Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Mama bertanya, "Apakah aku gay?"

Dalam blog ini sangat tidak berurutan.


Bacalah satu persatu dan perlahan agar kamu dapat tahu dari mana alur kisah ini dimulai dan dimana dia akan berakhir. Hanya orang yang berniat berhubungan baik yang akan menghabiskan waktunya mengenal saya melalui isi dalam blog ini.



Tidak terlalu banyak berharap, aku hanya ingin sekali membebaskan diriku ini walaupun hanya sekedar dalam tulisan. Karena dalam tulisan kali ini kalian akan tahu begitu buruknya hidup ku dan kenapa aku memilih untuk terus bersembunyi.




Terlahir dalam keluarga sederhana atau bisa dibilang kurang beruntung, hal ini membuatku banyak memiliki impian dan ketakutan untuk menyakiti keluarga ku terlebih seorang ibu.


Setelah duduk di bangkung kelas tiga SMP, dirumah hanya ada aku, Raffa, mama dan ayah yang saling mengisi hari. Keluarga ini terlalu sederhana sehingga mama dan ayah harus bekerja keras agar dapat menyekolahkan aku dan Raffa setidaknya sampai tamat SMA. Tidak banyak permintaan kedua orang tua aku kepada anak-anaknya, mereka hanya mengingikan beberapa saja.



"Sebagian orang tua, mereka ingin dapat memastikan bahwa anak-anaknya bahagia dan memiliki pekerjaan. Lalu harapan berikutnya, mereka ingin agar mereka bisa menikahkan anak-anak mereka sebelum mereka meninggal. Harapan terakhir adalah dapat meninggalkan sesuatu untuk anak-anak mereka sebagai warisan."


Dari beberapa harapan kecil mereka itu, hanya pernikahanlah yang membuatku gila kapan dapat aku wujudkan. Hal ini sangat menyiksa ku terlebih ketika melihat wajah-wajah mereka semakin tua dan tubuh-tubuh itu semakin rapuh. Tapi masalah terus menghampiri keluarga ini, dikelas 2 SMP mama di tabrak motor yang sedang membawah sepeda saat akan pergi ke rumah majikannya. Maka terluka dan akhirnya mulai tidak dapat bekerja lagi sebagai pembantu rumah tangga dalam beberapa bulan. Setelah mulai membaik akhirnya ayah menyuruh mama mulai mencoba berjualan di pasar namun ternyata disana bukanlah rejeki keluarga kami. Setelah itu mama memutuskan mengambil cucian dari orang-orang terdekat rumah tapi sayangnya di sekitar rumah tidak banyak keluarga kaya yang mau menitipkan cuciannya dirumah.




Lalu masa terus berputar, ketika aku mulai masuk SMA dan mama mulai bisa memijat orang. Maka mama memutuskan menjadi tukang pijat, terkadang orang yang datang kerumah atau mama di panggil kerumah mereka.

Malah kami kira mulai berkurang pada keluarga ini, tapi saat aku duduk di bangku kelas 2 SMA dan Raffa sudah duduk di SMK ternyata dia  mulai berulah. Raffa memaksa keluarga untuk membelikannya motor, tapi perekonomian keluarga sangat tidak baik dan walaupun dia berteriak tetap tidak akan mendapatkannya. Belum mencapai setengah tahun sekolah Raffa membuat masalah dengan ngaibon dan sering bolos sekolah. Hingga akhirnya pihak sekolah mengeluarkan Raffa dari sekolah dan disinilah titik puncak Raffa menjadi sangat nakal. Orang tua ku sangat takut dengan masa depan Raffa sehingga memutuskan dia pindah ke SMA ku. Tapi Raffa tidak memiliki perubahan, dia makin membuat masalah dengan berkelahi dan kenakalan lainnya.


Hingga aku pindah sekolah ke kota dan lulus di Palembang, Raffa tetap semakin nakal dan membuat masalah. Hari itu adalah masalah terbesar dalam hidupnya, dia mencuri dan tertangkap lalu dimasukan kedalam penjara. Keluarga sangat bingung, Raffa yang sedang akan melaksanakan ujian akhir sekolah teracam tidak bisa ikut ujian. Namun kebaikan terus ada, dia tetap bisa ujia dan menyelesaikan sekolahnya walaupun harus ditahap selama 11 bulan. Saat itu aku telah menyelesaikan sekolah dan telah bekerja dalam sebuah instansi kesehatan sebagai cleaning servis.




