Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Apa yang orang pikirkan tentang ku (GAY)

Perjalanan kisah ini masih begitu panjang, banyak yang tidak tertulis karena memang tidak memberikan kisah apapun selain hubungan seks sesaat.




    Sepertinya menjauh dari Christoper tidak membuat orang mulai berpikir baik tentang ku, memiliki Fitri juga hanya membuat sebagian orang yang akan percaya aku normal. Itu yang aku pikirkan saat itu, karena ketika gugus depan ku di kirim untuk ikut jambore di Palembang kejadian cukup seru menghampiri ku malam itu.

Saat itu hujan lebat, tenda pria banjir karena irigasi kami bermasalah. Lalu semua berkumpul dalam satu tenda dengan putri yang berada beberapa jarak dengan kami. Semua barang diselamatkan dan bpara pria malam itu sangat sibuk kecuali aku. Malam itu obat asma ku habis, cuaca dingin membuat asma ku kambu dan membuat aku tidak dapat membantu para pria yang sedang sibuk menyelamatkan tenda. Setelah hujan mulai redah namun tenda masih belum bisa digunakan, semua pria masuk kedalam tenda putri dan semua orang tidak dapat tidur karena kami harus dalam posisi duduk. Berbeda dengan ku, semua wanita tahu kalau aku sedang sakit malam itu. Karena waktu itu aku dan Fitri sudah resmi pacaran, aku menyenderkan tubuhku pada Fitri karena jika aku baringkan secara utuh sesak itu bertambah parah. Setelah semua orang masuk dan saling mengobrol, adik tingkat ku bernama Hafsan mengeluh karena aku tidak membantu yang lainnya malah di dalam tenda berpacaran.

Malam itu Hafsan duduk disampingku, "kamu lo bang, malah enak-enakan pacaran dalam tenda ini." Beberapa orang wanita mungkin sudah menjelaskan keadaan ku, begitu juga Fitri yang berada di dekat kami.

Tapi sepertinya Hafsan tidak mau menerima dan menambah perkataanya, "payah kamu bang, seperti banci saja takut dengan hujan." dan tiba-tiba kakinya yang entah dia sengaja atau tidak menerjang ke kaki ku.

Merasa tidak terima karena aku berpikir jika aku biarkan anak ini akan terus memandang rendah padaku. Lalu aku bangun dan menggapai Hafsan, menariknya medekat padaku seketika menonjok hidungnya hingga berdarah. Semua orang melihat kearah kami dan memisahkan kami berdua, aku menyuruhnya menjauh dariku karena dia tidak tahu apa-apa tentang ku. Hafsan sepertinya sangat tidak terima dengan kejadian itu, dia tidak menangis hal itu mungkin karena kami berada dalam keramaian. Kakak pembina merasa takut dengan perubahan sikap ku, terkadang orang-orang berpikir aku terlalu suka bercanda dan tidak memiliki emosinol yang tinggi. Sesaat dia mendekati ku untuk mencari tahu masalahnya serta menenangkan ku yang saat itu masih marah kepada Hafsan.




Aku tidak tahu apa yang di pikirkan orang tentang gay.


Terkadang aku berpikir jika orang tahu bahwa temannya seseorang yang menyukai pria dia akan takut dan segera menghindar karena berpikir dia akan menyukai mereka.

Hal itu terlalu berlebih-lebihan, karena sama dengan wanita seorang pria gay memiliki standarnya sendiri. Lalu aku juga berpikir kalau mungkin mereka takut jika kami akan memegang bokong mereka dan menusuk dubur mereka ketika mereka tidak sadar. Hal itu sangat konyol jika benar mereka memikirkan hal itu tentang gay. Karena hal tersebut juga, mungkin mereka akan takut tidur dalam satu tempat yang sama dengan teman gay. Hal yang paling benar adalah jika orang tahu dia bertingkah seperti wanita dan orang itu adalah gay mereka adalah lemah. Banyak teman normal yang berada dekat dengan ku berpikir bahwa pria gay seperti wanita, mereka lemah secara pisik dan juga mentalnya. Hal tersebut sangat kacau, ketika aku mendengar kalimat itu dari beberapa teman pria ku yang nakal ketika melihat Ferdi ataupun Romino di sekolah. Ada pemahaman yang salah dari mereka, tapi sampai sekarang aku tidak mungkin melakukan pemahaman apapun ke pada orang-orang seperti itu. Karena aku berpikir jika aku lakukannya maka aku harus siap untuk di curigai orang-orang tentang ke jantan ku. Dan hal buruk lainnya mungkin aku tidak dapat mendekati wanita lagi. Maka dari dulu sampai sekarang, ketika orang membahas LGBT dengan ku, aku menjadi orang yang sangat munafik untuk berada di sisi lain para LGBT.

Setalah dengan Ari aku mulai lebih jauh dengan bantuan sosial media baru saat itu yaitu Facebook (FB), aku semakin mengenal banyak orang lagi seperti kami. Hp dari Ari menjadikan ku lebih gampang membuka FB, dikelas, dikamar dan aku akan sangat asyik bermain dengan hp ku. Kota kecil ku cukup membantu ku untuk tidak sembarangan berhubungan seksual. Berbeda dengan Christoper dan teman-teman yang merupakan orang mampu, terkadang mereka yang pergi ke Palembang untuk dapat mengenal dan memanfaatkan banyak orang disana. Dari kegilaan ku akan kebutuhan seks yang seharusnya tidak ku kenal lebih cepat, membuat ku harus melakukan hal-hal lain untuk dapat melampiaskan hasrat ku. Hp ku penuh dengan photo-photo pria telanjang untuk membantu ku berimajinasi. Aku lebih sering melakukan nya di kamar mandi, saat itu kamar mandi kami cukup besar walupun lantai nya tidak mulus karena belum di pasang tegel. Jadi saya sering membawa kursi kayu yang biasa di gunakan mama untuk mengiris sesuatu disana.

Hari itu sangat dramatis karena coba kalian bayangkan, suatu hari karena begitu inginnya aku mengeluarkannya pulang dari warnet aku ke kamar mandi membawa bangku kayu itu. Tanpa aku sadari, bangku kayu sebelumnya digunakan mama untuk mengiris cabe. Memang efeknya cukup lama terasa, ketika cukup lama aku mencoba membangunkan imajinasi dan kemaluanku, akhirnya sperma itu keluar dan aku merasa lega. Namun ketika aku sadar, rasa panas mulai muncul di sekitar kemaluan ku dan aku menyadari biji-biji cabe menempel di tubuh ku. Kegilaan ku memang seperti itu aku salurkan, mungkin dalam seminggu bisa tiga kali aku melakukan hal itu. Terlebih ketika sudah memiliki hp aku lebih dipermudah memiliki akses film porno gay dan gambar gambar seksi seorang pria.

Lalu kisah ku berlanjut saat akan kenaikan kelas tiga mama menemui ku dan membicarakan kepindahan ku ke Palembang. Hal itu terjadi karena sebelumnya ketika nenek wafat yang merupakan ibu dari mama, di acara itu sebuah keluarga datang ke rumah untuk belasungkawa. Itu adalah Tante ku, dimana pada waktu mama masih gadis ketika di Palembang mama tinggal bersamanya. Entah kenangan apa yang mereka miliki sehingga mama memiliki harapan cukup besar agar aku pindah sekolah ke Palembang. Sebenarnya ketika itu jika aku menuruti nafsu ku, mungkin aku akan memilih untuk pindah ke Palembang yang menawarkan kemudahan akses bagi ku untuk mengenal lebih banyak lagi pria gay. Tapi aku sempat berpikir tentang bagaimana aku akan menyesuaikan diri dengan keluarga Tante yang sama sekali kami belum pernah bertemu. Terlebih sekolah ku hanya tinggal satu tahun lagi, hal itu sangat menggangu prestasi ku dikelas nantinya. Sebaik apapun aku membuat alasan mama tetap memohon agar aku mau untuk pindah ke Palembang.

Lalu saat itu yang ku pikirkan adalah tentang campur tangan Allah SWT, tetang bagaimana aku akan melnjalani hidupku terhadap hal yang akan terjadi di Palembang. Lalu begitulah kota Palembang, dia menawarkan banyak kesenangan pada ku. Aku mulai gonta-ganti pasangan seks, yang hampir semuanya adalah orang dewasa sesuai dengan kriteriaku. Dalam akun ku sudah aku jelaskan posisi ku sebagai Top dan orang yang mungkin aku inginkan untuk diajak hubungan seks. Akun ku selalu tidak ku berikan photo ku karena aku takut suatu saat teman sekolah atau pun keluarga ku akan tahu aku. Terlebih Tante ku adalah keluarga yang beruntung, dimana anaknya sudah berpendidikan sampai kuliah dan cukup hedon sehingga jelas mereka memiliki akses ke sosial media itu lebih dari aku tahu. Akun yang ku add selalu orang yang sudah dewasa rata-rata memiliki photo wajah mereka. Mereka aku temukan di sebuah akun grup gay Palembang, jadi jelas aku merasa bahwa tidak salah orang ketika menambahkan pertemanan. Selain orang dewasa adalah tipe ku yang dibawa alam bawah sadar ku, aku sangat menyukai seseorang yang dewasa dengan bulu-bulu halus di wajah mereka dan terlebih sangat terlihat laki-laki.

Namun sangat jarang kriteria seperti itu mau menjadi bottom kecuali dia memang telah sangat sulit mendapatkan lawan seks. Kenyataan seperti itulah yang aku lalui selama hidupku sampai saat ini, dimana tidak gampang mendapatkan lawan seks yang sesuai harapan ku. Sepertinya cukup banyak saat itu yang ku temui ketika sekolah di Palembang. Wajah yang cukup mudah, menjadikan diriku juga dapat memanfaatkan hal itu untuk mengambil beberapa kesenangan dari mereka. Dengan kehidupan keluarga yang terbatas, aku tidak mungkin dapat menonton film di bioskop, makan di restoran mewah atau cafe di mall dan pergi ketempat karaoke dengan harga dua kali makan ku. Namun hal itu dapat aku lakukan dengan bantuan pria-pria gay yang aku temui dalam hidupku sampai saat ini. Semakin banyak kesombongan yang aku miliki, ketika aku mulai meng-upload foto-foto ditempat tempat mewah itu. Photo itu mendapatkan banyak like, komentar teman-teman di SMA ku yang lama, hal itu seakan mereka pikir aku semakin memiliki kehidupan yang lebih baik.

Hingga aku lupa dengan rasa malu jika sampai orang bertanya dari mana hal itu dapat aku nikmati. Dan hal itu jelas terjadi, ketika aku bertemu sepupuku di mall bersama seorang pria gay yang cukup tua. Namanya Joko, seorang guru di SMA terbaik di Palembang yang saat itu kami akan turun kelantai bawah setelah menonton film. Di depan lobi karcis aku bertemu sepupu ku dan saat itu Joko sedang cukup terlihat akrab memeluk ku dari belakang ketika kami selesai menonton dan akan menuju lift.

Jantung ku saat itu berdetak kencang, "hai Kala, habis nonton film apa ini? Kamu tidak beri tahu mama ya kalau langsung pergi main." aku yang segera menegakan tubuhku dan Joko melepaskan dirinya berkata, "Aldi mana ya Kal, paman susul dulu, mungkin dia di toilet." Joko pergi ketoilet sambil sebelumnya telah berjabatangan dan berkelan dengan Ujang.

Aku yang masih cemas mencoba menjelaskan pada Ujang, "tadi habis nonton Harry potter jang, teman SMA ku di kampung dan orang tuanya lagi berkunjung kesini." sepertinya saat itu Ujang percaya, lalu Joko keluar menghampiri ku lagi dan bilang kalau anaknya sudah ada dilantai lainnya.


Aku dan Joko permisi dan meninggalkan Ujang bersama teman-temannya. Joko membahas Ujang di perjalan turun, tapi tidak banyak yang harus aku bahas karena Joko adalah orang yang tidak perlu berada lama dalam kisah ku. Lalu hal seperti itu sering terjadi dan seperti itulah yang aku lakukan di Palembang, bertemu teman sekelas mereka bertanya tentang pria gay yang lagi bersamaku pasti aku akan menjawab itu paman ku dari kampung atau orang tua teman SMA ku di kampung yang sedang ke Palembang. Hidupku penuh dengan kebohongan, dari dulu sampai saat ini dosa terbesar ku pada Allah SWT adalah hawa nafsu dan kebohongan ku.



Begitulah yang terjadi di Palembang, sebuah pertualangan seru nanti akan aku cerita pada kalian
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts