Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Tidak sempat mengerti dan paham dengan diri sendiri

Dalam lembar ini aku akan menulis sedikit perjalan ku bersama seseorang bernama Aditya. Sosok pria yang nantinya akan menjadi pria yang tidak dapat aku lupakan.

Tapi kalian harus sedikit bersabar, karena aku ingin mengenang semuanya secara bertahap



Tulisan ini cukup mengganggu diriku,
selain terlalu banyak harapan yang kembali tercipta. Lebih dari itu aku sedang mencoba menjadi beberapa hal yang aku sendiri tidak tahu pada kahirnya yang mana akan aku lakukan.


     Setelah hampir satu tahun berteman di FB dan satu kali bertemu, Aditya bilang bahwa dia benar-benar ingin mencoba serius dengan ku. Dia menanyakan padaku cara agar aku bisa percaya atas apa yang dia katakan tentang memintaku menjadi pacarnya. Tapi Aditya datang kali itu saat aku memiliki pengalaman buruk dengan mama, dimana malam itu mama masuk ke kamar dan menanyakan apakah aku suka terhadap pria. Saat aku akan tidur setelah pulang kerja mama masuk ke kamar dengan mengajak ku bicara. Mama yang siang harinya mendapat telpon dari orang tua pacara Raffa mencoba mengingatkan mama untuk menjauhkan Raffa dari anaknya. Obralan mereka menjadi panjang hingga orang tua pacara Raffa membahasku dengan mengatakan bahwa mama tidak bisa mengurus anak-anaknya, dia menyuruh mama untuk menjaga aku yang memiliki penyimpangan karena menyukai pria. Cerita malam itu sudah aku tulis pada lembar lainnya, semua hal ini terasa amat omong kosong. Keadaan malam itu sungguh memukulku, aku menjadi terbayang-bayang akan keadaan itu ketika terlintas dipikiran ku bahwa aku ingin memiliki seorang pasangan laki-laki. Dalam posisi bekerja aku sibuk membalas chat dari Aditya yang seakan menekankan aku harus menerimanya. Karena tidak memiliki cara, pada chat terakhir aku menantang Aditya untuk datang ke kota ku dan menemui aku. Aku menjelaskan bahwa aku tidak mungkin ke Palembang, selain biaya aku juga ragu untuk meyakinkan diri ku melakukan hubungan pacaran.

Malam itu Aditya datang ke Prabumulih, dia membuka kamar hotel dan menjemput ku di tempat kerja ku yang sudah aku beritahu sebelumnya. Dia membuat ku merasa melayang dengan apa yang dia lakukan hari itu, bagi seorang wanita mungkin itu seperti sebuah film drama yang amat romantis.  Saat seseorang yang bilang sayang kepadamu membuktikan semua itu dengan sebuah tindakan. Aku terjebak oleh Aditya, setidaknya itu yang aku pikirkan hari itu sampai dia datang kembali nantinya. Aku menginap bersamanya di hotel, karena aku yang sudah dewasa saat itu membuat ku tidak perlu terlalu takut ketika izin tidur di luar kepada orangtuaku. Aku hanya SMS orang tua ku dan bilang bahwa aku tidak pulang malam itu dan mungkin akan langsung berangkat kerja dari rumah teman ku. Dalam keadaan terbaik itu, aku dan dia menghabiskan malam dengan obrolan panjang.

Dia bertanya kepadaku, "Kala, kenapa kamu mau bekerja sebagai cleaning servis di tempat itu? bukankah akan lebih baik jika kamu ikut aku ke Palembang adn bekerja di hotel tempatku?"

Lalu aku menjawabnya, "aku tidak ingin jauh lagi dengan orang tua ku, dan uang dari kerjaan ku cukup agar aku bisa menabung dan melanjutkan kuliah nantinya." Aditya tidak tahu untuk menjawab ku hari itu dan dia hanya diam.

Lalu Aditya mengalihkan pembicaraan kami ke aktivitasnya dan memulai hubungan seksual itu. Kami melakukannya sebanyak dua kali hingga pagi itu, sanjungan-sanjungan Aditya menambah harapan bagiku walaupun aku masih merasa ragu. Dia merupakan gay paling sempurna yang pernah aku temui selama itu. Dia tampan, bersih, mapan dan yang terbaik darinya adalah dia mau menjadi Bottom bagi orang seperti ku. Aku seorang anak yang sudah pernah aku gambarkan, tidak terlalu tampan, hanya memiliki mata sipit dan hidung besar dan warna kulit ku mulai mencokelat ketika sudah bekerja. Aku tidak berpikir banyak tentang apa yang di sukai pria gay yang bertemu dengan ku kecuali teman ngobrol yang baik. Setelah hari itu kami masih saling berhubungan lewat inbox, aku hanya membiarkannya berpikir bahwa kami telah berpacaran. Aku hanya bilang jika dia ingin, silahkan datang ke kota ku kapan saja dan aku akan ada untuknya.

Tapi tidak lebih dari dua Minggu Aditya memberi tahu ku bahwa dia akan di mutasi ke Jogja.  Aku berpikir Aditya membohongiku, karena dia sudah mendapatkan rasa penasarannya dengan tidur bersama ku maka dia membuat alasan itu kepadaku. Aku seharusnya tidak menguji dia, karena kenyataannya aku juga tidak akan siap jika ternyata Aditya memilih pindah bekerja ke kota ku lalu mengajak ku berpacaran.



Ternyata aku terlalu banyak setelah malam itu, semua prilaku Aditya aku kira akan menjadi akhir. Walaupun pada saat itu juga aku semakin ditekan oleh keadaan dan orangtua ku.



Hal yang di gambarkan Aditya dengan kata pacaran adalah sesuatu yang besar, dimana dia ingin kami tinggal bersama dan membuat kisah terbaik dengan hal itu. Namun bagi orang sepertiku saat itu, hal seperti itu tidaklah mungkin dapat aku lakukan terlebih setelah masalah dengan mama. Tapi aku sangat konyol, dalam telpon aku mengatakan dia harus menolaknya jika ingin hubungan kami terus berlanjut. Sepertinya mendengar perkataan itu dari ku, membuat Aditya suatu saat kembali kepadaku dan menepati perkataannya. Namun sebelum mencapai hal itu, aku harus bertualang kembali dan melalui banyak hal lagi hingga sesaat aku telah melupakan Aditya.

Lalku aku berkata padanya, "jika dia pergi, aku tidak bisa menjamin apakah aku akan menunggunya atau malah dia sendiri yang akan meninggalkan aku." aku pikir itu adalah kemarahan ku.

Di dalam telpon itu suara Aditya mengeras, dia marah kalau aku tidak dewasa seperti apa yang diharapkannya dan dia menambahkan bahwa aku egois karena tidak memikirkan masa depannya. Pertengkaran itu tidak memberikan rasa sesal pun pada ku sampai suatu saat hari nanti Aditya datang kembali padaku dengan segala hal bersamanya sehingga membentuk ku seperti saat ini.

Hubungan kami mulai jarang sekali, aku terus dengan kegilaan ku mencari orang untuk sekedar melampiaskan hawa nafsu ku. Ketika kerja aku sempat mendapatkan teman seks anak SMA, karena memang sulit untuk dapat mencari pria gay di dalam kota kecil itu. Aku mengira aku hanya akan tertarik pada pria dewasa saja, tapi Tio adalah anak SMA yang aku tidur dimasa aku telah kehilangan Aditya. Aku tidak mengerti dengan psykologis ku, tapi yang aku pahami sampai saat ini adalah rasa puas, senang dan ketagihan ketika melihat lawan seks ku merasa kesakitan. Mungkin semakin aku ingat kembali hal itu terjadi sepertinya karena masa laluku bersama Ryan saat aku masih duduk di bangku SMP.

Tio menjadi korban pertama dengan tangan ku, seorang anak dari desa yang tinggal di kos ketika itu mengajakku ketempatnya. Tapi sepertinya Tio sudah sering melakukan seks melalui duburnya, hingga saat kemaluan minimalis ku masuk ke duburnya tidak terasa jepitan apa pun. Hanya rasa hangat yang enak lalu karena sebuah vidio porno yang aku tonton sebelumnya, aku mencoba memasukan tanganku kedalam dubur setelah sempat mengobrol dengannya.

Aku berkata padanya, "dek, kamu sudah sering main dengan orang ya?" tapi Tio mengelak lalu aku pura-pura tidak ingin melakukannya lagi. "Sepertinya aku sudah selesai, aku tidak bisa menikmatinya. dubur mu sudah longgar."

Akhirnya dia mengaku, lalu aku mengambil pelumas dan melumurinya di tangan ku sampai habis.  Lalu aku bilang kepada Tio bahwa aku ingin melakukan hal itu kepada nya, kalau dia tidak mau aku akan menghentikan hubungan kami. Dengan ragu dia mengiyakan, perlahan aku memasukkan jari ku, satu jari, dua jari, tiga jari sampai akhirnya aku akan memasukkan satu tangan ku kedalam duburnya. Anak kecil itu merasa kesakitan, aku turus berusaha agar tangan ku bisa masuk namun aku berhenti ketika dia memohon untuk menghentikan hal itu. Aku sangat menikmati apa yang aku lakukan hari itu, Tio berteriak pelan karena kesaktian dan hal itu membuatku semakin menikmatinya. Setelah puas aku malah menyuruh Tio menjepit penis ku di antara pahanya saja karena jika di dubur sudah jelas aku tidak merasakan kenikmatan apa pun. Hubungan ku selesai hari itu, terus berganti dengan beberapa orang berikutnya. Tentang Aditya semuanya telah hilang, walau terkadang dia masih meng-inbox dan SMS ke nomorku tapi semua tidak menjadikan hal itu berarti lebih bagi ku.



Perjalan seks ku berjalan begitu terus sampai saat ini, lalu hanya ada beberapa kisah cinta yang nanti aku bagikan pada bagian kisah cintaku. Disini aku hanya akan menulis kegilaanku dan pertulanganku bersama banyak pria gay lainnya.
Share:

Akhir perjalan ku di Palembang

Di Palembang aku tidak memiliki cerita cinta yang baik untuk aku bagikan disini. Karena yang terjadi hanyalah kenal dan berjalan satu, dua kali maka aku atau mereka yang akan memutuskan kontak.

Hal seperti ini sering terjadi pada ku, tapi jangan berpikir aku sangat tampan atau memiliki ilmu pelet yang kuat sehingga pria-pria semasa mudah ku sangat agresip pada ku.




      Dari sekian banyak kegilaan ku di Palembang, hanya Hardian yang bisa cukup lama bertahan dan sangat sering berhubungan. Hardian adalah seorang pegawai bank di dekat SMA, mungkin jaraknya sekitar tiga kilometer. Dia tinggal sendiri di Palembang di sebuah rumah sewa yang cukup baik dan dia berasal dari medan. Kami saling mengenal di FB, Hardian dan aku bertemu dan melakukan hubungan seperti biasa aku lakukan dengan pria gay lainnya.

Namun berbeda dengan Hardian, malam itu dia bertanya, "Kala, kamu mau kalau kita berhubungan seterusnya?"

Aku menjawab, "kenapa bang? kamu merasa sangat puaskah malam ini?" aku tertawa agar malam itu tidak menjadi kaku. Lalu aku menegaskan, "aku sepertinya tidak tertarik untuk berhubungan terlalu lama bang, setelah sekolah aku akan segara balik ke kampung ku. aku punya pacar wanita yang menungguku."

Dia bilang apa yang sebenarnya ia inginkan, Hardian berkata "aku berharap kita tidak hanya say hello atau sebuah cinta satu malam saja. karena akan lebih aman dan baik jika saya ingin melakukan seks dapat menghubungi kamu atau pun sebaliknya."

Hardian menegaskan pada ku bahwa dia sudah sangat bosan bergonta-ganti pasangan terlebih hal itu akan beresiko pada pekerjaannya. Malam itu aku belum tahu asal dia sebenarnya dan orang seperti apa Hardian. Kami hanya saling chat beberapa kali lalu memutuskan untuk bertemu dan malam itu juga, setelah pulang dari jalan kami melakukan hubungan seksual.  Seperti itulah penjelasannya pada ku, lalu aku pura-pura lugu menjawab ucapannya dan berkata bahwa tidak mungkin aku melakukan hal itu. Aku bilang padanya kalau dia tahu bahwa anak muda seperti ku mendekati pria dewasa jelas karena kami berpikir orang dewasa lebih loyal kepada kami. Lalu Hardian tertawa kembali, dan menanyakan padaku perkataan ku sebelumnya tentang adakahkepuasan dengan hubungan malam itu. Aku bilang aku suka dan tidak berbeda seperti yang lainnya dan tidak ada yang spesial. Lalu Hardian berkata, lalu mengapa aku harus mencari yang lain untuk hal seperti itu. Dia mengingatkan ku untuk menjaga diri agar tidak terkena penyakit dan hal buruk lainnya yaitu kalau-kalau aku di jebak.

Aku terus menolak dengan kalimat-kalimat penolakan yang sopan, karena aku berpikir saat itu jika dia ternyata orang yang nekat maka aku akan hancur. Jarak sekolah dengan tempat kerjanya yang dekat bisa dengan mudah dia lakukan hal itu. Percakapan kami berhenti dengan asyik menonton tv, lalu aku ke belakang untuk membersihkan tubuhku dan dia masih dia atas kasur seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Ketika aku kembali ke kamar untuk memakai pakaian ku, Hardian kembali membahas ajakannya itu kepadaku. Namun kali ini dia hanya menekankan kepada ku bahwa jangan menghapus kontaknya dan coba untuk membalas pesannya. Setelah berapa lama aku baru tahu maksud sebenarnya Hardian, tidak buruk sebenarnya karena itu mungkin yang dilakukan setiap orang. Hardian mungkin tipe ku, badannya berisi dengan perut buncit menghiasi tubuhnya, tubuhnya berwarna coklat dengan bulu-bulu halus di wajah dan memiliki wajar kasar.

lalu pikiran bodoh atau memang benar bahwa hari itu dia melakukan kesalahan karena mengajak ku berhubungan dirumahnya dan di tengah perjalanan saat menjemput ku dia terlalu asyik sehingga menunjukkan tempat kerjanya kepada ku. Sepertinya itulah ketakutan Hardian sebenarnya, tapi yang tidak aku habis pikir kenapa dia tetap mencoba memaksa ketika aku sudah memberikan jawaban tidak mau. Lalu aku berpikir kembali mungkin dia akhirnya menyadari kalau jika bisa mendapatkan ku dia tidak perlu mencari orang lain untuk berhubungan seks dan mengeluarkan banyak uang untuk penginapan atau semacamnya. Dan begitulah kehidupan seorang gay, penuh rasa takut tapi tetap tidak bisa menahan hal itu dalam kehidupannya.




          Terkadang dengan memanfaatkan ketakutan mereka itulah, orang-orang yang memiliki niat jahat menjadikan mereka alat untuk di peras atau dimainkan. Kaum gay di Indonesia sering kali di manfaatkan oleh orang-orang normal, ketika mereka memiliki bukti untuk menghancurkan hidup seorang gay yang bersembunyi. Hal yang sering terjadi mereka akan menjadikan hal itu sebagai alat untuk memeras seorang gay yang memiliki kehidupan awalnya baik. Atau pria gay yang masih mudah dengan nafsu yang masih sangat tinggi karena tertahan dalam persembunyian di tiduri oleh orang-orang normal yang tidak dapat menyalurkan seksnya pada wanita.



       Tapi berita dan pandangan masyarakat Indonesia semua sama, yang bersalah adalah kaum gay. Orang-orang berpikir mereka sangat menjijikan dengan berhubungan melalui lobang dubur, hal lain adalah mereka berpikir gay sangat kejam karena menjadikan anak kecil sasaran hawa nafsu mereka.  Dan yang lebih benar lagi, karena tidak adanya penerimaan orang-orang banyak gay menjadikan pria gay lainnya teman seks saja. Sebuah hubungan yang dilakukan berdasarkan nafsu dan juga menjaga diri maka mereka melakukannya sembunyi-sembunyi layaknya pria normal yang datang ke tempat-tempat wanita penghibur. Hal itu yang selama ini menjadi bagian hidupku, bernaung pada cara berpikir orang pada umumnya. 



Selama kuliah aku mulai berpikir, jika gay di legalkan hubungan gay ini apakah mungkin mereka menyalurkan seks mereka pada anak-anak disekitar mereka, hubungan seks bebas secara sembunyi dari istri atau keluarga, atau hal ini akan menjadi seperti ini seterusnya. Lalu terkadang sempat terpikir, aku tidak selalu berpikir ketika berhubungan seks harus menembak dubur lawan seks ku kalau kami bisa melakukannya dengan cara yang lain. Apakah ketika aku berpikir seperti itu aku menjadi tidak berdosa?

Hanya saja ini yang tidak aku mengerti, rangsangan itu dapat membangkitkan kemaluan ku jika aku melihat pria yang sesuai keinginan ku. Maka cara lain yang mungkin sempat terpikir oleh masyarakat luas adalah kenapa tidak dengan wanita, maka aku jawab hal itu sangat tidak mungkin.




Mari kembali pada cerita bagaimana aku terus bersembunyi dan terkadang menahan agar tidak berhubungan seks dengan seorang pria.


Hubungan ku dengan Hardian yang paling lama kujalani saat aku di Palembang. Walaupun pada masa dekat dengannya aku juga tidak berhenti untuk bertemu dan berhubungan seks bersama pria lain. Hal itu mungkin berlaku juga bagi Hardian, tapi aku tidak pernah ingin tahu atau pun mencari tahu hal itu. Kami tidak pernah mengatakan untuk saling berkomitmen satu sama lain, aku hanya akan menghubungi dia ketika aku tidak mendapatkan pria lain untuk berhubungan. Begitulah hal yang membuat hubungan kami berjalan cukup lama, namun konsekuensinya aku juga harus bisa ada untuknya jika dia menghubungi ku. Berada di rumah Tante membuat aku sangat lepas kendali, terkadang Tante melaporkan ku pada mama karena sering tidur diluar. Namun aku selalu membuat alasan, masa kelas tiga ku memang sering banyak tugas dan aku menjadikan hal itu sebagai alasan yang ku buat untuk orangtua ku. Kedua orang tua ku sangat percaya pada apa yang aku lakukan, hal tersebut berlaku sampai saat ini walaupun untuk keputusan ku ke Jogja orang tua ku sempat berbeda pendapat dengan ku.

Perjalan seksual ku dengan pria gay di Palembang berakhir dengan perkenalan ku bersama seorang pria metroseksual bernama Aditya. Di bulan-bulan terakhir akan kelulusan dia menambahkan ku sebagai teman di FB. Saat itu Herdian sudah kembali ke Medan, dalam beberapa kali chat bersama Aditya ternyata aku melakukan kesalahan aku membuka diriku terlalu lebar. Akun yang dia gunakan adalah akun asli miliknya, karena merasa tidak enak dan aku juga tertarik dengan semua profil dia yang terdapat di akunnya maka aku invite dia menggunakan akun asli ku. Lalu kami memulai berhubungan cukup lama disana, hingga ternyata ada pesan ku yang membuat Aditya berpikir aku ingin menjalani hubungan serius bersamanya layaknya pasangan gay. Padahal saat itu aku seperti hanya bercanda, ketika dia mengirimkan beberapa photo nya yang menunjukkan sosok seorang pria sejati aku memujinya. Salah satu photo yang membuat ku mengaguminya lebih dalam adalah ketika dia berada di ruang ganti di gym dengan handuk melingkar di tubuhnya.

Pagi itu notifikasi terdapat dilayar hp ku, sebuah pesan di FB hawa nafsu ku meningkat melihat pria itu. Photo Aditya itu ku puji, dengan beberapa kalimat seperti biasanya, "waw, kalau lihat photo ini cewek pun pasti suka. Seandainya bisa memiliki tubuh itu seutuhnya, pasti menyenangka bisa terus berbaring diatasnya." Kurang lebih seperti itu isidari ke kaguman ku pada seorang Aditya.


Pertemuan pertama dengan Aditya adalah ketika kelulusan, sore setelah jalan bersama mama aku izin pergi keluar karena akan bertemu dengan Aditya di mall. Apa yang terdapat di akunnya tidak jauh beda dengan apa yang aku lihat di meja makan hari itu. Dengan kemeja rapi dan rambut klimis nya senyum itu menyapa ku begitu hangat dan indah.

Dalam pikiran aku berkata, "andai saja itu tempat sepi pasti aku akan langsung tidak tahu diri memeluk dan menciumnya." Hal itu dapat terpikir karena dalam isi chat kami sebelumnya adalah hayalan bagaimana kami jika nanti bertemu dan apa yang akan kami lakukan bersama.

Dalam pertemuan yang singkat itu Aditya mengatakan bahwa dia sedang mencari seseorang untuk menjadi pasangannya. Dia juga mengatakan bahwa disini di sudah sangat terbuka dengan orang-orang yang dia kenal. Aku bilang kepada dia bahwa aku akan segera kembali ke Prabumulih, maka rasanya membuat sebuah hubungan serius pun akan percuma bagiku dan dia. Setelah percakapan itu kami hanya melakukan makan dan mengobrol saja, lalu Aditya pulang meninggalkan ku. Dua hari setelah kelulusan aku masih berada di Palembang, aku masih berhubungan dengan Aditya begitu pun Hardian di FB. Mereka menjadi teman gay yang lama aku kenal, memang tidak terlalu sering chatan ku bersama mereka.
Share:

Apa yang orang pikirkan tentang ku (GAY)

Perjalanan kisah ini masih begitu panjang, banyak yang tidak tertulis karena memang tidak memberikan kisah apapun selain hubungan seks sesaat.




    Sepertinya menjauh dari Christoper tidak membuat orang mulai berpikir baik tentang ku, memiliki Fitri juga hanya membuat sebagian orang yang akan percaya aku normal. Itu yang aku pikirkan saat itu, karena ketika gugus depan ku di kirim untuk ikut jambore di Palembang kejadian cukup seru menghampiri ku malam itu.

Saat itu hujan lebat, tenda pria banjir karena irigasi kami bermasalah. Lalu semua berkumpul dalam satu tenda dengan putri yang berada beberapa jarak dengan kami. Semua barang diselamatkan dan bpara pria malam itu sangat sibuk kecuali aku. Malam itu obat asma ku habis, cuaca dingin membuat asma ku kambu dan membuat aku tidak dapat membantu para pria yang sedang sibuk menyelamatkan tenda. Setelah hujan mulai redah namun tenda masih belum bisa digunakan, semua pria masuk kedalam tenda putri dan semua orang tidak dapat tidur karena kami harus dalam posisi duduk. Berbeda dengan ku, semua wanita tahu kalau aku sedang sakit malam itu. Karena waktu itu aku dan Fitri sudah resmi pacaran, aku menyenderkan tubuhku pada Fitri karena jika aku baringkan secara utuh sesak itu bertambah parah. Setelah semua orang masuk dan saling mengobrol, adik tingkat ku bernama Hafsan mengeluh karena aku tidak membantu yang lainnya malah di dalam tenda berpacaran.

Malam itu Hafsan duduk disampingku, "kamu lo bang, malah enak-enakan pacaran dalam tenda ini." Beberapa orang wanita mungkin sudah menjelaskan keadaan ku, begitu juga Fitri yang berada di dekat kami.

Tapi sepertinya Hafsan tidak mau menerima dan menambah perkataanya, "payah kamu bang, seperti banci saja takut dengan hujan." dan tiba-tiba kakinya yang entah dia sengaja atau tidak menerjang ke kaki ku.

Merasa tidak terima karena aku berpikir jika aku biarkan anak ini akan terus memandang rendah padaku. Lalu aku bangun dan menggapai Hafsan, menariknya medekat padaku seketika menonjok hidungnya hingga berdarah. Semua orang melihat kearah kami dan memisahkan kami berdua, aku menyuruhnya menjauh dariku karena dia tidak tahu apa-apa tentang ku. Hafsan sepertinya sangat tidak terima dengan kejadian itu, dia tidak menangis hal itu mungkin karena kami berada dalam keramaian. Kakak pembina merasa takut dengan perubahan sikap ku, terkadang orang-orang berpikir aku terlalu suka bercanda dan tidak memiliki emosinol yang tinggi. Sesaat dia mendekati ku untuk mencari tahu masalahnya serta menenangkan ku yang saat itu masih marah kepada Hafsan.




Aku tidak tahu apa yang di pikirkan orang tentang gay.


Terkadang aku berpikir jika orang tahu bahwa temannya seseorang yang menyukai pria dia akan takut dan segera menghindar karena berpikir dia akan menyukai mereka.

Hal itu terlalu berlebih-lebihan, karena sama dengan wanita seorang pria gay memiliki standarnya sendiri. Lalu aku juga berpikir kalau mungkin mereka takut jika kami akan memegang bokong mereka dan menusuk dubur mereka ketika mereka tidak sadar. Hal itu sangat konyol jika benar mereka memikirkan hal itu tentang gay. Karena hal tersebut juga, mungkin mereka akan takut tidur dalam satu tempat yang sama dengan teman gay. Hal yang paling benar adalah jika orang tahu dia bertingkah seperti wanita dan orang itu adalah gay mereka adalah lemah. Banyak teman normal yang berada dekat dengan ku berpikir bahwa pria gay seperti wanita, mereka lemah secara pisik dan juga mentalnya. Hal tersebut sangat kacau, ketika aku mendengar kalimat itu dari beberapa teman pria ku yang nakal ketika melihat Ferdi ataupun Romino di sekolah. Ada pemahaman yang salah dari mereka, tapi sampai sekarang aku tidak mungkin melakukan pemahaman apapun ke pada orang-orang seperti itu. Karena aku berpikir jika aku lakukannya maka aku harus siap untuk di curigai orang-orang tentang ke jantan ku. Dan hal buruk lainnya mungkin aku tidak dapat mendekati wanita lagi. Maka dari dulu sampai sekarang, ketika orang membahas LGBT dengan ku, aku menjadi orang yang sangat munafik untuk berada di sisi lain para LGBT.

Setalah dengan Ari aku mulai lebih jauh dengan bantuan sosial media baru saat itu yaitu Facebook (FB), aku semakin mengenal banyak orang lagi seperti kami. Hp dari Ari menjadikan ku lebih gampang membuka FB, dikelas, dikamar dan aku akan sangat asyik bermain dengan hp ku. Kota kecil ku cukup membantu ku untuk tidak sembarangan berhubungan seksual. Berbeda dengan Christoper dan teman-teman yang merupakan orang mampu, terkadang mereka yang pergi ke Palembang untuk dapat mengenal dan memanfaatkan banyak orang disana. Dari kegilaan ku akan kebutuhan seks yang seharusnya tidak ku kenal lebih cepat, membuat ku harus melakukan hal-hal lain untuk dapat melampiaskan hasrat ku. Hp ku penuh dengan photo-photo pria telanjang untuk membantu ku berimajinasi. Aku lebih sering melakukan nya di kamar mandi, saat itu kamar mandi kami cukup besar walupun lantai nya tidak mulus karena belum di pasang tegel. Jadi saya sering membawa kursi kayu yang biasa di gunakan mama untuk mengiris sesuatu disana.

Hari itu sangat dramatis karena coba kalian bayangkan, suatu hari karena begitu inginnya aku mengeluarkannya pulang dari warnet aku ke kamar mandi membawa bangku kayu itu. Tanpa aku sadari, bangku kayu sebelumnya digunakan mama untuk mengiris cabe. Memang efeknya cukup lama terasa, ketika cukup lama aku mencoba membangunkan imajinasi dan kemaluanku, akhirnya sperma itu keluar dan aku merasa lega. Namun ketika aku sadar, rasa panas mulai muncul di sekitar kemaluan ku dan aku menyadari biji-biji cabe menempel di tubuh ku. Kegilaan ku memang seperti itu aku salurkan, mungkin dalam seminggu bisa tiga kali aku melakukan hal itu. Terlebih ketika sudah memiliki hp aku lebih dipermudah memiliki akses film porno gay dan gambar gambar seksi seorang pria.

Lalu kisah ku berlanjut saat akan kenaikan kelas tiga mama menemui ku dan membicarakan kepindahan ku ke Palembang. Hal itu terjadi karena sebelumnya ketika nenek wafat yang merupakan ibu dari mama, di acara itu sebuah keluarga datang ke rumah untuk belasungkawa. Itu adalah Tante ku, dimana pada waktu mama masih gadis ketika di Palembang mama tinggal bersamanya. Entah kenangan apa yang mereka miliki sehingga mama memiliki harapan cukup besar agar aku pindah sekolah ke Palembang. Sebenarnya ketika itu jika aku menuruti nafsu ku, mungkin aku akan memilih untuk pindah ke Palembang yang menawarkan kemudahan akses bagi ku untuk mengenal lebih banyak lagi pria gay. Tapi aku sempat berpikir tentang bagaimana aku akan menyesuaikan diri dengan keluarga Tante yang sama sekali kami belum pernah bertemu. Terlebih sekolah ku hanya tinggal satu tahun lagi, hal itu sangat menggangu prestasi ku dikelas nantinya. Sebaik apapun aku membuat alasan mama tetap memohon agar aku mau untuk pindah ke Palembang.

Lalu saat itu yang ku pikirkan adalah tentang campur tangan Allah SWT, tetang bagaimana aku akan melnjalani hidupku terhadap hal yang akan terjadi di Palembang. Lalu begitulah kota Palembang, dia menawarkan banyak kesenangan pada ku. Aku mulai gonta-ganti pasangan seks, yang hampir semuanya adalah orang dewasa sesuai dengan kriteriaku. Dalam akun ku sudah aku jelaskan posisi ku sebagai Top dan orang yang mungkin aku inginkan untuk diajak hubungan seks. Akun ku selalu tidak ku berikan photo ku karena aku takut suatu saat teman sekolah atau pun keluarga ku akan tahu aku. Terlebih Tante ku adalah keluarga yang beruntung, dimana anaknya sudah berpendidikan sampai kuliah dan cukup hedon sehingga jelas mereka memiliki akses ke sosial media itu lebih dari aku tahu. Akun yang ku add selalu orang yang sudah dewasa rata-rata memiliki photo wajah mereka. Mereka aku temukan di sebuah akun grup gay Palembang, jadi jelas aku merasa bahwa tidak salah orang ketika menambahkan pertemanan. Selain orang dewasa adalah tipe ku yang dibawa alam bawah sadar ku, aku sangat menyukai seseorang yang dewasa dengan bulu-bulu halus di wajah mereka dan terlebih sangat terlihat laki-laki.

Namun sangat jarang kriteria seperti itu mau menjadi bottom kecuali dia memang telah sangat sulit mendapatkan lawan seks. Kenyataan seperti itulah yang aku lalui selama hidupku sampai saat ini, dimana tidak gampang mendapatkan lawan seks yang sesuai harapan ku. Sepertinya cukup banyak saat itu yang ku temui ketika sekolah di Palembang. Wajah yang cukup mudah, menjadikan diriku juga dapat memanfaatkan hal itu untuk mengambil beberapa kesenangan dari mereka. Dengan kehidupan keluarga yang terbatas, aku tidak mungkin dapat menonton film di bioskop, makan di restoran mewah atau cafe di mall dan pergi ketempat karaoke dengan harga dua kali makan ku. Namun hal itu dapat aku lakukan dengan bantuan pria-pria gay yang aku temui dalam hidupku sampai saat ini. Semakin banyak kesombongan yang aku miliki, ketika aku mulai meng-upload foto-foto ditempat tempat mewah itu. Photo itu mendapatkan banyak like, komentar teman-teman di SMA ku yang lama, hal itu seakan mereka pikir aku semakin memiliki kehidupan yang lebih baik.

Hingga aku lupa dengan rasa malu jika sampai orang bertanya dari mana hal itu dapat aku nikmati. Dan hal itu jelas terjadi, ketika aku bertemu sepupuku di mall bersama seorang pria gay yang cukup tua. Namanya Joko, seorang guru di SMA terbaik di Palembang yang saat itu kami akan turun kelantai bawah setelah menonton film. Di depan lobi karcis aku bertemu sepupu ku dan saat itu Joko sedang cukup terlihat akrab memeluk ku dari belakang ketika kami selesai menonton dan akan menuju lift.

Jantung ku saat itu berdetak kencang, "hai Kala, habis nonton film apa ini? Kamu tidak beri tahu mama ya kalau langsung pergi main." aku yang segera menegakan tubuhku dan Joko melepaskan dirinya berkata, "Aldi mana ya Kal, paman susul dulu, mungkin dia di toilet." Joko pergi ketoilet sambil sebelumnya telah berjabatangan dan berkelan dengan Ujang.

Aku yang masih cemas mencoba menjelaskan pada Ujang, "tadi habis nonton Harry potter jang, teman SMA ku di kampung dan orang tuanya lagi berkunjung kesini." sepertinya saat itu Ujang percaya, lalu Joko keluar menghampiri ku lagi dan bilang kalau anaknya sudah ada dilantai lainnya.


Aku dan Joko permisi dan meninggalkan Ujang bersama teman-temannya. Joko membahas Ujang di perjalan turun, tapi tidak banyak yang harus aku bahas karena Joko adalah orang yang tidak perlu berada lama dalam kisah ku. Lalu hal seperti itu sering terjadi dan seperti itulah yang aku lakukan di Palembang, bertemu teman sekelas mereka bertanya tentang pria gay yang lagi bersamaku pasti aku akan menjawab itu paman ku dari kampung atau orang tua teman SMA ku di kampung yang sedang ke Palembang. Hidupku penuh dengan kebohongan, dari dulu sampai saat ini dosa terbesar ku pada Allah SWT adalah hawa nafsu dan kebohongan ku.



Begitulah yang terjadi di Palembang, sebuah pertualangan seru nanti akan aku cerita pada kalian
Share:

Perjalanan ku bersama Ari semasa SMA

Mungkin ketika bersama Ari aku sebelumnya telah sering menonton film-film romantis gay. Dan yang lebih sering adalah vidio porno gay.

Kebersamaan ku hanya sangat sebentar, hanya tiga kali pertemuan namun cukup membuat aku memutuskan tentang posisi ku dalam sebuah hubungan seksual bersama pria.


Setealah kejadian bersama Ari, aku memutuskan bahwa aku adalah pada posisi TOP. dimana aku tidak ingin sama sekali menjadi Bottom bagi pria mana pun. sampai kisah habis ku tulis pun, kalian tidak akan mendapatkan diri ku menjadi seperti itu.



       Ari adalah seorang pria yang sempurna dan juga memiliki ketakutan sama seperti ku kalau-kalau teman kerja dan tetangganya tahu kalau di gay. Perjalanan dengan Ari hari itu adalah hubungan emosional pertama yang aku memiliki dan menjadikan ku berharap dapat memiliki pasangan seorang pria. Ari sangat tahu cara memperlakukan seorang anak muda seperti ku, banyak hal dilakukannya selama perjalan, dari memegang tangan ku, mengajak bercanda aku dengan terkadang memeluk ku di keramaian mall (tindakan itu bisa ku gambarkan seperti seorang ayah yang tiba-tiba merasa anaknya begitu menggemaskan). Terkadang hal itu membuat ku takut, Ari menyadari kecemasan ku dan meyakinkan ku bahwa tidak apa hal itu kita lakukan karena orang akan menganggap kami hanyalah orang tua dan anak.

"muka mu kenapa Kala? kamu malu?" Ari berada di depan ku sambil mengakat kepala ku. Aku hanya memberikan ekspresi mengerutkan muka dan mengangguk. Lalu Ari menegaskan, "tidak apa-apa kal, coba kamu lihat orang disini. begitu banyak dan tidak ada yang mengenal kita." tangan Ari menujuk kearah seorang pria dengan anaknya, "apa kamu berpikir mereka gay? tenanglah, kamu harus lebih santai dan nikmati hari ini."

Kami melanjutkan kegiatan kami, tanpa ragu lagi aku menikmati semua hal yang dilakukan Ari padaku. Kami makan, nonton lalu mampir kesebuah tempat penjualan hp, disana kami membeli hp yang menjadi hadiah pertama dan terakhir dari dia.

Ari berkata padaku, "setalah ini kamu harus sering menghubungiku. Aku tidak ingin lagi berhubungan dengan Christoper. Apapun yang kita lakukan kamu tidak boleh memberi tahunya. yang lebih baik adalah kamu jangan terlalu dekat dengan dia." aku hanya mengiyakan ucapan Ari, aku tidak ingin mencari tahu apa pun penyebab dia berbicara seperti itu.

Setelah jam menunjukkan pukul 5 sore kami meninggalkan Palembang dan kembali kota Prabumulih. Namun diperjalanan tiba-tiba Ari mulai bermain dengan tangannya ke arah kemaluan ku dan aku menikmatinya kala itu. Di pinggir jalan dekat sebuah restoran Ari memarkirkan mobilnya dan mulai membujuk ku untuk melakukan hubungan di dalam mobil. Saat itu aku adalah seorang anak yang penuh dengan nafsu, jelas saja karena aku tidak pernah lagi berhubungan seksual dengan seseorang selain masturbasi atau menekan kemaluan ku pada lantai. Tapi tidak aku tunjukkan dengan muda pada Ari bahwa aku juga ingin melakukan hal itu, itu adalah pesan dari Christoper bahwa aku harus membuat Ari semakin penasaran dengan ku. Lalu akhirnya dalam pembicaraan cukup panjang dan rasa gelisaku kalau tiba-tiba ada orang yang mendekati mobil kami dan memergoki kami, lalu aku mengiyakan untuk mengoral kemaluannya.  Aku meminta Ari menjalankan mobilnya, hal itu karena aku takut dengan keadaan yang tidak aku harapkan. Tidak lama aku mengoral kemaluan Ari tiba-tiba dia sudah ejakulasi, lalu karena rasanya tidak enak aku meludahkan sperma itu di mobil dan spontan Ari marah. Dari pertemuan ku yang kali ini, aku baru melihat pertama kali wajah kasar Ari malam itu. Takut sebenarnya, tapi karena melihat aku ketakutan Ari lebih dahulu meminta maaf kepadaku.

Karena melihat wajah ketakutan ku dia menarik ku dan menyenderkan kepalaku pada tubuhnya agar aku lebih tenang malam itu. Prilaku-prilaku Ari itulah yang menjadikan ku begitu berharap bahwa hubungan dengan Ari bukanlah sebatas saling membutuhkan hubungan seksual saja. Setelah memasuki kota Ari meminta aku untuk menemaninya dirumah malam ini dan besok pagi dia akan mengantar ku. Namun aku menolak karena aku tidak izin ke orang tua ku bahwa aku tidak akan pulang dan terlebih hari itu aku juga belum pulang sama sekali dari sekolah. Ari memang sudah dewasa dan mengerti keadaan hari itu lalu kami pulang kerumah. Karena kami merupakan keluarga sederhana, maka hp itu aku sembunyikan dari pengetahuan keluarga ku. Walaupun pada akhirnya, hal itu tidak mungkin aku sembunyikan terlalu lama karena Raffa ternyata mengetahui kalau aku memiliki hp. Raffa menemui orang tuaku yang dia pikir mereka membelikan ku hp tanpa sepengetahuan dia. Hari itu rumah heboh gara-gara Raffa, orang tua ku menanyaiku dan jelas pada hari itu aku membuat karangan bebas untuk menghindari masalah. Hampir beberapa hari aku tidak bertemu Ari, terkadang karena Ari yang sedang berada diluar kota dan terkadang saat akan bertemu aku sedang ada kegiatan dari tugas sekolah sampai kegiatan organisasi Pramuka ku.

Hingga mungkin satu Minggu kami tidak bertemu dan Ari sudah tidak dapat menahan nafsu nya, dia menghubungi aku malam itu. Malam itu aku sedang ada acara di sekolah, hari pelantikan Bantara bagi anggota senior dalam kegiatan Pramuka.

Aku jelaskan pada Ari namun dia tidak percaya, hingga malam itu dia datang ke sekolah dan membawahkan ku berbagai macam makanan ringan sebagai alasan. Terkadang Ari sangat membantu ku memanjat tingkatan sosial dengan cepat, namun pada sisi lain aku harus bingung menjelaskan keteman-teman ku dari mana hal itu berasal karena mereka tahu keluarga ku seperti apa. Malam itu di depan gerbang sekolah Ari mengajakku bicara, dia ingin sekali aku bisa menginap dirumahnya dan menemaninya. Karena ketidak enakan ku kepada Ari dengan segala macam perilaku baik yang dia lakukan kepadaku akhirnya aku mengiyakan kalau besok sore setelah selesai kegiatan ini dia dapat menjemput ku disini. Tapi Ari sangat ceroboh mungkin, dia memang sering mengingatkan ku kalau setelah aku memiliki hp aku tidak boleh lagi berhubungan atau memberi tahu Christoper kapan dan apa yang aku lakukan dengan dia. Namun malam itu, sepertinya salah satu senior ku yang juga berteman dengan teman dari Christoper menceritakan keadaan malam itu. Sore itu Ari sangat bersemangat mungkin dengan apa yang iya harapkan, tubuh ku yang kotor karena mandi seadanya dan pakaian hanya menggunakan baju olahraga yang juga tidak terlalu bersih membuat dia tersenyum dari dalam mobil.

Sampai di rumah Ari menyuruhku segera membersihkan diri dan dia menyiapkan makan malam yang sebagiannya sudah di beli diluar dan lainnya dia masak sendiri. Karena tidak memiliki pakaian bersih, aku mendekatinya yang sedang masak dalam keadaan memakai handuk saja. Niat ku saat itu untuk mengagetkannya, namun karena minyak yang keluar dari wajan dan beberapa menyentuh diriku aku kaget dan dia pun kaget. Dia sangat memperhatikan ku, kekhwatiran terlihat dari wajah Ari yang segera mengajak ku ke dalam kamar dan memberikan pakaiannya yang semuanya besar-besar untuk ukuran ku saat itu. Dia tertawa melihat ku, lalu kami kembali keluar karena teringat akan ikan yang masih dia atas wajan. Makan malam dengannya berdua menjadi sangat indah untuk sebatas orang yang seharusnya aku pikirkan hanyalah teman seks dan pengisi pundi-pundi uang. Malam mungkin menunjukkan pukul 7 ketika itu kami masuk ke kamar dan menonton film yang berceritakan cinta sepasang laki-laki.

Aku bertanya padanya saat itu, "bang, sepertinya semua ini sangat indah untuk dilalui. prilaku mu padaku sungguh sangat baik. sebenarnya hubungan kita seperti apa?" Lalu Ari menegaskan pada ku , "apa yang kita lalui ini adalah hal yang bagus, abang merasa senang karena Kala tidak membuat abang khawatir ketika berjalan bersama Kala. Abang merasa nyama dengan keadaan seperti iini. namun hanya sebatas ini Kal."

Ari juga mencoba mengingatkan ku bahwa apa yang aku pikirkan dalam film yang sedang kami tonton itu tidak mungkin dapat terjadi disini (Indonesia) terlebih dengannya yang sudah berkeluarga. Aku merasakan tarikan napas yang panjang dan tubuh yang hangat malam itu karena kepala ku berada dia atas dadanya dengan bulu-bulu yang menghiasi bidang datar itu. Tidak lama menonton kami pun mulai melakuakan hubungan seks itu, Ari memanjakan ku dengan mengoral punya ku terlebih dahulu dan menjilati lobang dubur ku. Tanpa penolakan aku melakukan semua hal itu, sambil terkadang Ari mencium bibirku dan menyuruhku untuk keluarkan lebih dulu punya ku. Ari berkata kalau punyanya lebih cepat keluar, jika sudah keluar nanti dia jadi tidak bersemangat lagi. Untuk pertama dan terakhir kalinya Ari menyadari bahwa punya ku cukup lama keluar dan memakan banyak waktu kami. Setelah punya ku sudah keluar tiba-tiba Ari mulai memakai jari-jarinya masuk kedalam lobang dubur ku dan itu sangat sakit. Aku bilang padanya aku tidak mau, lalu Ari mengambil pelumas dan kondom yang berada di samping kami dan melakukan hal itu lagi dengan jarinya. Aku merasa sangat takut dan kesakitan malam itu, aku nepis beberapa kali tangannya namun Ari mencoba meyakinkan ku bahwa itu tidak akan menyakitiku.

Lalu malam itu sesuatu yang aku pikir campur tangan Tuhan datang membantu ku dalam kebodohan ku. Saat Ari asyik melunasi kemaluannya dengan pelumas dan akan memasukan kemaluannya ke dalam dubur ku. Tiba-tiba suara keras terdengar memukul pintu rumah, seseorang memanggil-manggil nama Ari untuk keluar. Kami kaget dan menghentikan hal itu, aku ketakutan dan berpikir macam-macam saat itu, aku berpikir bahwa hidupku akan hancur jika tetangga Ari ternyata memergoki kami sedang melakukan hubungan intim. Ari menyuruh ku untuk diam dan dia kedepan melihat siapa yang ada di depan. Aku yang ketakutan menyudutkan diriku di ranjang dengan memakai celana dan selimut yang menutupi ku.

Ari kembali ke kamar dan seakan marah pada ku, entah apa yang dipikirkannya tentang malam itu. Lalu kami mendengar beberapa orang disamping kamar berbicara, yang saat itu sepertinya aku mengenal sebelumnya. Suara itu berasal dari Ferdi dan Romino serta satu orang yang aku tidak tahu suara siapa itu. Mereka memanggil Christoper yang berada di depan dan berbicara kalau mungkin Ari tidak ada dirumahnya.

"umek, mek" seseorang memanggil Christoper. Umek adalah panggilan bagi mucikari gay atau sejenisnya. Lalu dia berkata lagi, "mungkin Ari sedang keluar dengan Kala menggunakan motor, motor yang biasa digunakannya tidak ada ini."

Cukup lama kami bertahan dalam kesunyian karena takut mereka menyadari kalau kami ada di dalam rumah. Ari hampir keluar saat itu karena mendengar kaca pecah, Ari pikir Christoper tidak dapat mengkontrol emosinya dan memecahkan kaca mobilnya yang terparkir di samping kamar. Lalu semua menjadi tenang, suara motor mulai menjauh dari rumah dan keadaan mulai baik. Ari mulai mengajak aku mengobrol dan aku baru sadar dia marah pada ku karena dia berpikir aku sudah memberi tahu Christoper kalau aku akan pergi bersama dengannya malam ini. Saat itu aku juga terlalu kecil dan baru pertama kali berada dalam masalah seperti itu.

"Kenapa abang bilang seperti itu? aku sudah janji pada abang dan akau menepatinya. jika tidak percaya abang bisa mengecek hp ku." aku menujukan reaksi marah padanya, Ari hanya diam dan mengecek hp ku.

Lalu aku menjelaskan kembali kepada Ari bahwa malam dimana dia datang ke sekolah sepertinya teman Christoper mungkin melihat ku dan berpikir aneh tentang pertemuan kita. Saat Ari terus mengecek hp ku, lalu aku turun dari ranjang dan memakai baju ku kembali dan siap-siap untuk pulang. Ari menahan ku karena takut mereka masih depan, aku memaksa Ari melepaskan ku dan segera menuju kedepan. Pintu ku buka dan ternyata di samping rumah seorang bapak-bapak tetangganya sedang duduk di teras rumah. Aku meninggalkan Ari dan tetangganya malam itu yang entah apa mereka bicarakan. Aku berdiri di pinggir jalan sambil menunggu kalau ada ojek yang lewat, namun cukup lama menunggu akhirnya aku bisa pulang. Kisah hubungan dengan Ari memang singkat, tapi dari hubungan yang kujalani saat itu dengannyalah banyak hal menjadi baik dan juga membuat aku mengambil beberpa pelajaran.

Setelah itu tidak mudah bagiku menjauhkan diri dari Christoper dan teman-teman, walau pada awalnya memang aku tidak terlalu dekat dengan mereka secara jelas. Tapi tetap saja kejadian malam itu menjadi kekhawatiran bagiku untuk terus bersama mereka. Setelah kejadian itu Ari tidak pernah menghubungi aku, hal itu juga berlaku kepada Christoper sepertinya. Pada saat Christoper menanyakan Ari pada ku, aku baru tahu kalau Christoper menjadikan hidup Ari cukup sulit. Ternyata Christoper sering mengenal beberapa "anak-anaknya" kepada Ari untuk di jadikan teman seks Ari. Romino mungkin juga salah satunya, karena dari pisik dia cukup bersih memiliki tampilan rapih walaupun memang sudah berprilaku seperti wanita. Pada obralan panjang dengan Christoper saat itu aku mencoba bilang kalau aku akan mulai menjauh darinya dan teman-teman karena aku sudah memiliki apa yang aku inginkan.

"maaf kak, sepertinya setelah ini aku akan jarang menyapa kakak dan teman-teman. apa yang aku ingikan sudah aku dapat, sepertinya kakak juga sudah mendapatkan apa yang kakak inginkan. terlebih kakak juga tahu kalau aku sangat tidak ingin orang tahu tentang ku." Christoper hanya tertawa dan menegaskan padaku apakah aku benar tidak ingin mendapatkan hal lain lagi atau aku sebenarnya sering bertemu dengan Ari.

Aku mencoba meyakinkan Christoper bahwa aku menjauh bukan karena aku diam-diam dekat dengan Ari tapi lebih dari itu aku memberi tahu kalau aku sudah punya pacar seorang wanita. Saat itu memang aku sedang mencoba dekat dengan Fitri adik tingkat ku di organisasi Pramuka.



Begitulah kisah baik pertama yang kumiliki berakhir dan berjalan hanya beberapa hari. setelah itu aku mulai dengan perjalan ku di sosial media lebih jauh lagi.
Share:

Pertualangan seks ku di Friendster dan Facebook

Ditinggal dengan pengalaman seksual yang cukup menyenangkan dari Ryan, aku dibuat oleh masa menjadi seseorang petualang.


Petualangan disini dengan sebuah arti yang sangat luas, aku mencoba segalanya untuk menyalurkan nafsuku.

     Setelah tidak memiliki teman untuk menyalurkan kembali nafsu itu secara nyata, aku akhirnya kembali melakukan hal-hal seperti  masturbasi atau menekan kemaluan ku pada bidang datar. Dari kedua cara itu, aku memiliki kesulitan untuk melakukan masturbasi. Karena rentan waktu yang panjang ketika aku masturbasi berbeda dengan ketika aku menekankan kemaluan ku kelantai yang durasinya lebih cepat. Perjalan ku begitu panjang ketika SMP, dimana aku memiliki masalah dengan beberapa wanita serta hal lain dimana saat itu aku semakin memiliki keinginan berhubungan dengan pria. Ryan meninggalkan banyak masalah padaku, hingga akhirnya teknologi mulai lebih canggih kala itu. Ketika masuk kelas dua SMP warnet mulai banyak dibangun di tempat tinggal ku. Memang dulu sudah ada, tapi sosial media sangat jarang saat itu.

Hingga sebauh sosial media bernama Friendster (FS) diluncurkan, sebuah media sosial yang menjadikan ku mengetahui kalau orang seperti ku banyak dan mereka juga bersembunyi. Setelah aku membuat akun FS ku, cukup lama memiliki akun itu lalu aku mulai iseng membuat aku lain dan menulis homo dalam pencarian pertemanan. Ternyata daftar akun muncul disana bahkan grup untuk orang-orang seperti itu banyak terpampang. Dari grup itu aku mulai banyak mengenal istilah-istilah yang mereka gunakan dalam kehidupan mereka. Gay, anal, cucok, sekong adalah bahasa-bahasa yang masih aku ingat saat ini. Hingga pada hari itu sebuah akun menambahkan ku sebagai teman, dimana dia mendapatkan akun ku dari daftar grup gay yang aku ikuti. Nama akunya saat itu adalah penyuka binan, pasti kalian bertanya apa itu binan atau sebagian kalian tahu arti dari binan. Jaman dulu nama-nama akun sangatlah lucu-lucu dan aneh, dimana seseorang tidak menunjukkan namanya secara benar walaupun akun itu tidak digunakannya untuk menyembunyikan jati dirinya.

Dari chatan saya dan penyuka binan yang namanya adalah Christoper saya mengetahui dan memahami sampai saat ini bahwa binan adalah seorang gay dewasa yang mapan, kaya dan tampan (hanya sebatas itu yang aku pahami). Sampai saat ini aku juga tidak terlalu tertarik memahami bahasa itu. Hingga dia menjelaskan arti namanya itu, aku lalu bertanya tujuannya menambahkan ku sebagai temannya. Hal itu sedikit aneh, ketika dia bilang di sukai dengan pria dewasa tapi dia menyukai ku yang jarak kami saat itu hanya tiga tahun. Pertemanan kami di FS cukup lama, sekitar satu tahun lebih kami sekedar berteman hingga akhirnya dia lebih dulu menjelaskan siapa dia. Hari itu saya sadar kalau Christoper adalah siswa SMA yang satu kompleks dengan SMP saya saat itu. Dia menjelaskan bagaimana dirinya dan kenapa akhirnya dia tertarik melihat akun ku yang juga tidak memiliki photo diri ku. Karena akun yang dia add adalah akun khusus yang aku buat untuk sekedar mengikuti grup gay dan memang saat itu aku juga berharap mendapatkan teman gay yang bisa aku ajak berhubungan.

Tapi kebanyakan orang disana masih takut untuk bertemu langsung, hal yang lebih buruk adalah mereka berada jauh dari kota ku. Setelah mendengarkan dan mendapatkan photo Christoper yang dia kirim pada ku, jelas dia berharap aku memperkenalkan diri ku juga kepadanya. Tapi saat itu aku masih sangat tidak ingin terburu-buru dan terlalu terbuka dengan keadaan ku. Akhirnya aku menghindari melakukan kontak dengan dia, dan pada renta waktu itu aku mulai mencari tahu siapa dia dan bagaimana dia menjalani hidupnya.

Pada masa pencarian itu aku sempat berharap dia orang yang sempurna dan akan menjadi teman baik dalam hubungan kedekatan ataupun lebih jauh adalah seks. Tapi harapan ku hancur saat itu, aku menemukan siapa sebenarnya dia. Ternyata Christoper adalah seorang gay yang sudah come out (membuka dirinya dan terlihat jelas penyimpangan padanya) dalam kehidupan sosialnya. Dia memiliki tubuh yang gemuk dan berjalan layaknya wanita dengan beberapa teman dalam kelompoknya dan dia sudah terbiasa akan hal itu. Dia juga adalah guru penari kreasi, pada masa itu Ferdi dan Romino adalah anak didiknya yang mana mereka berdua adalah teman satu angkatan di SMP. Dengan keadaan Christoper yang seperti itu aku semakin takut untuk mendekatinya terlebih harus terbuka padanya bahwa aku adalah Kiko temannya di FS. Aku memang masih sangat takut kala itu dengan presepsi orang-orang jika sampai aku dekat dengan pria yang sudah bergaya wanita. Apalagi jika aku harus mengungkapkan diriku adalah gay, dengan Ferdi dan Romino pun aku tidak begitu dekat.

Pengalaman buruk yang di dapatkan Ferdi dan Romino di sekolah adalah bayang ketakutan tersendiri bagiku untuk tetap bertahan dan menjauhi mereka. Namun waktu kadang cukup iseng dengan ku, saat itu akan ada kegiatan perpisahan kakak kelas dimana ada beberapa jenis hiburan berupa tarian. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh guru seni ku saat itu ketika dia memilihku sebagai salah satu penari  tarian zaman. Tapi kenyataannya, Ferdi dan Romino tidak dapat di ambil karena mereka telah mengisi bagian lain dalam pertunjukkan saat itu. Kegiatan itu mendekatkan ku kepada Christoper, dimana saat itu dia menjadi pelatih tari Romino dan teman-teman. Beberapa kali dalam sesi latihan yang sama aku merasa Christoper memperhatikan ku dan hingga suatu hari dia memberanikan dirinya menegurku.

"halo, siapa nama mu?" Christoper menghampiriku saat aku sedang berlatih.

"Kala, kenapa kak?" aku hanya mencoba menghargainya, lalu dia menawarkan ku untuk ikut bergabung ke dalam kelompok tarian mereka.

Kebiasaan ku bercanda dan heboh dengan teman-teman saat latihan mengundang perhatian dia ternyata. Permintaannya saat itu jelas aku tolak, "orang dalam kelompok ku sudah pas kak, aku juga tidak mau menari seperti mereka (para pria), mereka menari terlihat seperti wanita."

Aku jelaskan kepada nya bahwa tari zaman ini lebih laki-laki dan tidak banyak gerakan yang harus aku lakukan dan hafalkan. Kalimat-kalimat itu keluar dari mulutku saat itu aku gugup serta takut bahwa dia akan mengetahui aku. Lalu Christoper tersenyum dengan manja layaknya wanita dan meninggalkan ku bersama teman-teman untuk latihan kembali. Karena tidak adanya smartphone untuk dapat menggunakan media sosial setiap saat dan saat itu hp ku hanyalah dapat digunakan untuk SMS dan telepon saja maka butuh dua atau tiga hari bahkan lebih lama aku baru bisa ke warnet untuk bermain FS. Ketika aku membuka FS ternyata pesan dari Christoper sudah memenuhi kotak pesan ku. Beberapa pesan lama yang dikirimnya berisi kemarahan dan sumpah serapan karena aku tidak  memberitahu siapa aku serta tidak merespon pesannya. Namun semakin keatas aku buka pesan lainnya, dia mulai meminta maaf dan menyerahkan kepetusan pada ku tentang apakah aku akan berteman dengan sebagai teman biasa atau lebih dari itu.

Karena merasa tidak enak dan tidak ada salahnya berteman di FS saja, aku mulai kembali berhubungan dan saling chat di media sosial itu. Pertemanan ku dengannya cukup lama di media sosial itu, dari dia aku banyak mendapatkan informasi gay yang ada di kota termasuk Ferdi dan Romino. Terkadang dia mengirimkan link bokep gay kepada ku yang jelas karena hal itu aku semakin gila dengan keinginan untuk kembali berhubungan seks bersama pria. Hingga aku duduk di bangku SMA ditempat yang sama dengannya, ada keadaan yang membuat ku membuka jati diriku kepada Christoper. Chat darinya hari itu menanyakan kenapa aku tentang lambatnya aku merespon pesannya. Lalu aku jelaskan keadaan keluarga ku, bagaimana aku yang merupakan anak dari keluarga sederhana hanya bisa sesekali dapat ke warnet. Lalu Christoper mengirimkan link Vidio porno dimana ceritanya adalah seorang pria mudah yang menemani pria lain tidur dan mendapatkan bayaran. Setelah menonton Vidio itu aku sadar maksud dari dia melakukan hal itu. Aku hanya membalasnya dengan emoticon tertawa, dan Christoper melanjutkan penjelasannya kepada ku dan meyakinkan pada ku bahwa itu sangat aman. Dia bilang pada ku jika aku siap aku bisa memberi tahunya karena dia memiliki beberapa orang yang dapat dia dekatkan padaku.




Perjalan ku sebagai money boy dimulai saat itu.


       Saat istirahat tiba, aku menghampiri Christoper yang sedang duduk bersama kelompoknya di kantin sekolah. Aku mengajaknya bicara, lalu bilang kalau aku ingin bicara berdua saja dengan nya saat itu. Hari itu mungkin aku sudah membuang jauh rasa takutku pada pandangan orang, ketika berjalan kesudut sekolah dan melewati kakak senior ku di Pramuka ada rasa cemas namun aku hanya menyapa seadanya. Tiba di sudut sekolah aku memberi tahu Christoper bahwa aku adalah Kiko teman di FS.

Christoper menarik tanganku untuk berhenti, "ada apa? kamu anak SMP sini kan?" aku menjawab dan langsung kepada intinya, "iya kak, kita perna bertemu saat saya ikut kelompok tari. saya hanya ingin bilang kalau saya adalah Kiko (nama samaran di akun FS) teman chat kakak."

Aku mencoba menjelaskan kenapa aku tidak berani selama ini memberi tahunya dan bahkan menegurnya ketika berada didekat ku. Lalu Christoper tertawa, dia bilang bahwa dia tahu bahwa aku memiliki penyimpangan walupun dia tidak menyangka kalau Kiko adalah diriku. Karena cemas dan penasaran kenapa dia tahu aku gay, lalu aku bertanya kembali kepadanya bagaimana dia tahu kalau aku seorang gay.

Dia mengingatkan ku kejadian hari itu, "sewaktu aku mengajak mu ikut kelompok tari dalam tim Romino, kamu terlalu terlihat gugup dan panik. padahal hari itu aku hanya kekurangan anggota untuk tim Romino, tapi reaksi mu adalah hal yang sering aku lihat." Christoper tersenyum dan menambahkan perkataanya, "hal itu adalah prilaku seorang gay yang sedang ketakutan kalau sampai jati dirinya ketahuan." pria gemulai itu membuatku sedikit cemas.

Dia juga menjelaskan bahwa hari itu niatnya mengajak ku ke dalam kelompok itu karena salah satu penari prianya telah mengundurkan diri hari itu. Aku tersenyum dan merasa bodoh didepan Christoper, lalu dia menanyakan niat ku mengajaknya ke tempat itu dan kenapa aku sekarang berani mengatakan jati diriku. Aku mulai menjelaskan padanya kalau aku butuh uang untuk membeli sebuah handphone, aku merasa tidak memiliki cara lain untuk mendapatkan hal itu. Terlebih saat itu teman teman ku sudah memiliki hp dan agar dia tidak berpikir lebih aku menambahkan alasan bahwa aku ingin mendekati seorang wanita. Dengan memiliki hp akan lebih mudah bagiku untuk lebih eksis dan menjadi perhatian wanita di SMA. Christoper mengiyakan untuk membantu ku dan tidak butuh waktu lama hari itu aku di jemput seseorang dengan mobil di sekolah yang hari itu Christoper juga menemani ku di depan gerbang.

Beberapa teman yang tinggal di dekat rumah ku memandang heran saat aku cukup dekat dengan Christoper dan juga tiba-tiba pulang dengan menaiki sebuah mobil. Christoper tidak ikut bersama kami saat aku pulang bersama Ari, seorang karyawan Pertamina yang kalau bahasa saat ini dia itu adalah straight atau mungkin dia memang gay. Ari pria yang sudah berumur, usianya saat itu sudah mencapai 36 tahun dan dia berasal dari Bandung. Sudah tiga tahun dia di Prabumulih, dia jarang pulang dan menurut pengakuannya dia merasa senang dapat tinggal jauh dari istrinya. Hari pertama kami berjalan bersama hanyalah sekedar makan dan saling mengenal satu sama lain. Mungkin hari itu Ari masih takut atau ada hal lainnya yang dia pikirkan saat berjalan bersama ku hingga dia tidak berani membawaku langsung kerumahnya. Setelah makan, kami tidak memiliki tujuan untuk pergi kemana pun karena kota kami hanyalah kota kecil tanpa sarana prasarana. Ketika akan pulang Ari melewati rumahnya dan menunjukan rumahnya padaku, tapi kami tidak mampir karena hari itu aku meminta pulang lebih awal. Setelah sampai di dekat rumah Ari meminta nomor hp kepadaku dan ku jelaskan padanya kalau aku tidak memiliki hp. Dia bisa menghubungi ku melalui Christoper, dan jika dia ingin bertemu sebaiknya hanya menjemput ku di sekolah.

Hanya berjarak satu hari karena hari sebelumnya dia harus pergi ke lokasi tambang yang jauh membuat dia tidak dapat menemui ku di hari kedua. Lalu hari ketiga Christoper menghampiri ku  dan kalau Ari akan menjemput ku hari itu setelah pulang sekolah. Kali ini perjalanan kami cukup panjang dan mungkin memiliki kesan tersendiri bagi Ari tentang diri ku. Karena kota kami yang tidak begitu banyak sarana dan terlalu kecil hingga sangat muda berjumpa dengan orang-orang yang kami kenal maka hari itu Ari mengajakku ke ibu kota (Palembang). Jarak dari kota ku ke ibukota sekitar tiga jam kami tempuh, disana lah kami sedikit bebas melakukan tindakan layaknya pasangan bagi orang seperti kami. Namun bagi orang normal yang melihat kami mungkin kami adalah ayah dan anak yang sedang menghabiskan hari bersama. Karena kenyamanan itu saat bersamaan Ari aku lupa hal-hal yang harus aku ambil darinya namun tanpa aku minta ternyata Ari melakukan nya. Kami pergi ke PIM, sebuah mall di kota pelembang dan disana kami menghabiskan waktu kami dari nonton sampai akhirnya dia membelikan ku hp. Dia berharap dengan hp itu aku dan dia akan sering berkomunikasi dan dia tidak perlu lagi berhubungan dengan Christoper. Di akhir cerita ku dengan Ari kalian akan tahu kenapa Ari begitu takut dengan Christoper dan mengapa dia sangat baik pada diriku.



Lanjut kepada perjalan ku bersama ari
Share:

Pertama kalinya aku merasakan ejakulasi


Mungkin kebanyakan orang yang membaca akan bertanya,

Bagaimana saya menahan diri untuk tidak melakukan hubungan dengan laki-laki? Jika bisa, apa mungkin itu terjadi dan bagaimana caranya?

Aku akan mencoba mengingat sebaik mungkin apa saja yang sudah aku jalani selama ini. Bukan untuk memuaskan sebagian orang yang membaca tulisan ini. Lebih dari itu aku berharap setiap orang akan membantu ku memahami diri ku. Dan dapat memberikan saran atau memberi tahu aku, apa yang sebenarnya terjadi padaku dan bagaimana aku harus berbuat.




     Aku mungkin adalah aktor terbaik dalam hidupku, dimana aku memerankan tokoh utamanya dengan penuh penghayatan. Berbohong menjadi bagian dari hidupku saat aku mulai dicurigai oleh orang-orang disekitar ku (itu yang aku pikirkan saat orang memandang aneh pada prilaku ku). Ketika aku mengenal rasa suka pada pria semasa SD, aku mungkin masih bisa bertahan menahan hawa nafsuku. Tapi hal itu jelas tidak dapat berlangsung lama, dimana aku harus mencoba menyalurkan hawa nafsu ini pada sesuatu. Aku tidak mungkin menulis bahwa diri ini hanya menyukai seseorang pria tanpa pernah menyalurkannya dalam hubungan seksual. Maka jika hal itu dapat dilakukan, aku pasti berharap hal tersebut menjadi bagian dalam hidupku.



      Yang aku ingat adalah pertama kali aku menyadari menyukai pria adalah saat SD dengan seorang kakak kelas bernama Gandi. Masa-masa normal mungkin bagi seseorang untuk sekedar mengagumi tanpa memiliki gambaran bagaimana berhubungan seks dengan orang lain. Hal itulah yang terjadi padaku ketika masa itu, hanya rasa kekaguman dan mungkin sedikit bumbu dedegan didalam dada. Namun tayangan televisi terkadang membuat diri ini terbawah kealam lain bersama Gandi. Tidak seperti sekarang yang banyak sensor pada setiap adegan mesum dalam film. Pada masa aku masih SD, terutama film India sangatlah memperlihatkan adegan-adegan terbaiknya dalam kemesraan. Tubuh artis pria yang tak jarang terbuka sempurna dan begitu bagus, yang ku ingat mungkin wajah terbaik adalah Hrithik Roshan. Setiap adegan dalam filmnya mengundang ku masuk pada imajinasi seksual. Tidak dapat menyalurkan hasrat ku, hari itu cukup aneh bagiku karena akhirnya kau tahu cara tersendiri bagaimana mengeluarkan sperma ku tanpa masturbasi (onani - adegan mengocok kemaluan pada pria).


Ketika asyik nonton di depan tv sendirian siang itu, aku menonton sambil tiduran dengan posisi penis ku berada di atas lantai. Adegan panas pun datang, saat pemain pria menari dengan telanjang dada dan memegang lawan mainnya. Gerakan-gerakan kecil aku lakukan pada penis ku, lalu aku menekanya cukup kuat dan saat itu mungkin penis ku ereksi namun tidak seutuhnya. Beberapa kali adegan itu berlangsung tiba-tiba saya merasa menikmati hal itu dan ternyata sperma itu banjir didalam celana ku. Karena khawatir ketahuan, aku langsung membersihkan diriku dan celana itu agar mama tidak tahu. Setelah hari itu akhirnya aku mulai melakukan cara tersebut berulang kali dengan menonton film atau melihat gambar-gambar pria seksi yang saat itu biasa aku dapatkan dari tabloid yang terkadang saudara perempuan ku miliki.


PERTUALANGAN KU BERSAMA RYAN



Lalu hari itupun datang dan menjadi pengalaman pertama ku berhubungan dengan pria bernama Ryan. Saat itu aku, Raffa dan beberapa anak kecil lainnya main ke rumah Ryan. Ryan anak SMA kala itu dan merupakan anak yang baik dan cukup ramah dengan anak-anak kecil seperti kami dan saat itu aku masih kelas satu SMP. Hari itu kami bermain play station (PS) di rumah Ryan dimana keadaan rumah lagi sepi karena orang tua Ryan sedang pergi. Cukup lama kami bermain PS lalu secara bergantian, beberapa anak pulang yang jumlah nya kurang lebih delapan orang. Setelah tinggal aku, Raffa , Angga dan dua anak kecil lainnya yang masih tersisa Ryan mengajak kami menonton film. Awalnya film itu biasa saja, ada actionnya dan drama percintaannya disana. Namun semakin lama film tersebut banyak seksnya, Ryan yang duduk di belakang ku mulai melakukan masturbasi sendirian sedang Raffa dan beberapa anak berada di depan kami lebih dekat dengan TV. Saat itu aku merasa Ryan menyukai ku, beberapa kali kakinya menyenggol ku dan akhirnya aku melihat dirinya sedang melakukan hal itu.

Ryan mengajak ku untuk masturbasi bersama, lalu anak-anak didepan sadar apa yang sedang kami lakukan. Tapi baiknya saat itu, anak-anak itu tidak begitu peduli dan mengganggu kami dengan apa yang kami lakukan. Cukup lama kemudian melakukan hal tersebut, lalu Raffa dan anak lainnya izin pulang kecuali Angga yang masih berada di depan tv. Karena merasa sepi dan Angga sedang asyik menonton, tiba-tiba Ryan membaringkan diriku dan mulai mengoral kemaluan ku. Hari itu pertama kali aku merasakan hubungan seksual, terus dan terus Ryan mengisap kemaluan ku dan akhirnya aku tahu rasanya begitu nikmat melakukan hubungan seksual secara nyata. Setelah punya ku keluar Ryan meminta ku tetap berbaring lalu menggesek-gesekan kemaluannya diatas kemaluan ku dan memasukkan penis itu disela-sela paha ku. Hubungan itu benar-benar menambah ketidak warasanku, aku menjadi semakin memiliki pengalaman nyata dalam hubungan seksual. Angga yang saat itu berada di depan tv ternyata terus memperhatikan apa yang kami lakukan tanpa berisik. Baik Ryan ataupun aku saat itu merasa takut dan cemas kalau sampai Angga memberitahu orang lain tentang kejadian hari itu.

Angga adalah adik Gandhi, seorang pria yang pada awal cerita sudah pernah aku jelaskan sebelumnya. Saat itu mungkin Angga masih duduk dikelas 4 SD, setelah kami selesai dan melakukan bersih-bersih lalu kami mengajak Angga bicara. 

Ryan memulai percakapan itu, "Angga mau main PS lagi, atau mau lanjut nonton?" dengan cemas aku yang merasa takut ikut bicara, "apa yang angga lihat tadi tidak perlu diberi tahu dengan Raffa dan teman-teman. Angga masih ingin main kesini bukan?"

Respon Angga sangat membantu, dia hanya bertanya apakah besok mereka boleh bermain PS lagi disini. Ryan dengan gugup menjawab, "iya, tentu saya Angga boleh kesini asal tante tidak sedang ada dirumah. bukannya Raffa takut dengan tante." kami hanya terus merasa cemas melihat anak itu dan setelah film itu selesai Angga pulang lebih dulu menyusul anak-anak yang lain bermain entah kemana. Dirumah yang sepi itu Ryan dan aku mengobrol cukup banyak, Ryan mencoba mengundang ku untuk melakukan hal itu lebih sering lagi. Setelah hari itu, aku memiliki cara untuk menyalurkan hubungan seksual ku secara nyata dengan Ryan.

Ryan memang tidak terlalu menjadi perhatian ku pada awalnya, walaupun kami tinggal dalam kampung yang sama tapi secara alam bawah sadar walaupun sering bertemu aku tidak pernah tertarik kepada dia. Dia tidak bertingkah aneh, Ryan seorang pria dengan pacar wanita merupakan teman saudara perempuan ku dan kami satu kampung. Dengan pandangan seperti itu aku merasa aman memiliki teman untuk menyalurkan hubungan intim ini walaupun bukan kisah cinta. Karena pada masa kecil itu, aku rasa belum ada sedikitpun bayangan bagaimana dua orang laki-laki berpacaran ataupun menikah seindah saat ini.

Hal konyol terjadi pada ku, suatu hari Angga datang kerumah dengan alasan mencari Raffa untuk pergi bermain hari itu. Saat rumah sedang kosong hanya ada aku di depan TV, Angga tiba-tiba menghampiri ku dan mulai bicara tentang apa yang aku lakukan dengan Ryan.

"mas, yang kemarin kalian lakukan itu apakah sangat menyenangkan?" dengan lugu anak itu membuatku ketakutan.

Aku sangat cemas dengan  apa yang aku dengar dari Angga, aku mencoba menjelaskan banyak hal kepada Angga tentang hal-hal yang tidak dia mengerti. Anak yang mungkin berusia sekitar  sepuluh tahun itu mengganggu ketenangan ku, lalu aku menyuruhnya pulang dan melakukan masturbasi  sendiri ditempat sepi seperti kamar mandi. Aku mengatakan bahwa hal itu sangat nikmat dan mungkin dia akan ketagihan setelah melakukannya. Jika di pikir-pikir, keadaan saat itu sangatlah konyol tentang  apa yang aku lakukan dan bagaimana angga menerimanya.

Ke esokan harinya dalam keadaan yang sama, angga datang dan menceritakan pada ku bahwa hal itu tidak terjadi apa-apa. "aku sudah melakukanya, tapi tidak ada hal apapun yang terjadi pada ku." Angga membuat ku merasa takut setengah mati jika ada orang yang mengetahui hal itu.

Lalu dia mengajak ku ke kamar ku dan mempraktekan apa yang dia lihat  hari itu, "aku ingin mas memberi tahu ku dan langsung menujukannya padaku." angga yang sudah berada di atas ranjang tanpa celana membuat hari ku gila. 

Aku sangat takut hari itu jika keluarga ada yang pulang, lalu pintu ku tutup dan kamar ku kunci saat  aku kembali dia sudah terlalu bersemangat dengat hal itu. Dia menyuruhku  menimpanya  dan menggesekkan kemaluan ku pada kemaluannya dan juga di sela pahanya. Karena aku tidak dapat mengontrol rasa nikmat  itu, aku mencoba menyodominya, aku mengangkat kakinya lalu mulai memasukan kemaluan ku pada lubang duburnya. Angga kaget karena merasa sakit saat baru ujung kepala dari kemaluan ku masuk ke lobang. Dia mendorong aku, lalu berkata bahwa dia tidak mau lagi melakukan hal itu karena hal itu sangat sakit menurutnya. Setelah kejadian hari itu, angga tidak pernah lagi mendekati aku dan bertanya akan hal  itu. Ada rasa lega kala itu, tapi setelah dari Angga aku merasa kacau  karena aku mulai menyukai untuk memasukan kemaluan ku kedalam dubur karena rasa hangat itu. Aku tidak menceritakan kejadian antara aku dan Angga  kepada siapa pun juga  walaupun itu Ryan.

Pada kali berikutnya aku akan berhubungan dengan  Ryan, aku memberanikan diri dan bertanya apakah aku boleh memasukan kemaluan ku kedalam duburnya. " Ryan, sepertinya ketika seseorang berhubungan mereka memasukan kemaluannya kedalam sesuatu."

Ryan terlihat bingung dan bertanya, "maksudmu pria dan wanita? kenapa kamu menyakan hal itu?" 

"aku hanya penasaran dan ingin mencobanya, apakah aku boleh melakukanya kepadamu?" wajah lugu ku saat itu membuat dia perlu berhati-hati menjelaskan sesuatu padaku.

Ryan mencoba menjelaskan kepada ku bahwa disana kotor dan itu sangat sakit baginya, tapi jika aku mau dia akan memberikan nya pada ku. Dari Ryan aku merasakan pertama kali menyetubuhi seorang pria dengan sangat puas. Aku merasa menikmati saat melihat Ryan kesakitan dan berteriak perlahan ketika kemaluan ku masuk kedalam duburnya. Namun sangat sayang karena hanya sebentar hal itu dapat aku nikmati, sebab Ryan dan keluarganya harus pindah jauh keluar kota. Orang tua Ryan yang merupakan seorang supir sebuah perusahaan mendapat mutasi kerja ke Bengkulu tahun itu dan aku ditinggalkan Ryan sendiri dengan nafsu ku yang saat itu sudah semakin besar.


Share:

Pelatihan perajurit dari Rino dan teman SD

     Masa Sekolah Dasar menghantarkan saya setidaknya menjadi pria walau pun tidak seutuhnya. Dalam kelas saya terdapat 28 siswa, dimana hanya ada enam orang siswa laki-laki yang mengisi kelas itu. Salah satunya adalah Rino, dia memiliki tubuh besar dan perawakan kasar. Rino adalah siswa yang seharusnya sudah duduk di bangku kelas tiga sewaktu kami masih berada di kelas satu sekolah dasar. Rino anak dari keluarga tidak mampu, dia berhenti sekolah ketika itu karena kendala biaya lalu mendaftar sekolah kembali setelah program bantuan pendidikan mulai gencar. Berbanding terbalik dengan saya, seorang anak kecil dengan kulit putih, mata sipit namun hidung besar keturunan dari ayah saya layaknya orang Chinese. Dengan tampilan seperti itu bagi Rino saya sasaran yang empuk untuk di palak dan dimainkan. Kelas satu saya mungkin masih selamat, karena masa itu kami masih belum terlalu akrab serta saya juga kala itu siswa berprestasi yang tidak memiliki banyak masalah. Setelah kami duduk pada tingkatan berikutnya Rino mulai berpikir untuk menjadikan saya alat untuk mendapatkan nilai bagus di kelas.

Terkadang bagi saya tidak jadi masalah akan hal itu, namun Rino juga membuat sebuah aturan buruk dan konyol yang mesti kami ikuti. Setiap kali jam istirahat, kami harus jajan bersama dan semua orang harus mengeluarkan uangnya kecuali dia. Suatu hari ketika kami duduk dikelas dua, saya berencana membeli mainan tamia (mobil mainan dengan dinamo di dalamnya) untuk membeli itu saya harus menyimpan sebagian uang jajan saya. Beberapa kali saya menghindari mereka ketika jam istirahat, lalu pergi diam-diam dan jajan sendiri seadanya agar uang jajan saya sebagian bisa ditabung. Tapi akhirnya Rino tahu akan hal itu, saat istirahat saya ke toilet pintu toilet di kunci dari luar oleh Rino karena saat itu saya melihat Rino sedang mengikuti saya. Lalu akhirnya saya baru bisa keluar setelah satu mata pelajaran habis itu pun karena ada kakak kelas yang akan menggunakan toilet. Namun hal yang terjadi pada saya tidak hanya terjadi pada saya saja, semua berlaku untuk teman yang menyembunyikan uang jajannya dan tidak menjajaninya. Rino dan teman-teman tidak secara terang-terangan mengejek dan membully perilaku kemayu saya pada massa itu. Pada masa SD, saya tidak berjalan layaknya model wanita di atas cat walk. Prilaku yang menonjol hanya saya terlalu penakut, lembut, suara cempreng hingga sekarang dan ketika masuk sekolah kegiatan suka berjoget saya mulai berkurang karena takut di bully. Itu lah tanda-tanda yang nampak jika orang lain ingin berpikir pada masa itu bahwa saya menyukai pria atau dengan kata mereka saya adalah banci.

           Hingga suatu hari saat saya duduk di bangku kelas empat SD, Rino dan teman-teman mencoba menguji untuk pertama kali saya berkelahi. Saat saya sedang mengerjakan tugas dikelas, tiba-tiba Nadi menghampiri saya dan berkata kalau Raffa menangis karena dihajar teman sekelasnya.

"kala, ayo cepat! adikmu Raffa dipukuli oleh Arya dan teman-temannya dikelas. sekarang Raffa sedang menangis." Nadi menarik saya keluar dari meja.

Saya merasa tidak percaya saat itu, karena dirumah Raffa selalu saja membuat ulah dan nakal terkadang membantah apa yang disuruh mama ataupun saya. "tunggu sebentar, ini masih ada yang harus saya kerjakan. Bentar lagi bu Rika masuk dan saya belum selesai." saya mencoba menghindari masalah hari itu, tapi Nadi seakan-akan begitu serius dan memaksa saya ke kelas Raffa yang hanya berbatasan tembok saja.

      Entah apa yang aku pikirkan selain yang kuingat cemas saat itu melihat Raffa menundukkan kepalanya di atas meja di sudut bangku paling depan dengan teman-temannya yang mencoba menutupi Raffa. Seketika saya menuju ke arah Arya, teman Raffa yang sedang di pegangi oleh Rino agar tidak berlari kabur. Rino memanggil saya yang berdiri di depan pintu mencari Arya, saya langsung mendekati mereka yang berada di pojok kelas saat itu. Hanya bertanya mengapa membuat Raffa menangis, tanpa mendengar jawaban Arya saya langsung mendorong kepala Arya ketembok disampingnya lalu menariknya kembali dan mendorong kembali kapalnya keatas meja. Seketika anak siswi kelas mereka berteriak, Arya menangis dan guru-guru datang dari ruang kantor kepala sekolah.

Lalu saya di bawah keruang kantor untuk di introgasi oleh beberapa guru dan beruntungnya saya adalah murid yang terkenal tidak mempunyai prilaku buruk. Saya jelaskan masalahnya kepada wali kelas Raffa dan saya saat itu dibantu oleh wali kelas saya. Setelah mendengar penjelasan itu Raffa dan Arya di panggil ke kantor dan kami di suruh saling bermaafan tanpa harus memanggil orang tua kami. Hal yang tidak saya ingat sampai saat ini adalah apakah orang tua saya tahu kejadian itu atau tidak. Selain wali kelas saya yang tinggal satu kompleks dengan kami, Raffa juga memiliki bekas memar di wajahnya karena teman-temanya. Hal itu terkadangan masih sering menjadi pikiran dan sesuatu yang mengganjal bagi saya. Sudah begitu lama kejadian itu, keluarga tidak pernah mengungkit hal itu kecuali aku dan teman-teman semasa SD yang terkadang mengingatnya.

      Pertama kali saya berkelahi, tapi tidak ada satu pun luka pada saya karena saya sedang menghajar adik kelas. Hingga pada suatu hari saat saya dan teman-teman bermain di lapangan sekolah, salah satu sepatu saya lepas saat berlari. Tapi yang konyolnya, ada anak sekolah lain yang memainkan sepatu saya dan melemparnya ke atas pohon di samping sekolah.



    Saya gambarkan dulu bagaimana sekolah saya saat itu.

Di kompleks sekolah saya terdapat tiga nomor sekolah, yaitu SD 35, 42 dan 48 yang setiap nomor sekolah ada kepala sekolah masing-masing yang memimpinya. Sedangkan SD 42 dan sekolah saya saling berhadapan dan harus berbagi lapangan bersama saat jam istirahat datang. Pada hari itu, Rio melihat sepatu saya lepas dan ditendangnya sepatu saya itu kearah samping sekolah saat saya akan mengambil sepatu itu. Saat itu saya merasa aneh dan kesal, saya tidak kenal dan tahu dengan Rio maka saya berpikir dia tidak sengaja melakukannya. Ketika saya mendekati sepatu saya kembali, Rio juga ikut berlari menuju sepatu itu dan setelah sampai lebih dulu Rio melemparkannya keatas pohon. Saya marah dan mendorongnya serta menyuruhnya untuk mengambil sepatu itu, tapi dia malah menantang saya untuk berkelahi.

Saya berteriak kepadanya lalu mendorongnya, "sialan, cepat ambil sepatu saya!" Rio terjatuh lalu dengan santai menjawab, "kenapa kamu menyuruh saya mengambilnya? ambil sendiri, kalau tidak suka aku kita berkelahi."

Pada saat itu Rino tiba-tiba mendekat dan menambah panas diri saya, Rino berkata, "Hajar saja Kal, orang dia juga yang mulai duluan. kenapa kamu harus takut." teman-teman yang lain mengolok-olok keadaan saat itu.

Kami pun berkelahi di samping sekolah itu sampai akhirnya kami berhenti dan Rio akhirnya mengambilkan sepatu saya. Kejadian saat itu kami tidak melaporkan kepada guru masing masing karena takut memiliki masalah dengan pendidikan kami. Hari itu saya tidak memperhatikan apapun, kecuali tubuh wajah Rio yang memerah dan begitupun saya akibat perkelahian itu. Selain itu, perkelahian itu dapat berhenti karena Rino memisahkan kami yang saat itu saya sudah cukup lusuh dan kotor.

"sudah kal, dia sudah berhenti." ucap Rino lalu dia mendekati Rio dan menyuruhnya mengambil sepatu saya. Untungnya hari itu saya sedang memakai baju olahraga, jadi baju olahraga saya yang kotor langsung saya ganti dengan seragam sekolah.

Hingga akhirnya, pada kejadian tauran antar kompleks SD kami dengan kompleks SD di pasar, saya baru tahu kalau Rio adalah teman Rino satu kampung. Saya akhirnya mengerti bagaimana Rino membuat saya berada dalam masalah yang cukup banyak. Tauran yang kalian banyangkan itu tidak semengerikan itu. Tauran itu hanyalah beberapa siswa kelas lima saja yang saat itu di pimpin Awang dari SD 48 dan Rino serta beberapa orang yang ikut pergi dengan alasan kerja bakti dimana saya dan Rio ikut di dalam masalah itu.

       Pelatihan prajurit alah Rino dan teman-teman tidak berhenti disitu, karena pada suatu hari aku, Rino, Nadi dan Ardan bermain ke Balong (sebuah kolam bekas galian untuk pembuatan batu bata)  yang berada di kampung mereka dan jarak kampung itu dari rumah ku cukup jauh. Setiap kali ada Rino pasti ada masalah yang muncul disana. Saat asyik berenang, seseorang lewat sambil berteriak kearah kami saat itu.

“Woyy, pada main sama banci po!” suara dari atas Balong itu ketika itu aku tidak mendengar, hanya  saja Nadi yang mendengar karena dia berada di pinggiran Balong.

Aku memang sering bermain jauh dari rumah karena berpikir aku harus mulai jadi laki-laki seperti apa yang diharapkan semua orang. Ketika kami selesai bermain dan akan ke rumah Nadi untuk membersihkan tubuh kami yang cokelat karena air lumpur itu. Tidak jauh dari tempat itu dijalan kami bertemu Herman kakak kelas kami yang duduk di kelas enam dan jarak usia kami mungkin tiga tahun.

Saat itu Herman mengejek saya dengan panggilan banci, "sudah selesai mandi sama bancinya Nad?" ucapan Herman itu mengganggu setiap orang diantara kami.

Namun karena saya takut dan ingin menghindari masalah saya dan teman-teman terus berjalan. Sambil berjalan Nadi bercerita kalau tadi di Balong juga ada yang meneriaki kita. Berulang kali Herman mencoba mencari masalah dan aku tidak hiraukan, tapi dia malah mengejek saudara perempuan ku yang entah dia sendiri kenal atau tidak dengan saudara ku itu.

Herma berkata saat itu, "ayuk mu cantik juga Kal, kata teman ku paha ayuk mu putih dan bibirnya juga enak." dengan tertawa keras Herman yang saat itu bersama satu temannya mentertawakan perkataan itu.

Seketika aku berhenti, Herman merasa puas melihat hal itu dan menambah panjang kalimat-kalimat nya. Dalam keadaan itu Rino menambah panas emosi ku dan tidak hanya Rino, teman-teman yang lain juga mendorongku untuk menghajar Herman. “Hajar saja, dia sudah keterlaluan Kal, nanti kami bantu.” ucap Nadi yang mungkin merasa malu karena dibilang bermain dengan banci.

Hal ini lah yang sering terjadi pada ku sewaktu SD. Karena emosi aku berlari kearah Herman sambil berteriak, aku langsung memukulinya secara berutal tanpa berpikir hal apapun. Seketika dalam perkelahian itu aku menangis, mungkin karena kepala ku sakit akibat pukulan dari tangan Herman yang cukup besar. Tapi sambil menangis itu aku terus memukul Herman hingga dia jatuh ketanah dan kami benar-benar sudah memiliki luka masing-masing. Tiba-tiba seorang paman lewat yang akan pergi ke kebun, dia memisahkan kami dan memarahi kami serta menyuruh kami bubar. Perkelahian itu pun berhenti, kami pulang dan paman itu tetap berdiri disana sampai kami akhirnya pulang dan menjauhi tempat itu. Karena tubuhku luka dan kotor, aku takut untuk pulang saat itu dan memilih mampir kerumah Nadi sampai aku siap untuk pulang. Di rumah Nadi kami dimarahi oleh orang tua Nadi, saya hanya terdiam lalu kami kebelakang untuk membersihkan badan kami setelah itu menjelang sore saya pamit untuk pulang.

Dengan baju penuh tanah dan muka memerah akibat perkelahian itu, sampai dirumah saya langsung mengambil handup yang terjemur di halaman rumah dan langsung ke kamar mandi. Saat itu mama belum pulang dari bekerja dimana dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan ayah pun belum pulang, hanya ada Raffa dan saudara perempuan ku saja yang tahu aku pulang. Setelah membersihkan tubuhku, aku pergi ke kamar untuk tidur dan menunggu orang tua ku pulang saat itu. Makan malam tiba, kami duduk di meja makan lalu sempat ayah dan mama menyindir apa yang terjadi pada ku dan mengingatkan anak-anaknya untuk tidak membuat masalah.

"hari ini cukup memelahkan, jadi jangan sampai kali membuat masalah yang begitu besar. Kala! jaga emosi mu dan jangan sampai kamu menyakiti adikmu lagi." begitulah ayah mengingatkan ku, dia berpikir aku mungkin berkelahi dengan Raffa hari itu. Untuk menghindari obrolan yang panjang saya hanya meng-iyakan apa yang dikata ayah malam itu.

Malam itu wajah keduanya sangat tidak bersemangat, mama yang mencoba menghabiskan makannya segera meninggalkan meja makan. Hari itu aku berpikir kedua orang tua ku sedang memiliki cukup banyak masalah, lalu ketika mama meninggalkan meja ayah hanya bertanya seadanya tentang wajah ku yang memar lalu aku mencoba mengarang cerita. Saya lupa, semenjak perkerlahian keberapa aku mulai kembali menjadi anak yang patuh, baik dan penurut. Karena untuk mendapatkan pengakuan dan agar tidak dijauhi dari kelompok, aku melakukan semua hal itu untuk bertahan dalam sosial ku. Tapi rasanya sudah cukup terlambat, karena begitu pedulinya aku dengan pengakuan Rino dan teman-teman perlahan nilai prestasi ku di kelas turun. Perkelahian dengan Herman pun adalah perkelahian ku dengan pria yang terakhir aku lakukan dalam hidupku. Aku mencoba menghindari masalah, mencoba kembali menjadi anak baik karena aku berpikir lingkungan ku sudah tidak mencurigaiku lagi terlebih teman-teman ku.


Share:

Daftar nama karakter agar tidak lupa

Daftar nama karakter dalam tulisan saya,
Karena semuanya menggunakan nama samaran, saya rasa perlihatkan menggunakan membuat daftar nama ini agar yang baca tidak bingung.

Raffa – adik kandung saya
Gandi – kakak kelas waktu SD yang saya sukai
Angga – adik kandung gandi
Satria – Sahabat sampai saat ini, dia siswa pindahan saat SD dan menjadi sangat akrab setelah bertemu di SMA

Wanita wanita yang pernah sempat berpacaran dengan ku sewaktu SMP

Inggrid – kelas 1 SMP
Cristina – kelas 1 SMP pindah dari SMP negeri
Yuni – pindahan dari luar kota
Elisa – kelas 2 SMP, korban taruhan saya dengan teman
Wahyuni – satu kelas di kelas 1 dan 2 yang menyebarkan isu kalau saya dan dia berpacaran

Ferdi – siswa gay SMP, sangat kemayu dan menjadi objek bully
Romino – siswa gay SMP kemayu tapi dia beruntung karena orang tuanya kaya

Christoper – siswa gay SMA dalam satu komplek sekolah yang sama, dia kemayu namun memiliki kelompok geng yang berisi dengan wanita dan beberapa pria yang eksis dan populer di SMP dan SMA
Candra – salah satu teman dari kelompok Christoper yang tampan dan sangat ramah, dia juga kakak dari teman sekelas saya rosi
Rahmat – kepala divisi tempat saya bekerja yang gay serta baik pada saya.
Aditya – pria gay yang saat bertemu di kelas 3 SMA dan LDR 3 tahun


Ini semua adalah photo yang menarik untuk di simpan


















Share:

Popular Posts