Tapi masalah percintaan Raffa dengan pacaranya Amelia membuat ku dalam masalah.


Orang tua Amelia tidak terima jika anaknya dekat dan berhubungan dengan Raffa yang seorang pencuri dan pemabuk. Hari itu ibu Amelia menelpon mama untuk memperingatkan anaknya agar tidak mengirim pesan apapun pada anaknya untuk bertemu. Raffa sering di besuk oleh teman-temannya di penjara, dari teman-temannya itu dia meminta agar Amelia datang ke penjara. Sepertinya mama tidak terima dengan ucapan orang tua Amelia dan membuat orang tua Amelia semakin menambah-nambah masalah. Dia mengatakan kepada mama untuk menjaga saya, anak laki-laki mama yang satunya karena menurutnya saya menyukai pria.




Dari telpon orang tua Amelia lah yang membuat mama mencurigaiku sebagai Gay.


Pukul 22:00 aku pulang kerja malam itu, rumah yang sepi karena ayah sudah tidur membuat aku langsung ke kamar setelah membersihkan tubuh ku. Tanpa mengetuk pintu mama masuk dan duduk di samping kasur ku sambil membelakangi ku.

Lalu mama berkata, "Kal, kamu sudah tidur nak?"

Aku yang sempat kaget menjawab, "baru mau tidur ma, ada apa ma?"

"Kala, usia mu sudah cukup dewasa. pekerjaan mu juga sudah ada, lalu kapan kamu akan menikah?" pertanyaan ini sering mama tanya kepadaku. Malam itu aku pikir hal itu seperti biasanya,

lalu aku  menjawab seadanya. "Nantilah ma, kalau sudah jodoh pasti akan segera menikah. atau mungkin tidak ada wanita yang menyukai Kala mungkin ma. Ada apa sih ma, kok malam -malam seperti ini mama mempertanyakan hal itu?" aku mencoba tertawa.

Mama bertanya lagi dan yang kali ini membuat ku terdiam serta takut.  "Kala, coba kamu jawab dengan serius, apa benar kamu menyukai pria? mama harap itu tidak benar kala, hal itu sungguh tidak baik untuk dilakukan. hal itu akan merusak nama orangtua dan dirimu."


Pertanya mama malam itu benar-benar membuat aku kacau, namun adalah pikiran bahwa malam itu adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkannya. Tapi sebelum terucap, mama telah memberikan peringatan yang begitu besar pada ku.

"Cukup Raffa yang membuat keluarga merasa hancur dan malu, mama sangat berharap Kala bisa memberikan kebaikan pada keluarga." Wajah yang membelakangi ku itu hanya tertunduk dan terdengar sedakan-sedakan napas yang berarti wanita itu sedang menangis.


Dengan keadaan mama saat itu aku sangat takut untuk menggapai wanita tua itu, napas ku seakan berhenti karena cemas dan tubuhku begitu lemas karena takut. Aku mengeluarkan semua keberanian ku untuk bicara, karena aku berpikir mama sudah tahu bahwa aku gay dari prilaku ku atau seseorang tiba-tiba datang kerumah dan memberitahu mama. Namun sebelum aku bertanya dari mana mama tahu hal itu mama mengatakan bahwa itu dari orangtua Amelia.


Sambil menangis mama berbicara, "mama harap apa yang mama dengan dari orang tua pacaranya Raffa ini tidak benar."


Mendengar kalimat itu aku merasa senang dan memiliki keberanian kembali untuk dapat berbicara kepada mama.

Aku memberi tawa singkat, "ohhhh, mama kan tahu kalau orangtuanya tidak menyukai Raffa. Apa pun yang di ucapkan mereka seharusnya mama bisa dapat memilahnya agar tidak menambah beban pikiran mama."


Aku bangun dari baring ku, duduk disamping mama dan memintanya untuk berhenti menangis. Aku mengantarkannya kekamar karena aku pikir malam itu sudah terlalu larut baginya.


Aku meyakinkan kepadanya, "jika sudah ada jodohnya dan kata allah sudah saatnya aku menikah. Tanpa mama minta, aku pasti akan langsung menikah dan meminta mama membantu ku menyiapkan semuanya. Masih banyak hal yang harus aku siapkan dan pikirkan, jadi mama seharusnya lebih bisa tenang dari pada aku."


Setelah mengantar wanita tua itu ke kamarnya ternyata aku tidak bisa langsung tidur. Aku terus terpikir dengan ucapan mama dan saat itu hubungan ku bersama pria adalah bersama Akbar seorang pria yang taat agama. Setelah menyadari bahwa aku tidak bisa tidur, aku ke kamar mandi untuk mengambil wudhu lalu sholat malam. Dalam do'a yang panjang itu aku marah dengan keadaan ku yang terbentuk namun tidak dapat di lakukan. Jika boleh meminta, maka aku berpikir tidak mungkin aku ingin menyukai pria dan menjadi gila karena masalah ini. Aku mengeluh dalam malam itu, aku menangis dan berteriak sekuatnya dengan bantal yang aku tutupkan kewajah ku. Hingga aku lelah menangis aku tertidur diatas sajada ku sampai pagi.


Karena tidak memiliki cara lain untuk yakinkan mama ku bahwa aku akan baik-baik saja, maka aku menemui saudara perempuan ku yang perna dekat dengan Christina. Aku saat itu berpikir bahwa dengan menceritakan kejadian malam itu padanya, dia akan membantuku meyakinkan mama bahwa aku normal dan mengingatkan kembali hubungan ku bersama Christina. Ternyata hal itu benar terjadi, setelah hari itu mama tidak perna membahas apakah aku gay atau bukan. Walaupun di tahun-tahun belakangan ini saat kuliah mama kembali menanyakan pasangan yang akan di kenalkan padanya dan menjadi istriku.


Seperti itulah malam itu berlalu dengan sangat menyakitkan. Mengingat malam itu adalah sebuah cambukan tersendiri pada ku ketika memulai memikirkan untuk menjalani hubungan serius dan panjangan bersama pria. Tapi tetap saja ada begitu besar keinginan bahwa diri ini dapat bebas dari suatu beban yang disebut keluarga.


Tapi mengingat mama benar-benar adalah sesuatu hal yang mengerikan. Aku yang selalu berpikir bahwa tanpa wanita aku pasti tidak dapat hidup sampai saat ini dan berada di bumi ini. Aku merasa konyol dengan diriku karena tidak bisa menemukan diriku sendiri di dunia ini. Aku terus mencoba menghilangkan semua itu dari pikiran ku melalui kesibukan, namun seberapan sibuk nya aku tetap saja ada masa aku begitu benci untuk menjalani hidup ini sendiri.



Lalu apakah bisa aku melakukan pilihan tentang menikah dengan wanita atau pria?


Menikah dengan wanita adalah ketakutan ku terhadap kenyataan bahwa aku tidak memiliki ketertarikan dengan mereka. Hal itu pernah aku coba dengan Fitri ketika duduk di bangku SMA dan bersamanya membuat aku tahu bahwa ternyata aku tidak bisa.

Sedangkan menikah dengan Pria adalah ketakutan ku menyakiti wanita yang telah mengandungku dan memberikan kesempatan pada ku untuk hidup. Atau menyakiti seorang pria yang telah membagi kehidupannya kepada ku hingga aku dapat tumbuh sampai saaat ini.


Parasaan berbeda ini adalah kegilaan tersendiri. Banyak hal yang dapat terjadi bagi yang tidak mampu bertahan.


Mereka bisa bunuh diri, menjadi pekerja seks, atau gila dalam banyak arti.





Sampai jumpa dimana waktu akan memberitahuku kemana aku akan menyelesaikan waktu ku di dunia ini. Dan semua itu aku  pikir adalah jalan takdir dari tuhan ku terhadap apa yang sudah di tulisnya.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts