Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Alasan bersembunyi sejauh ini

                      Seorang Gay yang ku tahu memiliki hati yang terlalu perasa. Beberapa keadaan, seorang gay tidak mampu terbuka karena takut melukai banyak orang terutama keluarga. Walaupun aku menulis begitu kuatnya aku, baik itu secara jelas berupa fisik dengan berkelahi atau hal lainnya, ataupun mental saat melewati hidup sendiri di Jogja dalam tiga tahun belakangan ini.


Tapi aku tetaplah seorang Gay, aku sangat mudah menangis karena terharu. Aku mudah sekali kecewa saat di permainkan. Aku tidak bisa terus berpura-pura sangat manly dengan berprilaku dingin atau acuh. Dan aku mudah sekali jatuh cinta pada saat seseorang datang terutama yang sudah mengganggu pikiranku.

Entah apa yang tepat bagi posisi ku. Tapi pekara Bottom, tidak ada tawar menawar karena itu yang aku pegang sampai saat ini untuk tidak melakukannya. Entah karena rasa takutku atau aku masih berpikir telalu jauh tentang Agama, pemikiran ini sempat di kata seseorang yang aku beri nama AKBAR dalam blog ini.

"Pekara nafsu kita mungkin tidak dapat menahannya, tapi untuk berhubungan melalui anal adalah dosa yang dilarang. maka bertahanlah!" Akbar mengatakan itu padaku.


Apakah mungkin hal yang aku pikirkan seperti ini dapat berjalan dalam hidup ku. Tapi yang pasti, aku ingin sekali memiliki dan menikah dengan seorang PRIA, jika akhirnya aku bisa bebas dari rasa takutku akan penolakan yang terjadi pada keluarga, sosial apalagi Agama.


Hal seperti itulah yang aku rasakan, tapi tidak semua gay seperti apa yang aku gambarkan. Layaknya manusia, semua hanya tergantung pada proses dia belajar.




           Setiap kali ditempat yang baru atau keadaan yang baru, masalah percintaan ku dengan wanita akan sama seperti sebelumnya. Aku hanya berpikir mencari target, berusaha mendekatinya, mendapatkannya lalu mendapatkan pengakuan orang-orang bahwa aku pria. Dalam pikiran ku, seseorang dikatakan pria jika dia memiliki pasangan wanita yang orang lain tahu akan hubungan itu. Di Palembang pun hal itu berlaku, hanya saja setelah SMA sampai aku kuliah saat ini rasanya cukup sulit untuk memulainya kembali mencari seorang wanita untuk menjadi sebuah alasan  karena mungkin aku telah terlalu bebas dengan hubungan ku bersama pria. Mungkin ada beberapa wanita yang pada masa itu memiliki ketertarikan pada ku, namun aku merasa sudah cukup pengakuan sebagai pria dari keluarga ku.

Hingga pada waktu Raffa memiliki masalah dengan mantan nya Amelia, keluarga Amelia marah kepada Raffa karena mereka merasa dia merusak anak mereka dengan kelakukan Raffa terlalu Badung saat itu. Kebiasaan Raffa bertahun - tahun lalu belum berhenti, ketika aku sudah berkerja selama lebih satu tahun dan mama terus menanyakan kapan aku akan menikah sebuah masalah terdengar oleh mama. Keluarga Amelia karena merasa benci kepada Raffa membuat mereka membawah nama ku dalam sebuah perkara. Ibu Amelia menghubungi mama via telpon dan berkata agar Raffa menjauhi Amelia. Lalu dalam obrolan yang panjang itu, ibu Amelia mengatakan kepada mama agar menjaga anak laki-laki yang satunya karena dia suka dengan pria. Hal itu jelas tertuju kepada saya, saat saya pulang kerja hari itu pada jam 10 malam tiba-tiba mama masuk ke kamar saya.


Mama duduk di pinggir ranjangku, dia memulainya dengan bertanya, "Kala, usia mu sudah cukup dewasa. pekerjaan mu juga sudah ada, lalu kapan kamu akan menikah?" aku berpikir malam itu keadaan ini adalah sama seperti biasanya.

Aku hanya tertawa dan menanggapi pertanyaan mama itu dengan bercanda seperti biasanya karena aku tidak memiliki jawaban yang tepat untuk masalah itu. Pembicara malam itu jadi sangat memusingkan ku, ketika mama bertanya hal itu, "Kala, coba kamu jawab dengan serius, apa benar kamu menyukai pria? mama harap itu tidak benar kala, hal itu sungguh tidak baik untuk dilakukan. hal itu akan merusak nama orangtua dan dirimu." dengan posisi mama yang membelakangiku, aku hanya melihat wanita itu tertunduk lesu malam itu dan terdengar sedakan-sedakan napas seakan menangis.

Pada saat itu terlintas niat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada mama, karena aku berpikir bahwa waktu itulah kesempatan yang tepat untuk ku menjelaskannya. Namun sebelum aku menjawab mama telah memberikan penekanan, bahwa aku jangan sampai seperti itu, bahwa itu tidak baik bagiku dan keluarga ku, dia berkata cukup Raffa yang membuat keluarga merasa malu memiliki anak seperti dia. Aku Cuma bisa terdiam sejenak dan tangan ku sangat lemas saat itu karena takut untuk menggapai wajah sedih itu. Aku berusahaan mengerakan tangan dan tubuhku agar mama tidak merasa sendiri malam itu dalam kesedihannya. Tapi seberapa keras aku mencoba cukup sulit bagi ku menggerakan tubuh itu. Keadaan ku begitu hancur dan ingin menangis saat itu juga tapi aku takut mama menyadari ada hal yang berbeda padaku. Jantungku detak sangat kacau, sesak napasku sepertinya akan kambuh karena aku berpikir banyak, darimana mama mengetahui hal itu. Perlu keberanian cukup banyak untuk mencairkan suasana malam itu, lalu aku mencoba bertanya kembali kepada mama darimana dia berpikir hal seperti itu. Karena dalam pikiran ku jika itu datangnya dari pikiran mama, aku pasti beberapa tahun belakangan ini melakukan hal-hal yang membuat mama berpikir tentang hal itu.





INILAH ALASAN KU BERTAHAN SEBAGAI PRIA PADA UMUMNYA,



Akhirnya mama menceritakan tentang telpon dari ibunya Amelia, sedikit lega saat itu namun sangat kesal rasanya. Aku mencoba menenangkan mama, agar dia tidak berpikir terlalu jauh dengan perkataan itu dan aku bilang kepadanya semoga secepatnya aku mendapatkan jodoh agar mama bisa melihat aku menikah. Lalu aku berdiri mengantarkan mama ke kamarnya, karena saat itu ayah telah tidur lebih dulu dan malam pun sudah sangat larut.  Setelah mama ke kamar aku kembali ke kamar dan mengunci kamarku, aku tidak bisa tidur semalam itu karena terpikir akan ucapan mama.

Lalu aku ke kamar mandi dan mengambil wudhu lalu sholat tahajud malam itu, selesai sholat aku mengadu mengeluarkan semua keluh kesah ku pada Allah SWT atas masalah penyimpangan ku yang menyukai pria. Aku berteriak sambil menutupkan bantal ke muka ku dan menangis sebanyak yang aku bisa malam itu. Semua keluh ku aku keluarkan, semua air mata itu mungkin sudah jatuh sehingga yang terasa kepala ku sakit malam itu karena terlalu banyak menangis. Hingga akhirnya ketika bangun pagi aku sadar aku masih berada di atas sajadah ku dan tertidur disana semalaman. Lalu pagi harinya aku mencoba meminta bantuan saudara perempuan ku yang dahulu dekat dengan Cristina. Aku menceritakan kejadian malam itu saat mama ke kamar ku pada saudara perempuan ku itu. Setelah menceritakan hal itu padanya, prilaku mama kembali seperti biasa dan sampai saat ini setiap orang dalam keluarga ku tidak pernah mempertanyakan hal itu lagi padaku.


Pertama kalinya aku merasa hancur dalam hidupku saat mendengar mama mempertanyakan hal itu dengan rasa kecewa dan tangisan. Setiap kali aku merasa nyaman berada dengan seorang pria dan berpikir untuk menjadi pasangan selamanya lalu berniat memberi tahu keluarga tentang penyimpangan ini aku seakan-akan dihantarkan oleh masa pada kejadian malam itu. Rasa takut untuk mengecewakan, ketakutan untuk di singkirkan, tidak di akui, dan menjadi sebab masalah datang kepada mereka membuatku terus bersembunyi dalam jati diri laki-laki normal pada umumnya.

Kehidupan ini begitu unik tuhan ciptakan untuk ku, karena ketika aku berusaha sebaik mungkin untuk menutupinya dan menahannya tapi masa dengan cerobah menggoyangkannya hingga terkadang terasa napas ku berhenti sesaat. Orangtua selalu menjadi alasan bagiku untuk bersembunyi sebaik mungkin dalam jati diri seorang pria. Karena ke egoisan itu, terkadang aku menyakiti diriku atau bahkan beberapa wanita yang mungkin tidak memiliki salah dengan menjatuhkan rasanya kepada ku.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts