merasa sangat bosan dengan hal itu. Tapi walaupun aku bilang ingin berhenti saja tapi aku sudah terlanjur berada dan kenal dengan seks ini. Lalu aku menghapus sebagian aplikasi ku yang aku pikir terlalu mudah mencari teman fun aplikasi itu juga beresiko. Jadi aku hanya ada Tinder dan Wechat yang aku pikir itu adalah aplikasi umum. Aku menyerahkan semuanya dengan waktu, jika pada waktunya aku akan memiliki kenangan dan hubungan serius maka itu dari tempat yang baik jua.


Aku menulis dalam aplikasi ku itu mencari hubungan serius dan memberikan mereka akun blog pribadi ku untuk dapat mengetahui ku siapa ku sebelum memutuskan untuk menjalani hubugan serius.


Lalu bagaimana aku menyalurkan nafsu ku setelah ini?


Aku kembali pada kebiasaan ku mastrubasi dan terkadang tetap berhubungan fun jika aku beruntung. Dan kini aku terus menjalani hidupku dengan berharap akan segera menyelesaikan masalah ku tentang penyimapangan ini. Apakah ini benar sebuah perasaan atau hanya nafsu yang tidak bisa aku kontrol saaja?


Share:

Out In The Drak

Haruskah masalah ini karena keyakinan?




Jika aku boleh meminta, aku tidak ingin dilahirkan dengan rasa suka terhadap pria seperti ini. Tidak pun ingin menghancurkan nama keluarga, apalagi menghancurkan hati seorang wanita yang memberikan segala waktu dan tenaganya untuk menjadi wadah serta memastikan aku tubuh sampai saat ini. Atau menyakiti dan menghancurkan harapan seorang ayah, yang memberikan kesempatan pada ku untuk ada dalam dunia ini. "


Rasanya sangat percuma jika terus berharap pada manusia, mengharap mereka mampu menerima keadaan penyimpangan ini. Aku bisa berakhir dimana saja, bahkan dalam kematian yang tidak ada orang yang akan tahu keberadaan ku.


Aku hanya ingin sebuah kisah baik dengan satu pria yang akan mampu membawah ku menjadi lebih baik di dunia ini. Bahkan jika benar, aku ingin seorang pria yang akan menemaniku mampu menempuh jalan baik kepada Allah S.W.T


Lalu ketika sadar, aku pun takut untuk mati dalam keadaan seperti ini. Aku menjadi sangat ceroboh untuk berharap seseorang mau membawah ku pergi. Aku telah lelah, pikiran ku di penuhi rasa takut akan pandangan salah dan benar. Kehidupan ku begitu di penuhi dengan pertolongan dari tuhan ku, jika aku salah dalam memutuskan sesuatu maka semua akan berakhir buruk. Dalam hidup ku, mampu bertahan sejauh ini adalah karena pertolongan dari tuhan ku.








Terkadang aku menjadi sangat egois, haruskah aku bertahan karena agama atau lari dan keluar karena sebuah agama juga. Mencintai dan menyukai seseorang pria bukanlah kemauan ku, jika aku bisa melakukannya dengan wanita maka akan lebih baik untuk membuat pilihan ini.
Share:

AKU GILA DENGAN DIRIKU DAN HARAPANKU

Serius ini sangat menyakitkan.


Jika tersedia pilihan itu pasti aku akan bersegera kesana mendapatkan seorang pria yang aku harapkan.


Tapi setiap kali aku berpikir gila dengan harapan itu, semua harus terhenti ketika aku mengingat malam itu. Seorang wanita yang melahirkan sosok gila ini menangis saat bertanya apakah aku seorang gay. Wanita itu mungkin sangat takut untuk menanyakan hal itu pada ku, hanya untuk memastikan semuanya bohong dia mengeluarkan keberaniannya.


Dunia ini benar-benar gila menempatkan sebuah posisi. Kenapa seroang pria tidak bisa hamil, kadang aku ingin sekali menikahi orang wanita namun memiliki tampilan seperti pria agar nafsuku bisa bangkit saat bersamanya. Aku telah mencobanya sekali dalam hidupku, namun semua itu tidak berhasil dan tidak memberikan apapun pada ku. Selain ketidak percayaan diri bahwa aku dapat meniduri wanita.




Lalu dengan kenangan itulah aku masih disini dalam persembunyian ku. Tidak memiliki seorang pria untuk mencintaiku dan tidak juga dengan wanita yang akan menemaniku. Keadaan ini sungguh membuat aku gila, kadang rasanya ingin menyerah dan menuruti apa yang orang tua ku harapkan. Tapi aku tetap takut dengan masa depan bersama wanita dan tetap berharap dengan masa depan indah yang mungkin tidak pernah akan datang.


Mungkin dalam banyaknya tulisan ku, aku terlalu sombong untuk bilang aku kuat seperti seorang tentara. Tapi konyolnya, belakangan ini aku semakin sering menonton vidio-vidio lamaran yang dilakukan seorang gay pada pria pasangan mereka. Lalu ternyata aku tetaplah sangat lembut, menangis sendiri karena mengenang seseorang, Kenapa aku menyadari bahwa aku ingin sekali menikah dengan pria saat tidak ada harapan untuk menemukannya.



Aku terus menangis mengenang dua hal yang membuat aku gila sampai saat ini.


Kenangan saat mama menangis dan kenangan saat seorang pria yang sangat aku harapakan saat ini meninggalkan ku karena aku menolaknya atas keraguan ku. Aku seperti konyol adit, aku tidak kuat rasanya dengan apa yang kamu tinggalkan pada ku. semua itu terlalu memberikan kenangan yang begitu besar dalam hidup ini. apakah ini rasa sakit yang dia rasakan saat aku berkata tidak siap dengan hubungan pria dengan pria.




aku seperti ingin sekali mengutuk semua orang yang berkata apa yang di lakukan pria dengan pria adalah nafsu sesaat. Semua orang yang memandang buruk hubungan ini seperti binantang, semua orang yang berpikir tentang sebuah penyakit.


Apakah tidak ada orang yang akan membantu menyelesaikan semua ini, aku sudah terlalu lelah dengan harapan yang semakin numpuk namun tidak bisa tercapai. Mungkin aku bisa mengejar dan mengusahakan yang lain sekuat ku, tapi untuk mengusahakan  hubungan dengan pria begitu banyak penghalangnya dan aku ragu untuk mendobraknya.



Lalu ketika aku berpikir nyaman dengan dalam persembunyian ku ini, aku ternyata menjadi benci dengan pria yang juga ikut bersembunyi seperti ku.


Aku benci pada pria gay yang tertutup, sebab mereka membuat semua ini terasa menjadi sangat menjijikan seperti apa yang di ucapkan orang-orang. Mereka atau pun aku menjadi sangat liar, mungkin bagi ku masih menyerahkan pada waktu dengan berpikir jika nanti akhirnya harus terbuka maka itu adalah jalannya, jika harus terus tertutup aku akan stay disini seolah aku menikmatinya. Lalu aku tidak bisa bohong, bahwa orang yang tertutup lah yang dapat memberikan nafsu terbaik bagi ku karena secara fisik mereka tidak terlalu terlihat seperti wanita. Dan orang yang telah  menikah makin terlihat dewasa bagiku dan tahu memperlakukan ku.


Aku terlalu memiliki kenangan buruk dengan pria-pria yang sudah open dan berprilaku seperti wanita. terutama kenangan ku pada teman semasa SMA ku yang seakan-akan dapat menghancurkan hidup orang. Selain itu aku sepertinya tidak dapat menjalani dengan pria feminim karena aku berpikir aku sedang berhubungan dengan wanita. Ini sangat konyol bagi ku, kadang aku terus berpikir bahwa aku bisa mendapatkan yang aku inginkan pada pria jika aku tetap bersembunyi. Karena dengan bersembunyi hampir semua pria yang aku temui tidak membuat aku ilfil untuk berhubungan


Lalu apa yang sebenarnya terjadi padaku? Apakah mungkin aku akan mendapatkan yang aku harapkan? apakah benar ada kisah yang sering aku tonton ini?




Oh God.

Aku bilang aku tidak ingin seseorang menyentuh dubur ku dan itu yang aku lakukan. Tapi dengan pemikiran seperti itu sangat sulit bagi ku mendapatkan seorang pria yang berprilaku seperti pria, bertubuh tegap dan dia mau menerimaku dengan posisi TOP atau tidak sama sekali membahas posisi itu. Ternyata ini benar-benar sulit, aku ingin segera keluar dan merasa bebas membuat sebuah ikatkan yang panjang dengan seorang pria seperti harapan ku.


AKU INGIN MERASAKAN KEBAHAGIAN SEUTUNYA, BUKAN SEBUAH KEBAHAGIAN YANG AKU PERLIHATKAN HANYA UNTUK MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN.


Aku bisa kacau dalam hidup ini jika aku selalu menetapkan hati ku pada orang yang salah. Pada orang yang jelas aku tahu tidak mungkin membuat ikatan.
Share:

Kisah ku bersama Bramantya

Hidup ini terlalu lucu dengan ku,


Saat aku mulai berpikir berhenti menjadi seorang pria bayaran karena resiko yang begitu besar bagiku. Seseorang datang memasuki masa itu dan menjadi alasan lain bagiku untuk bertahan. Ketika aku mengingatkan kembali masa bersamanya, ada sebuah pemikiran bahwa aku telah terlalu jahat pada orang itu.


Aku tetap tidak ingin merasa bersalah samapai saat ini, karena aku berpikir bahwa aku sudah memberikan peringatan padanya. Lalu dengan egois aku berpikir, apa yang telah mereka berikan kepadaku anggap saja bayaran atas apa yang telah aku berika kepada mereka. Aku memberikan waktu ku, perhatian ku dan hubungan seks yang mereka inginkan.


Lalu setalah kejadian malam itu, aku terus menyibukkan diri dengan pekerjaan dan tulisan-tulisan dalam bisnis plan milik ku. Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, sebuah pesan masuk pada aplikasi Grinder. Disana aku mendapatkan seseorang menanyakan tentang status pada profil ku itu. Setelah saling mengenalkan diri, disana aku mengetahui namanya Bramantya, seorang manajer di sebuah bar and kitchen di Jogja. Lalu semakin dekat kami akhirnya memutuskan bertemu di tempat kerjaku sepulang kerja. Kenapa harus disana? Hal itu karena aku tidak memiliki kendaraan selain sepeda butut dan saat itu ojek online belum ada seperti saat ini.

Lalu pukul 19:00 saat aku akan pulang Bram memberi tahu aku bahwa dia sudah di depan tempat kerja ku dengan memberikan posisi dan ciri-cirinya. Ternyata dari kejauhan aku sudah dapat melihat jelas orang itu, diatas sebuah motor metic duduk seseorang sesuai dengan yang di jelaskannya kepadaku. Aku mengira dia membohongiku atau aku salah orang karena yang duduk diatas motor itu seperti seorang wanita. Hal itu terpikir olehku karena yang berada di motor itu aku melihat seorang wanita dengan rambut panjang dan pirang. Aku  mencoba mendekati, namun aku tiba-tiba berhenti karena Bram begitu terlihat seperti waria.

Saat itu aku ingin kembali ke dalam tempat kerja ku, hal itu karena takut dimana saat itu teman-teman kerja mulai pulang dan beberapa tamu biliard yang sudah dekat dengan ku ada diparkiran. Aku yang sudah dikenal sebagai tabel guard yang mungkin mereka pikir aku tidak ada kelainan, untuk menjaga hal itu membuat aku berhenti dalam sebuah lamunan. Hingga dalam lamunan itu aku lebih merasa takut kalau orang ini adalah orang yang nekat. Dengan penampilan seperti itu, jika aku membuat dia kecewa karena tidak menemuinya mungkin dia akan mencari ku di dalam atau tiba-tiba dia akan menyebar berita gila dengan mengatakan aku pasangannya. Maka langkah ku mulai kembali maju mendekatinya, aku mulai dengan say hello dan berharap segera meninggalkan dia atau tempat itu.

Saat kami mengobrol di pinggir jalan suara klakson motor dari teman kerjaku membuat ku malu dan mungkin Bram menyadari hal itu. Dengan lantang Bram mengajak ku pergi dari sana karena dia berasal kalau dia belum makan. Aku yang tidak ingin memberikan harapan pada dia menolak dengan mengatakan kalau aku memiliki sepeda untuk aku bahwa pulang. Bram yang sebelumnya tahu kalau aku tidak memiliki kegiatan selain kerja, memaksa dengan kalimat seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan.

"kamu menolak niat baik ku?" suara itu terdengar seperti mengancam.

"bukan seperti itu, ada sepedaku disni. jika aku tinggal bagaimana aku besok bekerja." aku gugup karena takut menyinggungnya.

"biarkan saja, tidak akan lama kita makan, nanti aku antar kesini lagi. aku tahu kamu tidak nyaman karena teman mu tadi. ada banyak yang ingin aku bicarakan." Bram terus meyakinkan ku.

Karena tidak ingin menyakiti orang itu dan membuat dia berpikir bahwa apa yang dia ucapkan benar lalu aku mengiyakan. Bram membawah ku ke sebuah restoran cukup mewah, aku yang sudah cukup lama tidak merasakan kemewahan hidup seperti malam itu mulai berpikir picik. Kami mulai berbicara dan saling mengenalkan diri kami secara lebih jauh dan dalam. Hari itu Bram tahu bahwa aku bukan orang yang terbuka dengan kehidupan gay ku dan juga ku jelaskan bahwa saat itu aku sedang cuti kuliah serta bermasud untuk melanjutkan kuliah ku.

Obralan itu terus memanjang, dimana dia bertanya tentang apa alasan aku untuk menjalani hubungan serius dan apakah aku pernah menjalani hubungan itu. Hari itu menjadi sangat panjang untuk kami lalui, Bram tidak tahu tentang hubungan ku bersama Aditya. Tidak ada yang tahu hubungan ku bersama Aditya dan bagaimana perjalanan cinta ku bersama Aditya kecuali HRD ku di restoran. Aku yang sampai saat ini tidak ingin siapa pun  tahu dan terlanjur membuat orang yakin bahwa pencapaian ku sampai saat ini adalah hasil diriku sendiri.

Bram berkata saat mendengar cerita yang ku buat, "kamu begitu mandiri Kal, pertama kali aku melihat mu. Aku merasa yakin bahwa kamu adalah orang yang baik, saya harap kita akan sering bertemu setelah ini."

"sebaiknya tidak mengambil kesimpulan lebih awal mas, kita baru pertama bertemu." aku yang mencoba memperingatkan pria itu, memberi dia senyuman sambil melanjutkan makan ku.

Bram mempertegas pendapatnya, "tidak ada orang jahat bilang dia jahat, kenapa aku harus mempertimbangkan sesuatu yang jelas aku yakin.tenang saja."


Makan malam itu dan percakapan malam itu terlalu banyak membuat Bram membuat pandangannya sendiri. Tidak butuh lama untuk kami memutuskan tinggal bersama, selama dua minggu mungkin dan lebih dari delapan kali pertemuan dengan semua yang kuceritakan. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk mengontrak bersama dan meninggalkan mess dari kantornya demi diri ku. Bram tahu kalau aku memiliki masalah dengan keuangan ku untuk kuliah, dia juga tahu aku tidur di ruangan keseketaritan organisasi. Anggap saja Bram sangat ibah pada ku, aku yang tidak memiliki pilihan apapun menerima tawaran Bram untuk tinggal bersama dan menganggap bahwa kami sudah menjadi pasangan yang utuh.

Setelah hampir satu tahun aku ditinggalkan oleh Aditya dan uang yang aku kumpulkan tidak juga mencukupi. Aku yang tidak bisa meminta tolong kepada orang tua ku untuk biaya kuliah harus memutar segala otak ku. Semua telah aku kerjakan, dengan tinggal bersama Bram aku telah menghemat uang makan dan terkadang Bram sangat loyal memberi ku uang untuk jajan. Dengan segala kebaikan itu, aku  menjadi sangat rendah di depan pria itu. Pada awalnya aku sangat takut untuk berhubungan seks dengannya, hal itu karena penampilannya tidak dapat membuat aku merasa puas. Bram selalu aktif terhadap ku ketika berhubungan, aku yang berharap dia menyadari hal itu ternyata membuat Bram berpikir bahwa aku pria normal yang terpaksa menerimanya karena tidak memiliki biaya.

Hari itu aku ke kampus untuk melunasi administrasi ku, ternyata apa yang aku pikirkan sudah cukup tidak bisa tercapai. Dari keuangan memberikan aku waktu satu minggu untuk menyelesaikan pembayaran sebelum memulai perkuliahan. Aku terus mencoba mencari solusi dari keuangan agar bisa kuliah dan membayarnya satu atau dua bulan berikutnya. Tapi mereka menyuruhku membuat surat pernyataan dengan photo copy dari id wali ku. Aku pikir akan selesai, aku meminta izin ke Bram untuk meminta id nya sebagai wali. Setelah administrasi aku lakukan ternyata itu tidak cukup, mereka melakukan kesalahan karena sebelumnya aku telah melakukan dispensasi. Hal ini berarti aku telah menumpuk dua kali pembayaran, aku yang merasa tidak memiliki teman mengobrol menceritakan semuanya dengan Bram malam itu.

"Apa yang membuatmu tidak semangat Kal, kamu sudah bosan dengan ku?" Bram bertanya padaku saat dia sedang asyik mengoral kemaluan ku.

aku mencoba menyembunyikan semuanya padanya agar aku tidak memiliki banyak hutang jasa dengan pria itu. "Loh, kenapa bicara seperti itu? kamu terlalu sering menggunakan hati Bram." aku coba tersenyum.

"untuk malam ini sepertinya kita selesaikan, aku juga lagi capek Kal. Aku perlu mandi sekarang." Bram meninggalkan ku dan pergi ke kamar mandi.


Selama Bram mandi begitu banyak hal terpikir, aku yang takut pria ini merasa muak pada ku dan meninggalkanku disaat semuanya tinggal sedikit lagi menjadikan ku berpikir ulang. Aku mencoba memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Lalu ketika Bram keluar dari kamar mandi aku mencoba melakukan ajak hubungan seks lebih dulu dengan cari terbaik yang aku bisa lakukan. Aku menariknya ke kasur dan memulai menggerayangi pria itu, tidak ada keraguan atau rasa aneh saat itu karena mungkin aku sudah tidak bisa memikirkan apapun kecuali kuliah ku. Malam itu mungkin adalah hal pertama bagi Bram saat aku mampu memuaskannya juga, bukan seperti malam-malam yang biasa kami lalui yang merasa puas hanyalah aku.

Setelah setiap orang sudah mencapai kepuasannya, aku mencoba memulai pembicaraaan. "Maaf Bram, karena prilaku ku membuat kamu berpikir aku tidak menyukai mu. Aku hanya sedang terlalu banyak pikiran tentang kuliah ku."

"Ada apa dengan kuliah mu. bukannya tadi pagi kamu sudah mencopy ktp ku. Yang pentingkan kamu bisa kuliah dulu, nanti kita cari cara untuk mengumpulkan uang ke kurangannya." Bram menyandarkan kepalanya di dada ku.

Dalam hubungan kami, Bram lah yang selalu ingin dimanja dan di perhatikan karena pada dasarnya memang seperti itulah pria itu. Dia begitu lembut, aku tidak bisa berpikir apapun saat mengambil keputusan untuk hidup bersama Bram. Secara sosial, Bram telah beberapa kali bertemu dengan teman kuliah dan organisasi ku baik itu di mall atau pun di minimarket. Karena Bram yang tahu jika aku orang yang masih tertutup dengan kehidupan gay ku sering menjauh tanpa aku suruh. Tapi hal itu kadang menjadi sangat menggangguku, karena ketika teman ku tidak sengaja bertemu kami mereka melihat kami begitu akrab namun ketika aku mencoba mengenalkan Bram keteman ku agar mereka tidak berpikir melampaui batas, sering sekali Bram bergegas meninggalkan aku yang menurutnya untuk menyelamatkan ku. Tapi itu tidak lah benar, terkadang teman-teman ku makin penasaran dan membuatku harus membuat-buat cerita kembali.


Kembali ke malam itu,

Akhirnya aku menceritakan padanya bahwa ternyata aku baru bisa masuk kuliah jika melunasi pembayaran sebesar 3 juta. Aku bilang kepadanya bahwa sisa di tabungan ku tinggal 600 ribu dan itu adalah uang pegangan bagi ku. Lalu Bram bilang kalau dia akan berusaha membantuku semampunya, tapi dia juga memperingatkan ku bahwa saat ini dia pun tidak memiliki uang. Ternyata tidak lebih dari seminggu Bram memberikan uang kepada ku 2,5 juta untuk menambahi uang yang ada di tabunganku. Hari itu dia tidak menceritakan padaku darimana uang itu berasal, dia cuma ingin aku bisa bahagia dan segera kuliah. Namun setelah akhir cerita ini Bram akan sama seperti Aditya yang membuatku merasa sangat gila dengan ucapan mereka.

Hubungan kami begitu baik setelah itu, aku mencoba memberikan yang terbaik pada pria itu baik dalam sebuah hubungan pacaran atau hubungan seksual. Kami yang dari awal tinggal bersama telah berkomitmen untuk menghapus semua akun-akun aplikasi pencari pria melakukan semuanya dengan baik. Namun karena dia terlalu bahagia, Bram melampaui batasnya dengan mengundang ibunya tinggal bersama kami. Bram awalnya bilang kepada ku bahwa ibunya sudah lama tidak bertemu dengannya dan ingin sekaligus liburan di Jogja. Dia juga berkata karena mamanya akan tinggal lama di Jogja maka lebih baik tinggal bersama kami agar menghemat biaya dari pada tinggal dihotel.

Aku yang merasa tidak memiliki hak untuk menolak, mengiyakan apapun rencana pria itu. Berbeda dengan rumah ku bersama Aditya, dengan Bram kami hanya menyewa kamar berukuran 4 x 4 dengan kamar mandi di dalam. Tempat itu sangat cukup bagi ku dari pada harus tinggal di sebuah ruangan yang terkadang di gunakan rapat oleh organisasi ku. Kamar itu di buat Bram senyaman mungkin agar aku tidak merasa bosan ketika pulang kerja dan dia sedang tidak ada. Namun ketika ibunya datang aku sering tidur dibawah dekat dengan TV, tapi ternyata hal itu membuat ibunya tidak nyaman. Ibunya mengetahui dari Bram bahwa kami tinggal bersama karena aku juga ikut membiaya sewa itu dan ternyata Bram memberitahu ibunya kalau kami adalah pasangan.

Hari itu aku pulang jam 7 malam dan Bram belum pulang karena ternyata di Bar ada event yang harus dia jaga. Ibu Bram menyambut ku pulang, "Tidak pulang bareng Bram nak?"

"Nggak bu, tadi saya minta tolong teman tempat kerja untuk mengantar pulang. Seprtinya Bram akan pulang malam karena di tempat kerjanya ada acara." Aku masuk dan melepaskan sepatu dan membersihkan tubuhku.

Setelah selesai mandi karena badan ku bau asap rokok dan keringan karena pekerjaan ku yang berada di billiard, ibu Bram menawarkan makan pada ku. "tadi ibu masak soup dan ayam krispy, kata Bram kamu sering makan dirumah dan jika tidak ada dia kamu hanya makan telor atau mie."

aku tertawa dengan ucapan orang tua itu, "tidak seperti itu juga si bu. saya hanya merasa perlu menghemat uang saya. tapi memang kalau ada Bram dia sering memasak beberapa makanan yang enak agar aku tidak bosan. terimakasih bu, nanti saya makan."

Lalu ibu Bram berdiri dan sepertinya pergi kewarung. "makan saja, ibu mau keluar dulu ada yang mau di beli. eh nak, kalian biasanya patungan berapa untuk bayar kontrakan ini? kenapa tidak coba tempat yang lebih luas agar lebih nyaman."

"ini cukup kok bu, kebetulan dekat dengan kampus dan tempat kerja ku. kalau Bram kan enak ada motor jadi kami memutuskan tinggal disini. Ini nggak terlalu mahal kok bu." aku yang mengambil kesimpulan bahwa Bram pasti bilang ke ibunya bahwa kami saling membantu menjawab seperti itu.

Ternyata Bram sering menginalkan pacarnya kepada mama nya, dia sudah terbuka dengan orang tuanya itu. Namun karena Bram takut ibunya tidak setuju dengan ku jika bilang dia membiayai hidupku membuat cerita itu kepada orangtuanya. Pengalaman buruk ibunya dengan mantan-mantan Bram yang sering memanfaatkan anaknya membuat Bram ingin kedatangan ibunya dapat memberikan penilaian terhadapku. Setelah hari itu, ibunya selalu tidur lebih dahulu dibawah agar aku tidur di atas bersama dengan anaknya. Namun aku yang tidak tahu hal itu awalnya, mencoba memperlakukan orangtua Bram layaknya orang tua ku. Sering aku mencoba menyuruhnya tidur diatas atau ikut membantunya membersihkan kamar yang aku pikir itu adalah tugas kami.



Ternyata selama dua minggu dan liburan kami bersama di Jogja membuat penilaian sendiri dari ibu Bram

Aku lupa kenapa hari itu aku mendownload kembali aplikasi Grinder itu. Tapi saat aku mengaktifkan akun lama ku itu ternyata ada seseorang mengirim pesan pada ku dan itu Bram. Pada awal kami tinggal bersama, Bram meminjamkan hp Iphon 5 nya pada ku karena hp ku saat itu baru saja jatuh dari motor saat bersamanya. Namun hp itu menjadi cara Bram mengasih ku dan melihat kejujuran ku selama ini kepadanya. Kami tidak saling menguci hp kami, dari akun email yang sama dengan iphone miliknya Bram sering melakukan find lokasi ketika menanyakan keadaan ku. Sejauh itu kami tidak bermasalah, hingga aku mengaktifkan lagi Grinder itu dan menanggapi pesannya yang mengajak ku bertemu dan membayarku. Hari itu aku hanya berpikir sepertinya tidak akan jadi masalah, aku juga sudah biasa melakukannya. Aku berpikir setelah mendapatkan uang untuk peganganku, aku bisa menghapus akun itu dan meninggalkan masalah itu.

Tapi ternyata ternyata Bram menunggu malam itu, aku yang setelah kedatangan orang tuanya sering tidak terlalu aktif berhubungan membuat dia curiga. Setiap kali berhubungan aku sering memposisikan dirinya tertengkurap, hal itu karena semakin lama aku tidak memiliki daya tarik pada tubuhnya dan wajahnya. Terkadang aku merasa geli, beberapa kali berhubungan aku sering membuat tv atau vidio porn di hp untuk membuat diriku merasa lebih baik. Sebelumnya hal ini tidak jadi masalah baginya, tapi masalah aplikasi itu membuat dia marah padaku. Seperti biasa aku membuatnya tengkurap dan mencoba memuaskan diriku dan dirinya.

Namun sebelum ejakulasi, kemaluan ku melemah yang mungkin karena aku merasa lelah setelah pulang dari kerja. Tapi untuk membuat pria itu tetap puas aku mencoba membangukan kembali kemaluan ku namun tiba-tiba Bram bicara dan marah.

"Stop Kal, sepertinya sudah cukup lama ini tidak menghiraukan ku. Sepertinya kamu melakukan hal ini sangat terpaksa." Bram menjauhkan tubuh ku yang sedang berada diatasnya dan bangun.

Aku yang merasa biasa saja menjawab dengan tersenyum, "Loh, kenapa bicara seperti itu? Sepertinya aku sedang lelah jadi sedikit sulit bagi ku malam ini."

"Sepertinya bukan karena itu, sejujurnya kamu itu tidak menyukai pria bukan? kamu hanya memanfaatkan kami karena kamu ingin membayar kuliah mu saja." Bram ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.

Dia menambah jelas percakapan malam itu dengan memberitahu masalah pesan Grinder itu adalah dia. Dia menjelaskan bahwa aku tidak pernah memegang komitmen ku dan berpikir aku terlalu jahat kepadanya. Bram juga menjelaskan kedatangan ibunya ke Jogja adalah undangan darinya untuk memperkenalkan dia kepadaku.

"benar kata mama, bahwa kamu itu tidak benar-benar menyukai pria. Mama sudah memperingatkan ku, tapi karena aku sayang dengan kamu dan berpikir itu tidak benar aku tetap mempertahankan untuk terus bersama kamu." di dalam kamar mandi suara itu terdengar sedang menangis.

"Lalu apa alasan mu mengontak ku di Grinder, apa semua menjadi salah ku? Aku mungkin tidak tahu sudah berapa banyak orang yang kamu temui, jika aku tidak memakai kembali aplikasi itu. Bukannya artinya kamu yang sudah lebih dahulu memakai aplikasi itu." Aku mengingatkannya untuk tidak menyalahkan ku.

"aku rasa ini sudah cukup, malam ini aku akan tidur dikampus atau di tempat teman ku." aku memakai pakaian ku dan meninggalkan kamar dengan Bram yang masih di dalam kamar mandi.


Keesokan harinya aku balik karena harus mengambil baju untuk bekerja dalam shift malam, ternyata hari itu Bram memilih untuk tidak bekerja dan menunggu untuk berbicara. Dari pembiacaraan kami itu menyimpulkan bahwa hubungan kami tidak dapat di pertahankan. Aku yang berpikir semuanya akan kembali tenang pulang itu ternyata tidak, dia tidak mengakui kesalahannya lebih dahulu atas hal itu. Dari pembicaraan sore itu Bram memberiku waktu selama satu minggu untuk segara pergi dari kontrakan itu karena dia telah memutuskan untuk tidak memperpanjang sewa kamar itu.



Tiga bulan kurang kami menjalani hubungan itu,

Kontrakan dengan harga 1,3 juta perbulan itu memang terlalu mahal untuk dibayar selama setahun. Aku merasa sangat konyol dalam hidup ku, aku yang berpikir dapat mencoba menaruhkan perasaan dan nafsuku pada seorang yang tidak seperti harapanku ternyata adalah kesalahan. Pada awalnya aku berpikir mungkin tuhan mendatangkan Bram sebagai balasan pada ku dan sebagai pembelajaran untuk ku meletakan hati bukan hanya nafsu pada pria. Tapi ternyata semua itu tidak bisa tercapai, hal ini karena ternyata Bram tidak perna merasa puas atau pun bahagia bersama denganku. Selama seminggu itu aku ternyata Bram terus mengawasi ku, hp dan semua fasilitas mulai di ambilnya dari ku. Aku yang baru menerima gaji pada minggu itu segera mencari kosan murah agar ketaman di organisasi ku tidak curiga padaku yang tiba-tiba untuk kembali lagi ke basecamp.



Setelah menggunakan hp ku kembali dan menyadari bahwa hubungan kami tidak dapat di selamatkan. Aku memutuskan untuk kembali mengaktifkan semua aplikasi itu dan ternyata orang bodoh bernama Angga masuk dalam hidupku dan menjadi orang terakhir yang membuat ku memilih hubungan sering dengan gegabah.


Dari Angga aku belajar dan menyadari bahwa aku harus berhenti membuat orang membantu ku. Karena hal itu akan menyakiti diriku sendiri
Share:

Popular Posts

Entri yang Diunggulkan

Saat itu aku berpikir ; hidupku kurang dari satu tahun lagi

Tulisan ini aku buat karena seseorang mengingatkan ku bahwa sepertinya tidak akan sempurna sebuah hubungan kalau ada yang masih ditutupi....