Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Akhir perjalan ku di Palembang

Di Palembang aku tidak memiliki cerita cinta yang baik untuk aku bagikan disini. Karena yang terjadi hanyalah kenal dan berjalan satu, dua kali maka aku atau mereka yang akan memutuskan kontak.

Hal seperti ini sering terjadi pada ku, tapi jangan berpikir aku sangat tampan atau memiliki ilmu pelet yang kuat sehingga pria-pria semasa mudah ku sangat agresip pada ku.




      Dari sekian banyak kegilaan ku di Palembang, hanya Hardian yang bisa cukup lama bertahan dan sangat sering berhubungan. Hardian adalah seorang pegawai bank di dekat SMA, mungkin jaraknya sekitar tiga kilometer. Dia tinggal sendiri di Palembang di sebuah rumah sewa yang cukup baik dan dia berasal dari medan. Kami saling mengenal di FB, Hardian dan aku bertemu dan melakukan hubungan seperti biasa aku lakukan dengan pria gay lainnya.

Namun berbeda dengan Hardian, malam itu dia bertanya, "Kala, kamu mau kalau kita berhubungan seterusnya?"

Aku menjawab, "kenapa bang? kamu merasa sangat puaskah malam ini?" aku tertawa agar malam itu tidak menjadi kaku. Lalu aku menegaskan, "aku sepertinya tidak tertarik untuk berhubungan terlalu lama bang, setelah sekolah aku akan segara balik ke kampung ku. aku punya pacar wanita yang menungguku."

Dia bilang apa yang sebenarnya ia inginkan, Hardian berkata "aku berharap kita tidak hanya say hello atau sebuah cinta satu malam saja. karena akan lebih aman dan baik jika saya ingin melakukan seks dapat menghubungi kamu atau pun sebaliknya."

Hardian menegaskan pada ku bahwa dia sudah sangat bosan bergonta-ganti pasangan terlebih hal itu akan beresiko pada pekerjaannya. Malam itu aku belum tahu asal dia sebenarnya dan orang seperti apa Hardian. Kami hanya saling chat beberapa kali lalu memutuskan untuk bertemu dan malam itu juga, setelah pulang dari jalan kami melakukan hubungan seksual.  Seperti itulah penjelasannya pada ku, lalu aku pura-pura lugu menjawab ucapannya dan berkata bahwa tidak mungkin aku melakukan hal itu. Aku bilang padanya kalau dia tahu bahwa anak muda seperti ku mendekati pria dewasa jelas karena kami berpikir orang dewasa lebih loyal kepada kami. Lalu Hardian tertawa kembali, dan menanyakan padaku perkataan ku sebelumnya tentang adakahkepuasan dengan hubungan malam itu. Aku bilang aku suka dan tidak berbeda seperti yang lainnya dan tidak ada yang spesial. Lalu Hardian berkata, lalu mengapa aku harus mencari yang lain untuk hal seperti itu. Dia mengingatkan ku untuk menjaga diri agar tidak terkena penyakit dan hal buruk lainnya yaitu kalau-kalau aku di jebak.

Aku terus menolak dengan kalimat-kalimat penolakan yang sopan, karena aku berpikir saat itu jika dia ternyata orang yang nekat maka aku akan hancur. Jarak sekolah dengan tempat kerjanya yang dekat bisa dengan mudah dia lakukan hal itu. Percakapan kami berhenti dengan asyik menonton tv, lalu aku ke belakang untuk membersihkan tubuhku dan dia masih dia atas kasur seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu. Ketika aku kembali ke kamar untuk memakai pakaian ku, Hardian kembali membahas ajakannya itu kepadaku. Namun kali ini dia hanya menekankan kepada ku bahwa jangan menghapus kontaknya dan coba untuk membalas pesannya. Setelah berapa lama aku baru tahu maksud sebenarnya Hardian, tidak buruk sebenarnya karena itu mungkin yang dilakukan setiap orang. Hardian mungkin tipe ku, badannya berisi dengan perut buncit menghiasi tubuhnya, tubuhnya berwarna coklat dengan bulu-bulu halus di wajah dan memiliki wajar kasar.

lalu pikiran bodoh atau memang benar bahwa hari itu dia melakukan kesalahan karena mengajak ku berhubungan dirumahnya dan di tengah perjalanan saat menjemput ku dia terlalu asyik sehingga menunjukkan tempat kerjanya kepada ku. Sepertinya itulah ketakutan Hardian sebenarnya, tapi yang tidak aku habis pikir kenapa dia tetap mencoba memaksa ketika aku sudah memberikan jawaban tidak mau. Lalu aku berpikir kembali mungkin dia akhirnya menyadari kalau jika bisa mendapatkan ku dia tidak perlu mencari orang lain untuk berhubungan seks dan mengeluarkan banyak uang untuk penginapan atau semacamnya. Dan begitulah kehidupan seorang gay, penuh rasa takut tapi tetap tidak bisa menahan hal itu dalam kehidupannya.




          Terkadang dengan memanfaatkan ketakutan mereka itulah, orang-orang yang memiliki niat jahat menjadikan mereka alat untuk di peras atau dimainkan. Kaum gay di Indonesia sering kali di manfaatkan oleh orang-orang normal, ketika mereka memiliki bukti untuk menghancurkan hidup seorang gay yang bersembunyi. Hal yang sering terjadi mereka akan menjadikan hal itu sebagai alat untuk memeras seorang gay yang memiliki kehidupan awalnya baik. Atau pria gay yang masih mudah dengan nafsu yang masih sangat tinggi karena tertahan dalam persembunyian di tiduri oleh orang-orang normal yang tidak dapat menyalurkan seksnya pada wanita.



       Tapi berita dan pandangan masyarakat Indonesia semua sama, yang bersalah adalah kaum gay. Orang-orang berpikir mereka sangat menjijikan dengan berhubungan melalui lobang dubur, hal lain adalah mereka berpikir gay sangat kejam karena menjadikan anak kecil sasaran hawa nafsu mereka.  Dan yang lebih benar lagi, karena tidak adanya penerimaan orang-orang banyak gay menjadikan pria gay lainnya teman seks saja. Sebuah hubungan yang dilakukan berdasarkan nafsu dan juga menjaga diri maka mereka melakukannya sembunyi-sembunyi layaknya pria normal yang datang ke tempat-tempat wanita penghibur. Hal itu yang selama ini menjadi bagian hidupku, bernaung pada cara berpikir orang pada umumnya. 



Selama kuliah aku mulai berpikir, jika gay di legalkan hubungan gay ini apakah mungkin mereka menyalurkan seks mereka pada anak-anak disekitar mereka, hubungan seks bebas secara sembunyi dari istri atau keluarga, atau hal ini akan menjadi seperti ini seterusnya. Lalu terkadang sempat terpikir, aku tidak selalu berpikir ketika berhubungan seks harus menembak dubur lawan seks ku kalau kami bisa melakukannya dengan cara yang lain. Apakah ketika aku berpikir seperti itu aku menjadi tidak berdosa?

Hanya saja ini yang tidak aku mengerti, rangsangan itu dapat membangkitkan kemaluan ku jika aku melihat pria yang sesuai keinginan ku. Maka cara lain yang mungkin sempat terpikir oleh masyarakat luas adalah kenapa tidak dengan wanita, maka aku jawab hal itu sangat tidak mungkin.




Mari kembali pada cerita bagaimana aku terus bersembunyi dan terkadang menahan agar tidak berhubungan seks dengan seorang pria.


Hubungan ku dengan Hardian yang paling lama kujalani saat aku di Palembang. Walaupun pada masa dekat dengannya aku juga tidak berhenti untuk bertemu dan berhubungan seks bersama pria lain. Hal itu mungkin berlaku juga bagi Hardian, tapi aku tidak pernah ingin tahu atau pun mencari tahu hal itu. Kami tidak pernah mengatakan untuk saling berkomitmen satu sama lain, aku hanya akan menghubungi dia ketika aku tidak mendapatkan pria lain untuk berhubungan. Begitulah hal yang membuat hubungan kami berjalan cukup lama, namun konsekuensinya aku juga harus bisa ada untuknya jika dia menghubungi ku. Berada di rumah Tante membuat aku sangat lepas kendali, terkadang Tante melaporkan ku pada mama karena sering tidur diluar. Namun aku selalu membuat alasan, masa kelas tiga ku memang sering banyak tugas dan aku menjadikan hal itu sebagai alasan yang ku buat untuk orangtua ku. Kedua orang tua ku sangat percaya pada apa yang aku lakukan, hal tersebut berlaku sampai saat ini walaupun untuk keputusan ku ke Jogja orang tua ku sempat berbeda pendapat dengan ku.

Perjalan seksual ku dengan pria gay di Palembang berakhir dengan perkenalan ku bersama seorang pria metroseksual bernama Aditya. Di bulan-bulan terakhir akan kelulusan dia menambahkan ku sebagai teman di FB. Saat itu Herdian sudah kembali ke Medan, dalam beberapa kali chat bersama Aditya ternyata aku melakukan kesalahan aku membuka diriku terlalu lebar. Akun yang dia gunakan adalah akun asli miliknya, karena merasa tidak enak dan aku juga tertarik dengan semua profil dia yang terdapat di akunnya maka aku invite dia menggunakan akun asli ku. Lalu kami memulai berhubungan cukup lama disana, hingga ternyata ada pesan ku yang membuat Aditya berpikir aku ingin menjalani hubungan serius bersamanya layaknya pasangan gay. Padahal saat itu aku seperti hanya bercanda, ketika dia mengirimkan beberapa photo nya yang menunjukkan sosok seorang pria sejati aku memujinya. Salah satu photo yang membuat ku mengaguminya lebih dalam adalah ketika dia berada di ruang ganti di gym dengan handuk melingkar di tubuhnya.

Pagi itu notifikasi terdapat dilayar hp ku, sebuah pesan di FB hawa nafsu ku meningkat melihat pria itu. Photo Aditya itu ku puji, dengan beberapa kalimat seperti biasanya, "waw, kalau lihat photo ini cewek pun pasti suka. Seandainya bisa memiliki tubuh itu seutuhnya, pasti menyenangka bisa terus berbaring diatasnya." Kurang lebih seperti itu isidari ke kaguman ku pada seorang Aditya.


Pertemuan pertama dengan Aditya adalah ketika kelulusan, sore setelah jalan bersama mama aku izin pergi keluar karena akan bertemu dengan Aditya di mall. Apa yang terdapat di akunnya tidak jauh beda dengan apa yang aku lihat di meja makan hari itu. Dengan kemeja rapi dan rambut klimis nya senyum itu menyapa ku begitu hangat dan indah.

Dalam pikiran aku berkata, "andai saja itu tempat sepi pasti aku akan langsung tidak tahu diri memeluk dan menciumnya." Hal itu dapat terpikir karena dalam isi chat kami sebelumnya adalah hayalan bagaimana kami jika nanti bertemu dan apa yang akan kami lakukan bersama.

Dalam pertemuan yang singkat itu Aditya mengatakan bahwa dia sedang mencari seseorang untuk menjadi pasangannya. Dia juga mengatakan bahwa disini di sudah sangat terbuka dengan orang-orang yang dia kenal. Aku bilang kepada dia bahwa aku akan segera kembali ke Prabumulih, maka rasanya membuat sebuah hubungan serius pun akan percuma bagiku dan dia. Setelah percakapan itu kami hanya melakukan makan dan mengobrol saja, lalu Aditya pulang meninggalkan ku. Dua hari setelah kelulusan aku masih berada di Palembang, aku masih berhubungan dengan Aditya begitu pun Hardian di FB. Mereka menjadi teman gay yang lama aku kenal, memang tidak terlalu sering chatan ku bersama mereka.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts