Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Kisah ku bersama Bramantya

Hidup ini terlalu lucu dengan ku,


Saat aku mulai berpikir berhenti menjadi seorang pria bayaran karena resiko yang begitu besar bagiku. Seseorang datang memasuki masa itu dan menjadi alasan lain bagiku untuk bertahan. Ketika aku mengingatkan kembali masa bersamanya, ada sebuah pemikiran bahwa aku telah terlalu jahat pada orang itu.


Aku tetap tidak ingin merasa bersalah samapai saat ini, karena aku berpikir bahwa aku sudah memberikan peringatan padanya. Lalu dengan egois aku berpikir, apa yang telah mereka berikan kepadaku anggap saja bayaran atas apa yang telah aku berika kepada mereka. Aku memberikan waktu ku, perhatian ku dan hubungan seks yang mereka inginkan.


Lalu setalah kejadian malam itu, aku terus menyibukkan diri dengan pekerjaan dan tulisan-tulisan dalam bisnis plan milik ku. Dalam rentang waktu yang tidak terlalu lama, sebuah pesan masuk pada aplikasi Grinder. Disana aku mendapatkan seseorang menanyakan tentang status pada profil ku itu. Setelah saling mengenalkan diri, disana aku mengetahui namanya Bramantya, seorang manajer di sebuah bar and kitchen di Jogja. Lalu semakin dekat kami akhirnya memutuskan bertemu di tempat kerjaku sepulang kerja. Kenapa harus disana? Hal itu karena aku tidak memiliki kendaraan selain sepeda butut dan saat itu ojek online belum ada seperti saat ini.

Lalu pukul 19:00 saat aku akan pulang Bram memberi tahu aku bahwa dia sudah di depan tempat kerja ku dengan memberikan posisi dan ciri-cirinya. Ternyata dari kejauhan aku sudah dapat melihat jelas orang itu, diatas sebuah motor metic duduk seseorang sesuai dengan yang di jelaskannya kepadaku. Aku mengira dia membohongiku atau aku salah orang karena yang duduk diatas motor itu seperti seorang wanita. Hal itu terpikir olehku karena yang berada di motor itu aku melihat seorang wanita dengan rambut panjang dan pirang. Aku  mencoba mendekati, namun aku tiba-tiba berhenti karena Bram begitu terlihat seperti waria.

Saat itu aku ingin kembali ke dalam tempat kerja ku, hal itu karena takut dimana saat itu teman-teman kerja mulai pulang dan beberapa tamu biliard yang sudah dekat dengan ku ada diparkiran. Aku yang sudah dikenal sebagai tabel guard yang mungkin mereka pikir aku tidak ada kelainan, untuk menjaga hal itu membuat aku berhenti dalam sebuah lamunan. Hingga dalam lamunan itu aku lebih merasa takut kalau orang ini adalah orang yang nekat. Dengan penampilan seperti itu, jika aku membuat dia kecewa karena tidak menemuinya mungkin dia akan mencari ku di dalam atau tiba-tiba dia akan menyebar berita gila dengan mengatakan aku pasangannya. Maka langkah ku mulai kembali maju mendekatinya, aku mulai dengan say hello dan berharap segera meninggalkan dia atau tempat itu.

Saat kami mengobrol di pinggir jalan suara klakson motor dari teman kerjaku membuat ku malu dan mungkin Bram menyadari hal itu. Dengan lantang Bram mengajak ku pergi dari sana karena dia berasal kalau dia belum makan. Aku yang tidak ingin memberikan harapan pada dia menolak dengan mengatakan kalau aku memiliki sepeda untuk aku bahwa pulang. Bram yang sebelumnya tahu kalau aku tidak memiliki kegiatan selain kerja, memaksa dengan kalimat seolah-olah dia tahu apa yang aku pikirkan.

"kamu menolak niat baik ku?" suara itu terdengar seperti mengancam.

"bukan seperti itu, ada sepedaku disni. jika aku tinggal bagaimana aku besok bekerja." aku gugup karena takut menyinggungnya.

"biarkan saja, tidak akan lama kita makan, nanti aku antar kesini lagi. aku tahu kamu tidak nyaman karena teman mu tadi. ada banyak yang ingin aku bicarakan." Bram terus meyakinkan ku.

Karena tidak ingin menyakiti orang itu dan membuat dia berpikir bahwa apa yang dia ucapkan benar lalu aku mengiyakan. Bram membawah ku ke sebuah restoran cukup mewah, aku yang sudah cukup lama tidak merasakan kemewahan hidup seperti malam itu mulai berpikir picik. Kami mulai berbicara dan saling mengenalkan diri kami secara lebih jauh dan dalam. Hari itu Bram tahu bahwa aku bukan orang yang terbuka dengan kehidupan gay ku dan juga ku jelaskan bahwa saat itu aku sedang cuti kuliah serta bermasud untuk melanjutkan kuliah ku.

Obralan itu terus memanjang, dimana dia bertanya tentang apa alasan aku untuk menjalani hubungan serius dan apakah aku pernah menjalani hubungan itu. Hari itu menjadi sangat panjang untuk kami lalui, Bram tidak tahu tentang hubungan ku bersama Aditya. Tidak ada yang tahu hubungan ku bersama Aditya dan bagaimana perjalanan cinta ku bersama Aditya kecuali HRD ku di restoran. Aku yang sampai saat ini tidak ingin siapa pun  tahu dan terlanjur membuat orang yakin bahwa pencapaian ku sampai saat ini adalah hasil diriku sendiri.

Bram berkata saat mendengar cerita yang ku buat, "kamu begitu mandiri Kal, pertama kali aku melihat mu. Aku merasa yakin bahwa kamu adalah orang yang baik, saya harap kita akan sering bertemu setelah ini."

"sebaiknya tidak mengambil kesimpulan lebih awal mas, kita baru pertama bertemu." aku yang mencoba memperingatkan pria itu, memberi dia senyuman sambil melanjutkan makan ku.

Bram mempertegas pendapatnya, "tidak ada orang jahat bilang dia jahat, kenapa aku harus mempertimbangkan sesuatu yang jelas aku yakin.tenang saja."


Makan malam itu dan percakapan malam itu terlalu banyak membuat Bram membuat pandangannya sendiri. Tidak butuh lama untuk kami memutuskan tinggal bersama, selama dua minggu mungkin dan lebih dari delapan kali pertemuan dengan semua yang kuceritakan. Akhirnya dia mengambil keputusan untuk mengontrak bersama dan meninggalkan mess dari kantornya demi diri ku. Bram tahu kalau aku memiliki masalah dengan keuangan ku untuk kuliah, dia juga tahu aku tidur di ruangan keseketaritan organisasi. Anggap saja Bram sangat ibah pada ku, aku yang tidak memiliki pilihan apapun menerima tawaran Bram untuk tinggal bersama dan menganggap bahwa kami sudah menjadi pasangan yang utuh.

Setelah hampir satu tahun aku ditinggalkan oleh Aditya dan uang yang aku kumpulkan tidak juga mencukupi. Aku yang tidak bisa meminta tolong kepada orang tua ku untuk biaya kuliah harus memutar segala otak ku. Semua telah aku kerjakan, dengan tinggal bersama Bram aku telah menghemat uang makan dan terkadang Bram sangat loyal memberi ku uang untuk jajan. Dengan segala kebaikan itu, aku  menjadi sangat rendah di depan pria itu. Pada awalnya aku sangat takut untuk berhubungan seks dengannya, hal itu karena penampilannya tidak dapat membuat aku merasa puas. Bram selalu aktif terhadap ku ketika berhubungan, aku yang berharap dia menyadari hal itu ternyata membuat Bram berpikir bahwa aku pria normal yang terpaksa menerimanya karena tidak memiliki biaya.

Hari itu aku ke kampus untuk melunasi administrasi ku, ternyata apa yang aku pikirkan sudah cukup tidak bisa tercapai. Dari keuangan memberikan aku waktu satu minggu untuk menyelesaikan pembayaran sebelum memulai perkuliahan. Aku terus mencoba mencari solusi dari keuangan agar bisa kuliah dan membayarnya satu atau dua bulan berikutnya. Tapi mereka menyuruhku membuat surat pernyataan dengan photo copy dari id wali ku. Aku pikir akan selesai, aku meminta izin ke Bram untuk meminta id nya sebagai wali. Setelah administrasi aku lakukan ternyata itu tidak cukup, mereka melakukan kesalahan karena sebelumnya aku telah melakukan dispensasi. Hal ini berarti aku telah menumpuk dua kali pembayaran, aku yang merasa tidak memiliki teman mengobrol menceritakan semuanya dengan Bram malam itu.

"Apa yang membuatmu tidak semangat Kal, kamu sudah bosan dengan ku?" Bram bertanya padaku saat dia sedang asyik mengoral kemaluan ku.

aku mencoba menyembunyikan semuanya padanya agar aku tidak memiliki banyak hutang jasa dengan pria itu. "Loh, kenapa bicara seperti itu? kamu terlalu sering menggunakan hati Bram." aku coba tersenyum.

"untuk malam ini sepertinya kita selesaikan, aku juga lagi capek Kal. Aku perlu mandi sekarang." Bram meninggalkan ku dan pergi ke kamar mandi.


Selama Bram mandi begitu banyak hal terpikir, aku yang takut pria ini merasa muak pada ku dan meninggalkanku disaat semuanya tinggal sedikit lagi menjadikan ku berpikir ulang. Aku mencoba memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Lalu ketika Bram keluar dari kamar mandi aku mencoba melakukan ajak hubungan seks lebih dulu dengan cari terbaik yang aku bisa lakukan. Aku menariknya ke kasur dan memulai menggerayangi pria itu, tidak ada keraguan atau rasa aneh saat itu karena mungkin aku sudah tidak bisa memikirkan apapun kecuali kuliah ku. Malam itu mungkin adalah hal pertama bagi Bram saat aku mampu memuaskannya juga, bukan seperti malam-malam yang biasa kami lalui yang merasa puas hanyalah aku.

Setelah setiap orang sudah mencapai kepuasannya, aku mencoba memulai pembicaraaan. "Maaf Bram, karena prilaku ku membuat kamu berpikir aku tidak menyukai mu. Aku hanya sedang terlalu banyak pikiran tentang kuliah ku."

"Ada apa dengan kuliah mu. bukannya tadi pagi kamu sudah mencopy ktp ku. Yang pentingkan kamu bisa kuliah dulu, nanti kita cari cara untuk mengumpulkan uang ke kurangannya." Bram menyandarkan kepalanya di dada ku.

Dalam hubungan kami, Bram lah yang selalu ingin dimanja dan di perhatikan karena pada dasarnya memang seperti itulah pria itu. Dia begitu lembut, aku tidak bisa berpikir apapun saat mengambil keputusan untuk hidup bersama Bram. Secara sosial, Bram telah beberapa kali bertemu dengan teman kuliah dan organisasi ku baik itu di mall atau pun di minimarket. Karena Bram yang tahu jika aku orang yang masih tertutup dengan kehidupan gay ku sering menjauh tanpa aku suruh. Tapi hal itu kadang menjadi sangat menggangguku, karena ketika teman ku tidak sengaja bertemu kami mereka melihat kami begitu akrab namun ketika aku mencoba mengenalkan Bram keteman ku agar mereka tidak berpikir melampaui batas, sering sekali Bram bergegas meninggalkan aku yang menurutnya untuk menyelamatkan ku. Tapi itu tidak lah benar, terkadang teman-teman ku makin penasaran dan membuatku harus membuat-buat cerita kembali.


Kembali ke malam itu,

Akhirnya aku menceritakan padanya bahwa ternyata aku baru bisa masuk kuliah jika melunasi pembayaran sebesar 3 juta. Aku bilang kepadanya bahwa sisa di tabungan ku tinggal 600 ribu dan itu adalah uang pegangan bagi ku. Lalu Bram bilang kalau dia akan berusaha membantuku semampunya, tapi dia juga memperingatkan ku bahwa saat ini dia pun tidak memiliki uang. Ternyata tidak lebih dari seminggu Bram memberikan uang kepada ku 2,5 juta untuk menambahi uang yang ada di tabunganku. Hari itu dia tidak menceritakan padaku darimana uang itu berasal, dia cuma ingin aku bisa bahagia dan segera kuliah. Namun setelah akhir cerita ini Bram akan sama seperti Aditya yang membuatku merasa sangat gila dengan ucapan mereka.

Hubungan kami begitu baik setelah itu, aku mencoba memberikan yang terbaik pada pria itu baik dalam sebuah hubungan pacaran atau hubungan seksual. Kami yang dari awal tinggal bersama telah berkomitmen untuk menghapus semua akun-akun aplikasi pencari pria melakukan semuanya dengan baik. Namun karena dia terlalu bahagia, Bram melampaui batasnya dengan mengundang ibunya tinggal bersama kami. Bram awalnya bilang kepada ku bahwa ibunya sudah lama tidak bertemu dengannya dan ingin sekaligus liburan di Jogja. Dia juga berkata karena mamanya akan tinggal lama di Jogja maka lebih baik tinggal bersama kami agar menghemat biaya dari pada tinggal dihotel.

Aku yang merasa tidak memiliki hak untuk menolak, mengiyakan apapun rencana pria itu. Berbeda dengan rumah ku bersama Aditya, dengan Bram kami hanya menyewa kamar berukuran 4 x 4 dengan kamar mandi di dalam. Tempat itu sangat cukup bagi ku dari pada harus tinggal di sebuah ruangan yang terkadang di gunakan rapat oleh organisasi ku. Kamar itu di buat Bram senyaman mungkin agar aku tidak merasa bosan ketika pulang kerja dan dia sedang tidak ada. Namun ketika ibunya datang aku sering tidur dibawah dekat dengan TV, tapi ternyata hal itu membuat ibunya tidak nyaman. Ibunya mengetahui dari Bram bahwa kami tinggal bersama karena aku juga ikut membiaya sewa itu dan ternyata Bram memberitahu ibunya kalau kami adalah pasangan.

Hari itu aku pulang jam 7 malam dan Bram belum pulang karena ternyata di Bar ada event yang harus dia jaga. Ibu Bram menyambut ku pulang, "Tidak pulang bareng Bram nak?"

"Nggak bu, tadi saya minta tolong teman tempat kerja untuk mengantar pulang. Seprtinya Bram akan pulang malam karena di tempat kerjanya ada acara." Aku masuk dan melepaskan sepatu dan membersihkan tubuhku.

Setelah selesai mandi karena badan ku bau asap rokok dan keringan karena pekerjaan ku yang berada di billiard, ibu Bram menawarkan makan pada ku. "tadi ibu masak soup dan ayam krispy, kata Bram kamu sering makan dirumah dan jika tidak ada dia kamu hanya makan telor atau mie."

aku tertawa dengan ucapan orang tua itu, "tidak seperti itu juga si bu. saya hanya merasa perlu menghemat uang saya. tapi memang kalau ada Bram dia sering memasak beberapa makanan yang enak agar aku tidak bosan. terimakasih bu, nanti saya makan."

Lalu ibu Bram berdiri dan sepertinya pergi kewarung. "makan saja, ibu mau keluar dulu ada yang mau di beli. eh nak, kalian biasanya patungan berapa untuk bayar kontrakan ini? kenapa tidak coba tempat yang lebih luas agar lebih nyaman."

"ini cukup kok bu, kebetulan dekat dengan kampus dan tempat kerja ku. kalau Bram kan enak ada motor jadi kami memutuskan tinggal disini. Ini nggak terlalu mahal kok bu." aku yang mengambil kesimpulan bahwa Bram pasti bilang ke ibunya bahwa kami saling membantu menjawab seperti itu.

Ternyata Bram sering menginalkan pacarnya kepada mama nya, dia sudah terbuka dengan orang tuanya itu. Namun karena Bram takut ibunya tidak setuju dengan ku jika bilang dia membiayai hidupku membuat cerita itu kepada orangtuanya. Pengalaman buruk ibunya dengan mantan-mantan Bram yang sering memanfaatkan anaknya membuat Bram ingin kedatangan ibunya dapat memberikan penilaian terhadapku. Setelah hari itu, ibunya selalu tidur lebih dahulu dibawah agar aku tidur di atas bersama dengan anaknya. Namun aku yang tidak tahu hal itu awalnya, mencoba memperlakukan orangtua Bram layaknya orang tua ku. Sering aku mencoba menyuruhnya tidur diatas atau ikut membantunya membersihkan kamar yang aku pikir itu adalah tugas kami.



Ternyata selama dua minggu dan liburan kami bersama di Jogja membuat penilaian sendiri dari ibu Bram

Aku lupa kenapa hari itu aku mendownload kembali aplikasi Grinder itu. Tapi saat aku mengaktifkan akun lama ku itu ternyata ada seseorang mengirim pesan pada ku dan itu Bram. Pada awal kami tinggal bersama, Bram meminjamkan hp Iphon 5 nya pada ku karena hp ku saat itu baru saja jatuh dari motor saat bersamanya. Namun hp itu menjadi cara Bram mengasih ku dan melihat kejujuran ku selama ini kepadanya. Kami tidak saling menguci hp kami, dari akun email yang sama dengan iphone miliknya Bram sering melakukan find lokasi ketika menanyakan keadaan ku. Sejauh itu kami tidak bermasalah, hingga aku mengaktifkan lagi Grinder itu dan menanggapi pesannya yang mengajak ku bertemu dan membayarku. Hari itu aku hanya berpikir sepertinya tidak akan jadi masalah, aku juga sudah biasa melakukannya. Aku berpikir setelah mendapatkan uang untuk peganganku, aku bisa menghapus akun itu dan meninggalkan masalah itu.

Tapi ternyata ternyata Bram menunggu malam itu, aku yang setelah kedatangan orang tuanya sering tidak terlalu aktif berhubungan membuat dia curiga. Setiap kali berhubungan aku sering memposisikan dirinya tertengkurap, hal itu karena semakin lama aku tidak memiliki daya tarik pada tubuhnya dan wajahnya. Terkadang aku merasa geli, beberapa kali berhubungan aku sering membuat tv atau vidio porn di hp untuk membuat diriku merasa lebih baik. Sebelumnya hal ini tidak jadi masalah baginya, tapi masalah aplikasi itu membuat dia marah padaku. Seperti biasa aku membuatnya tengkurap dan mencoba memuaskan diriku dan dirinya.

Namun sebelum ejakulasi, kemaluan ku melemah yang mungkin karena aku merasa lelah setelah pulang dari kerja. Tapi untuk membuat pria itu tetap puas aku mencoba membangukan kembali kemaluan ku namun tiba-tiba Bram bicara dan marah.

"Stop Kal, sepertinya sudah cukup lama ini tidak menghiraukan ku. Sepertinya kamu melakukan hal ini sangat terpaksa." Bram menjauhkan tubuh ku yang sedang berada diatasnya dan bangun.

Aku yang merasa biasa saja menjawab dengan tersenyum, "Loh, kenapa bicara seperti itu? Sepertinya aku sedang lelah jadi sedikit sulit bagi ku malam ini."

"Sepertinya bukan karena itu, sejujurnya kamu itu tidak menyukai pria bukan? kamu hanya memanfaatkan kami karena kamu ingin membayar kuliah mu saja." Bram ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.

Dia menambah jelas percakapan malam itu dengan memberitahu masalah pesan Grinder itu adalah dia. Dia menjelaskan bahwa aku tidak pernah memegang komitmen ku dan berpikir aku terlalu jahat kepadanya. Bram juga menjelaskan kedatangan ibunya ke Jogja adalah undangan darinya untuk memperkenalkan dia kepadaku.

"benar kata mama, bahwa kamu itu tidak benar-benar menyukai pria. Mama sudah memperingatkan ku, tapi karena aku sayang dengan kamu dan berpikir itu tidak benar aku tetap mempertahankan untuk terus bersama kamu." di dalam kamar mandi suara itu terdengar sedang menangis.

"Lalu apa alasan mu mengontak ku di Grinder, apa semua menjadi salah ku? Aku mungkin tidak tahu sudah berapa banyak orang yang kamu temui, jika aku tidak memakai kembali aplikasi itu. Bukannya artinya kamu yang sudah lebih dahulu memakai aplikasi itu." Aku mengingatkannya untuk tidak menyalahkan ku.

"aku rasa ini sudah cukup, malam ini aku akan tidur dikampus atau di tempat teman ku." aku memakai pakaian ku dan meninggalkan kamar dengan Bram yang masih di dalam kamar mandi.


Keesokan harinya aku balik karena harus mengambil baju untuk bekerja dalam shift malam, ternyata hari itu Bram memilih untuk tidak bekerja dan menunggu untuk berbicara. Dari pembiacaraan kami itu menyimpulkan bahwa hubungan kami tidak dapat di pertahankan. Aku yang berpikir semuanya akan kembali tenang pulang itu ternyata tidak, dia tidak mengakui kesalahannya lebih dahulu atas hal itu. Dari pembicaraan sore itu Bram memberiku waktu selama satu minggu untuk segara pergi dari kontrakan itu karena dia telah memutuskan untuk tidak memperpanjang sewa kamar itu.



Tiga bulan kurang kami menjalani hubungan itu,

Kontrakan dengan harga 1,3 juta perbulan itu memang terlalu mahal untuk dibayar selama setahun. Aku merasa sangat konyol dalam hidup ku, aku yang berpikir dapat mencoba menaruhkan perasaan dan nafsuku pada seorang yang tidak seperti harapanku ternyata adalah kesalahan. Pada awalnya aku berpikir mungkin tuhan mendatangkan Bram sebagai balasan pada ku dan sebagai pembelajaran untuk ku meletakan hati bukan hanya nafsu pada pria. Tapi ternyata semua itu tidak bisa tercapai, hal ini karena ternyata Bram tidak perna merasa puas atau pun bahagia bersama denganku. Selama seminggu itu aku ternyata Bram terus mengawasi ku, hp dan semua fasilitas mulai di ambilnya dari ku. Aku yang baru menerima gaji pada minggu itu segera mencari kosan murah agar ketaman di organisasi ku tidak curiga padaku yang tiba-tiba untuk kembali lagi ke basecamp.



Setelah menggunakan hp ku kembali dan menyadari bahwa hubungan kami tidak dapat di selamatkan. Aku memutuskan untuk kembali mengaktifkan semua aplikasi itu dan ternyata orang bodoh bernama Angga masuk dalam hidupku dan menjadi orang terakhir yang membuat ku memilih hubungan sering dengan gegabah.


Dari Angga aku belajar dan menyadari bahwa aku harus berhenti membuat orang membantu ku. Karena hal itu akan menyakiti diriku sendiri
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts