Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Tidak sempat mengerti dan paham dengan diri sendiri

Dalam lembar ini aku akan menulis sedikit perjalan ku bersama seseorang bernama Aditya. Sosok pria yang nantinya akan menjadi pria yang tidak dapat aku lupakan.

Tapi kalian harus sedikit bersabar, karena aku ingin mengenang semuanya secara bertahap



Tulisan ini cukup mengganggu diriku,
selain terlalu banyak harapan yang kembali tercipta. Lebih dari itu aku sedang mencoba menjadi beberapa hal yang aku sendiri tidak tahu pada kahirnya yang mana akan aku lakukan.


     Setelah hampir satu tahun berteman di FB dan satu kali bertemu, Aditya bilang bahwa dia benar-benar ingin mencoba serius dengan ku. Dia menanyakan padaku cara agar aku bisa percaya atas apa yang dia katakan tentang memintaku menjadi pacarnya. Tapi Aditya datang kali itu saat aku memiliki pengalaman buruk dengan mama, dimana malam itu mama masuk ke kamar dan menanyakan apakah aku suka terhadap pria. Saat aku akan tidur setelah pulang kerja mama masuk ke kamar dengan mengajak ku bicara. Mama yang siang harinya mendapat telpon dari orang tua pacara Raffa mencoba mengingatkan mama untuk menjauhkan Raffa dari anaknya. Obralan mereka menjadi panjang hingga orang tua pacara Raffa membahasku dengan mengatakan bahwa mama tidak bisa mengurus anak-anaknya, dia menyuruh mama untuk menjaga aku yang memiliki penyimpangan karena menyukai pria. Cerita malam itu sudah aku tulis pada lembar lainnya, semua hal ini terasa amat omong kosong. Keadaan malam itu sungguh memukulku, aku menjadi terbayang-bayang akan keadaan itu ketika terlintas dipikiran ku bahwa aku ingin memiliki seorang pasangan laki-laki. Dalam posisi bekerja aku sibuk membalas chat dari Aditya yang seakan menekankan aku harus menerimanya. Karena tidak memiliki cara, pada chat terakhir aku menantang Aditya untuk datang ke kota ku dan menemui aku. Aku menjelaskan bahwa aku tidak mungkin ke Palembang, selain biaya aku juga ragu untuk meyakinkan diri ku melakukan hubungan pacaran.

Malam itu Aditya datang ke Prabumulih, dia membuka kamar hotel dan menjemput ku di tempat kerja ku yang sudah aku beritahu sebelumnya. Dia membuat ku merasa melayang dengan apa yang dia lakukan hari itu, bagi seorang wanita mungkin itu seperti sebuah film drama yang amat romantis.  Saat seseorang yang bilang sayang kepadamu membuktikan semua itu dengan sebuah tindakan. Aku terjebak oleh Aditya, setidaknya itu yang aku pikirkan hari itu sampai dia datang kembali nantinya. Aku menginap bersamanya di hotel, karena aku yang sudah dewasa saat itu membuat ku tidak perlu terlalu takut ketika izin tidur di luar kepada orangtuaku. Aku hanya SMS orang tua ku dan bilang bahwa aku tidak pulang malam itu dan mungkin akan langsung berangkat kerja dari rumah teman ku. Dalam keadaan terbaik itu, aku dan dia menghabiskan malam dengan obrolan panjang.

Dia bertanya kepadaku, "Kala, kenapa kamu mau bekerja sebagai cleaning servis di tempat itu? bukankah akan lebih baik jika kamu ikut aku ke Palembang adn bekerja di hotel tempatku?"

Lalu aku menjawabnya, "aku tidak ingin jauh lagi dengan orang tua ku, dan uang dari kerjaan ku cukup agar aku bisa menabung dan melanjutkan kuliah nantinya." Aditya tidak tahu untuk menjawab ku hari itu dan dia hanya diam.

Lalu Aditya mengalihkan pembicaraan kami ke aktivitasnya dan memulai hubungan seksual itu. Kami melakukannya sebanyak dua kali hingga pagi itu, sanjungan-sanjungan Aditya menambah harapan bagiku walaupun aku masih merasa ragu. Dia merupakan gay paling sempurna yang pernah aku temui selama itu. Dia tampan, bersih, mapan dan yang terbaik darinya adalah dia mau menjadi Bottom bagi orang seperti ku. Aku seorang anak yang sudah pernah aku gambarkan, tidak terlalu tampan, hanya memiliki mata sipit dan hidung besar dan warna kulit ku mulai mencokelat ketika sudah bekerja. Aku tidak berpikir banyak tentang apa yang di sukai pria gay yang bertemu dengan ku kecuali teman ngobrol yang baik. Setelah hari itu kami masih saling berhubungan lewat inbox, aku hanya membiarkannya berpikir bahwa kami telah berpacaran. Aku hanya bilang jika dia ingin, silahkan datang ke kota ku kapan saja dan aku akan ada untuknya.

Tapi tidak lebih dari dua Minggu Aditya memberi tahu ku bahwa dia akan di mutasi ke Jogja.  Aku berpikir Aditya membohongiku, karena dia sudah mendapatkan rasa penasarannya dengan tidur bersama ku maka dia membuat alasan itu kepadaku. Aku seharusnya tidak menguji dia, karena kenyataannya aku juga tidak akan siap jika ternyata Aditya memilih pindah bekerja ke kota ku lalu mengajak ku berpacaran.



Ternyata aku terlalu banyak setelah malam itu, semua prilaku Aditya aku kira akan menjadi akhir. Walaupun pada saat itu juga aku semakin ditekan oleh keadaan dan orangtua ku.



Hal yang di gambarkan Aditya dengan kata pacaran adalah sesuatu yang besar, dimana dia ingin kami tinggal bersama dan membuat kisah terbaik dengan hal itu. Namun bagi orang sepertiku saat itu, hal seperti itu tidaklah mungkin dapat aku lakukan terlebih setelah masalah dengan mama. Tapi aku sangat konyol, dalam telpon aku mengatakan dia harus menolaknya jika ingin hubungan kami terus berlanjut. Sepertinya mendengar perkataan itu dari ku, membuat Aditya suatu saat kembali kepadaku dan menepati perkataannya. Namun sebelum mencapai hal itu, aku harus bertualang kembali dan melalui banyak hal lagi hingga sesaat aku telah melupakan Aditya.

Lalku aku berkata padanya, "jika dia pergi, aku tidak bisa menjamin apakah aku akan menunggunya atau malah dia sendiri yang akan meninggalkan aku." aku pikir itu adalah kemarahan ku.

Di dalam telpon itu suara Aditya mengeras, dia marah kalau aku tidak dewasa seperti apa yang diharapkannya dan dia menambahkan bahwa aku egois karena tidak memikirkan masa depannya. Pertengkaran itu tidak memberikan rasa sesal pun pada ku sampai suatu saat hari nanti Aditya datang kembali padaku dengan segala hal bersamanya sehingga membentuk ku seperti saat ini.

Hubungan kami mulai jarang sekali, aku terus dengan kegilaan ku mencari orang untuk sekedar melampiaskan hawa nafsu ku. Ketika kerja aku sempat mendapatkan teman seks anak SMA, karena memang sulit untuk dapat mencari pria gay di dalam kota kecil itu. Aku mengira aku hanya akan tertarik pada pria dewasa saja, tapi Tio adalah anak SMA yang aku tidur dimasa aku telah kehilangan Aditya. Aku tidak mengerti dengan psykologis ku, tapi yang aku pahami sampai saat ini adalah rasa puas, senang dan ketagihan ketika melihat lawan seks ku merasa kesakitan. Mungkin semakin aku ingat kembali hal itu terjadi sepertinya karena masa laluku bersama Ryan saat aku masih duduk di bangku SMP.

Tio menjadi korban pertama dengan tangan ku, seorang anak dari desa yang tinggal di kos ketika itu mengajakku ketempatnya. Tapi sepertinya Tio sudah sering melakukan seks melalui duburnya, hingga saat kemaluan minimalis ku masuk ke duburnya tidak terasa jepitan apa pun. Hanya rasa hangat yang enak lalu karena sebuah vidio porno yang aku tonton sebelumnya, aku mencoba memasukan tanganku kedalam dubur setelah sempat mengobrol dengannya.

Aku berkata padanya, "dek, kamu sudah sering main dengan orang ya?" tapi Tio mengelak lalu aku pura-pura tidak ingin melakukannya lagi. "Sepertinya aku sudah selesai, aku tidak bisa menikmatinya. dubur mu sudah longgar."

Akhirnya dia mengaku, lalu aku mengambil pelumas dan melumurinya di tangan ku sampai habis.  Lalu aku bilang kepada Tio bahwa aku ingin melakukan hal itu kepada nya, kalau dia tidak mau aku akan menghentikan hubungan kami. Dengan ragu dia mengiyakan, perlahan aku memasukkan jari ku, satu jari, dua jari, tiga jari sampai akhirnya aku akan memasukkan satu tangan ku kedalam duburnya. Anak kecil itu merasa kesakitan, aku turus berusaha agar tangan ku bisa masuk namun aku berhenti ketika dia memohon untuk menghentikan hal itu. Aku sangat menikmati apa yang aku lakukan hari itu, Tio berteriak pelan karena kesaktian dan hal itu membuatku semakin menikmatinya. Setelah puas aku malah menyuruh Tio menjepit penis ku di antara pahanya saja karena jika di dubur sudah jelas aku tidak merasakan kenikmatan apa pun. Hubungan ku selesai hari itu, terus berganti dengan beberapa orang berikutnya. Tentang Aditya semuanya telah hilang, walau terkadang dia masih meng-inbox dan SMS ke nomorku tapi semua tidak menjadikan hal itu berarti lebih bagi ku.



Perjalan seks ku berjalan begitu terus sampai saat ini, lalu hanya ada beberapa kisah cinta yang nanti aku bagikan pada bagian kisah cintaku. Disini aku hanya akan menulis kegilaanku dan pertulanganku bersama banyak pria gay lainnya.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts