Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Aku Pria, begitulah yang mungkin ingin Akbar katakan

Dalam perjalanan ku bersama Akbar ini, aku seperti mengerti begitu keras tuntutan keluarga, Agama, Negara dan sosial kepada orang seperti kami.



Bersama Akbar, aku sempat berpikir untuk tidak memerlukan seorang pasangan gay. Aku hanya butuh seseorang agar dapat menyalurkan nafsuku dan orang itu haruslah bukan pria gay yang terbuka.

Hingga akhir hubungan ku dan Akbar atau mungkin aku tidak pernah berakhir dengan Akbar, aku menyadari apa yang ingin disampaikan dia padaku.


Mungkin Akbar ingin berkata, "Aku Gay, tapi aku pria, Aku islam dan salah satu tuntutan hidupku adalah memiliki anak. Siapa yang dapat memberikan aku itu? semua itu bisa di jawab oleh wanita."

Dan aku menyadari, kami adalah Aktor yang baik.




      Dua tahun berkerja di instansi itu, hubungan ku dengan Aditya juga tidak memiliki harapan apapun atau pun perkembangan yang baik. Lalu sore itu setelah akan pulang kerja, kepala divisiku memanggil aku ke mess-nya untuk membantu membersihkan kamarnya. Bagi kami seorang karyawan cleaning servis hal itu adalah wajar untuk dilakukan serta dimanfaatkan oleh atasan di luar jam kerja. Akbar nama kepala divisiku, dia saudara dari pemilik instansi tempat ku bekerja. Bagiku dan teman-teman untuk mencurigai Akbar memiliki kelainan mungkin sangat ada. Dia sangat ceroboh, karena beberapa waktu lalu saat kerja bakti Akbar sempat memegang bokong seorang pegawai pria yang seumuran dengan aku saat itu. Mungkin terkesan bercanda, tapi hal itu menurut beberapa orang terlalu sering dia lakukan. Terkadang Akbar memang menujukan prilaku kemayu, namun sebagian orang berpikir mungkin karena dia anak orang kaya dan mungkin anak manja.

Teguh adalah pemuda tampan, sebagai cleaning servis mungkin teguh tidaklah pantas dengan wajah itu. Ketika kami istirahat bersama di kantin kantor teguh sering menceritakan prilaku aneh Akbar kepadanya. Hal yang cukup sering Akbar lakukan adalah memanggil teguh keruang kantor nya untuk membantu merekap inventaris cleaning servis. Teguh menegaskan bahwa ada hal aneh pada Akbar, tapi semua orang mencoba mengingat tentang tidak membuat berita buruk.

Teguh berkata ketika kami asyik berkumpul saat jam istirahat, "kemarin pak Akbar memanggilku lagi ke kantor, aku kira akan melakukan apa ternyata dia menyuruhku untuk merekap barang-barang kita." 

Lalu seseorang menjawab, "syukur dong, mungkin nanti kami jadi asistennya. akan lebih baik bagi mu, bukannya Mira (perawat) menyukai mu. kamu jadi tidak akan malu bertemu keluargaanya kalau kerja dikantor." Teguh berpikir sesaat, "benar juga, tapi anehnya barang-barang itu baru minggu kemarin aku dan dia rekap. yang paling buat aku risih suaranya dan bercandanya itu sering memang tubuh ku." 

Semua orang tertawa dan seseorang mulai memperingakan Teguh untuk tidak bicara sembarangan. Selain Akbar adalah saudara pemilik instansi itu, budaya instansi itu juga sangat kental dengan kegiatan agama Islam. Akbar sangat rajin beribadah dan juga dia sangat dekat dengan beberapa ustad kolega dari saudaranya yang mengikuti jama'ah ustad-ustad itu.



Budaya agama Islam disana memang kuat, setiap pagi ketika apel pasti ada penceramah yang datang mengisi motivasi agama. Tapi sepertinya nafsu adalah sesuatu hal yang berbeda, keinginan Akbar untuk melakukan hubungan seks dengan pria mungkin tidak bisa dia tahan. Aku sangat meyakini Akbar sangat menjauhi sosial media untuk mencari pria gay lainnya. Saat itu aplikasi WeChat sudah keluar untuk menjadi sarana pencarian bagi orang terdekat disekitar kita. Selama saya menggunakan aplikasi itu, tidak ada aku menemukan Akbar dalam media itu. Walaupun akun ku sudah sangat jelas, photo pria telanjang dada dengan status profil mencari teman seks. Terkadang beberapa wanita menambahkan ku sebagai teman, agar terkesan normal sering aku merespon mereka namun sebatas teman chat saja.

Seperti itulah gambaran seorang Akbar, saat itu usianya sudah masuk 31 tahun dengan badan berisi serta jenggot panjang yang merupakan Sunnah bagi agama Islam. Saudara Akbar memiliki perawakan orang timur, namun berbeda dengan Akbar yang lebih terlihat seperti Cina dengan kulit putih dan mata sipitnya. Menurut ceritanya yang akan aku dengar sangat jauh nantinya, hal itu karena orang tua mereka merupakan pendatang cina dan India.


Kembali ke sore itu, dengan sangat takut karena isu yang menyebar tentang Akbar. Hal lain yang membuat ku cemas karena janji datang jam tiga namun aku baru selesai kerja jam empat. Ketakutan ku ternyata benar, ala-ala wanita yang sedang mengambek karena tidak tepat janji Akbar ternyata sudah mulai membereskan kamarnya sendiri. Perlahan aku masuk dan mulai membantunya, suasana hening lalu aku mencoba menjelaskan kepadanya.

Aku berkata padanya, "maaf pak, hari ini pekerjaan ku terlalu banyak di depan. Ada sekitar tiga pasien pulang bersamaan, shift sore hanya ada satu orang dan akan ada pasien lainnya yang akan masuk ke kamar itu."


Akbar yang merupakan kepala bagian jelas tahu jadwal kami dan bagaimana pekerjaan kami di depan. Suasana hati Akbar mulai berubah baik, dia berhenti dan mulai menyuruh-nyuruhku mengerjakan ini-itu dengan wajah kesalnya. Terkadang sesekali aku membuat candaan, sesuatu menempel di dinding kamar yang sepertinya aku kenal.  Ku jadikan bahan untuk membuat suasan menjadi lebih cair.

"itu apa pak? terompet dari daerah mana?" sambil menunjuk kearah Itu koteka yang menempel di dinding. Jelas Akbar tertawa mendengarnya, lalu berkata, "kamu mau mencobanya, suaranya cukup bagus." tawa Akbar semakin dalam.

Aku tahu benda itu, tapi aku mencoba dengan sangat baik hingga suasannya sudah menjadi sangat baik untuk kami bekerja dan mengobrol. Dengan melihat ekspresinya saat tertawa membuat aku semakin kuat berpikir kalau dia memiliki penyimpangan. Setelah semua hampir selesai dia meninggalkan ku dikamar dan mengambilkan ku minum dan beberapa Snack untuk kami makan. Kegiatan itu kami lakukan sampai Magrib pun telah lewat, lalu Akbar mandi dan kembali ke kamar untuk sholat. Saat itu aku akan izin pulang, tapi Akbar tidak mengizinkan ku karena menurutnya masih ada hal yang ingin dia minta bantuan pada ku. Selesai dia sholat kami lanjut merapikan lemarinya, Akbar yang seharusnya sudah memang mapan mungkin sudah pantas untuk menikah.

Lemarinya penuh dengan pakaian dan aksesoris mewah bagi kalangan mereka mungkin itu adalah hal biasa. Beberapa barang mulai dimasukkan kedalam kardus, ada baju, celana, ikat pinggang yang menurutnya sudah tidak dia gunakan. Semua itu akan dia sumbangan ke panti asuhan, lalu celana dalam, kaos kaki dan beberapa kaos dalam yang tidak dia gunakan masuk ke dalam kantong kresek untuk di buang. Saat itu aku sangat iseng, ada celana dalam dengan motif bunga lalu aku angkat dari laci itu.

Aku bilang padanya, "sepertinya ini masih bagus bolehkah ini untuk ku pak, seperti nya saudara ku akan senang jika aku beri ini untuknya."

Akbar tertawa jengkel dan mengambil celana itu dari ku sambil mengingatkan ku untuk tidak memegang barang dalamannya. Setelah selesai Merapikan lemari dia memisahkan beberapa kaos kaki dan celana dalam bermerek yang masih belum dipakainya kedalam kresek yang nantinya akan diberikannya pada ku karena telah membantunya. Kegiatan itu masih terus berlanjut sampai merapikan kaset CD bajakan yang sudah menumpuk beberapa rak di samping meja tv nya. Ada yang membuat aku tertarik saat itu, sepertinya judul film itu adalah Vampire diaries, aku melakukannya karena aku pikir itu sama dengan film yang lagi hits saat itu Twinlight. Tanpa dia suruh aku memutar film itu, pintu kamar sudah terkunci dan kami hanya tinggal merapikan beberpa hal itu.

Namun yang aneh adalah Akbar tersenyum, dia meminta ku untuk berhenti dan lanjut untuk nonton saja. Mungkin karena sudah malam Akbar mempercepat film itu sebelum masuk pada adegan pria vampir yang sedang melakukan seks dengan wanita vampir dan satu pria vampir. Pada awalnya biasa saja, namun Akbar semakin banyak bicara saat pria itu saling berhubungan seks. Akbar menjelaskan pada ku bahwa itu namanya threesome, dengan wajah bodoh aku pura-pura tidak paham akan hal itu.  Adegan pria menyodomi pria lain dimulai dan Akbar menambahkan penjelasannya kalau seperti itulah di luar negeri. Orang-orang melakukan seks bebas dan hal itu sangat biasa disana menurut Akbar. Dari situ aku berpikir ada hal yang ingin Akbar sampaikan, karena tidak ingin merusak suasana malam itu dengan mempertanyakan perkara agama terlebih aku juga takut melakukan penilaian terhadapnya, membuat aku hanya diam dan asyik menonton. Mungkin Akbar ingin sekali mengatakan pada ku ayo Making Love (ML), tapi Akbar sepertinya bukan orang yang bebas dan juga dia tahu aku cukup taat beragama seperti yang dia dapatkan dari kakak ipar ku yang juga satu tempat kerja.


Akbar menahan hal itu sepertinya, tiba-tiba tv mati dan dia berkata, "kamu tidak ingin pulang Kala? bukannya kau belum pulang dari tadi pagi. Aku juga sudah mau istirahat." Aku segera pamit dan Akbar memberikan beberapa barang yang di bungkus dalam kresek.

Di tempat kerja, saya tidak bisa bebas atau membuat masalah karena yang memasukkan saya kesana adalah kakak ipar saya. Satu kali saya melakukan hal yang mencurigakan, terlebih itu adalah kejanggalan atas penyimpangan maka akan berpengaruh pada dia. Kami pada di divisi yang sama dan bertahun-tahun dia mengajukan rekomendasi pemindahan divisi ke bagian penyegaran tidak mendapat respon kecuali nanti hal itu terjadi karena saya dekat dengan Akbar.

Setalah hari itu Akbar sepertinya memiliki banyak alasan untuk mengundang ku kamarnya walaupun terkadang aku sering mengajak teman-teman pria lain yang satu shift ikut dengan ku. Hal itu terkadang membuat marah dia dengan beberapa ungkapan yang kasar, seperti kenapa aku memutuskan sendiri, bertanya langsung apa alasan ku mengajak yang lain. Tapi hal itu tidak terjadi secara berlebihan, karena jelas Akbar harus menjaga nama baiknya dan begitupun aku. Terkadang untuk menghindari masalah, aku harus mengalah dengan diam dan meminta maaf padanya. Hingga malam itu pertama kali aku menyetubuhi dirinya, karena aku tidak bisa menahan diriku yang berada satu selimut dengannya. Kejadian hari itu hujan sangat deras, sampai jam kerja habis pun hujan tidak juga redah dan yang menambah parah Akbar mengirim pesan kepadaku agar aku ke kamarnya karena dia merasa sedang sakit. Sangat konyol, ketika kami berkerja di intansi rumah sakit tapi dia malah minta untuk di kerok dan dipijit.

Saat itu sempat terpikir untuk mengajak seseorang kesana agar aku bisa menghindari masalah, karena secara ragu aku masih berpikir bahwa Akbar bukan orang seperti saya. Tapi karena begitu takut mengambil resiko kalau sampai dia marah, aku pergi sendiri ke mess-nya. Dengan memakai baju kerja dan bau keringat yang jelas tercium olehnya membuat orang itu merasa sedikit angkuh.


Akbar menyuruh ku segera membersihkan diri di belakang, "mandi dulu sana Kal, bau mu tidak enak. kamu juga akan memegang badan ku." Lalu Akbar memberikan pakaiannya karena dia ingin meminta untuk memijit dan mengerokinya.

Tidak ada yang salah sampai saya balik ke kamar itu, di atas kasur aku melihat Akbar terguling dengan di tutupi selimut. Dia menyuruhku menutup pintu lalu menguncinya dan segera mengambil minyak dan mendekatinya. Aku yang saat itu merasa sangat bodoh adalah seorang bocah penurut yang membuat Akbar menyukai ku. Setelah di pinggir ranjang, Akbar membuka selimut sampai bagian bokongnya yang jelas itu memperlihatkan bahwa dia tidak memakai sehelai pakaian pun. Aku mulai mengerokinya dan menyelesaikan hal itu. Tapi Akbar menambahkan pekerjaan baru pada ku untuk memijitnya karena dia merasa sangat lelah. Aku menolak hal itu karena aku pikir aku harus pulang, Akbar marah padaku dan berkata kalau dia akan membayar ku. 

"aku menyuruhmu bukanlah hal yang gratis, jadi aku tidak perlu menolak" mungkin saat itu dia sudah marah. Karena tidak enak pada dia yang belakangan ini sangat baik pada ku akhirnya aku mengikuti keinginannya.

Dia berputar dan tengkurap, selimut di jatuhkannya kelantai dan aku di suruhnya memijat semua area di tubuhnya. Lalu malam itu terus berlanjut, tiba-tiba dia berputar dan meminta ku untuk memijat di bagian bawah sekitar buah zakarnya karena dia bilang disana terasa sakit.

Aku tertawa dan berkata, "sepertinya malam sudah larut dan hujan pun sudah redah pak. sebaiknya saya pulang karena aku tidak bilang akan menginap kepada orangtua ku."

Penolakan itu aku lakukan bukanlah karena aku tidak menyukai Akbar, lebih dari itu aku sangat takut ternyata aku salah dan membuat nama kakak ipar ku rusak sehingga mengganggu rekomendasi promosi yang sedang dia ajukan. Kesalahan Akbar adalah karena profil hidupnya terlalu bersih dengan taat beragama, mapan dan setiap kali bercerita dengan orang-orang ditempat kerja, dia mengatakan akan menikah dengan salah satu perawat disana.

Akbar mencoba menghentikan niat ku untuk pulang, Lalu dia berkata, "ini sudah sangat malam dan jalan sangat berbahaya bagiku. aku sudah SMS kakak ipar mu untuk bilang ke orangtua mu bahwa malam ini kamu menginap di tempat saya."


Setelah perdebatan itu Akbar berhenti menyuruhku untuk memijat dirinya karena aku memperlihatkan ketidak sukaan itu. Lalu dia menyuruh ku untuk mengambil kasur lipat di atas lemari dan dia menyerahkan remote tv karena dia akan tidur lebih dulu. Aku pun tidur di bawah hingga pukul dua malam aku terbangun karena merasa dingin, aku mencari remote AC yang saat itu berada di dekat Akbar. Semalam sepertinya Akbar tidak tidur, dia pura-pura terbangun dan melarang ku untuk mematikan AC itu.

"kenapa Kal? jangan di matikan! aku tidak bisa tidur kalau AC-nya mati." Akbar malah menyuruh ku untuk tidur di atas saja bersamanya dengan selimut yang sama dengan nya.

Karena ngantuk sudah cukup hilang setelah tertidur sesaat, berada di satu selimut dengan seorang pria telanjang di samping ku membuat aku berpikir kemana-mana hingga tidak bisa tidur. Satu jam berlalu sepertinya, lalu tiba-tiba tangan Akbar memegan kemaluan ku dan masuk kedalam celana ku yang terkesan seolah dia tidak sedang tidur. Akbar memainkan kemaluan ku dengan baik, karena tidak dapat menahan nafsu ku, aku membuka celana lalu berikutnya baju ku pun aku lepas. Akbar terus melakukan hal itu, nafsu semakin besar saat itu lalu dengan sembrono aku naik keatas tubuh Akbar dan mulai menggesek kemaluan ku pada paha hangat yang mulus itu. Akbar sangat sukses membuat aku gila, sperma ku tumpah di ranjang aku segera membersihkan kemaluan ku agar tidak membuat masalah. Dengan kejadian itu pun aku masih dalam ke raguan akan apa yang sebenarnya di inginkan oleh Akbar. Aku berpikir mungkinkah dia sama sepertiku atau malam itu Akbar memang sedang tidur dan bermimpi melakukan hal itu dengan wanita.


Pagi menyapa kami dan saat bangun Akbar bertanya pada ku darimana asal sperma itu. "tadi malam kamu mengetahui sesuatu Kal?" sambil menunjukan sperma yang berada di atas kasur.

Lalu aku membuat-buat cerita kalau malam tadi sepertinya dia bermimpim, aku tidak berani membangunkannya dan berkata bahwa itu berasal dari dirinya sendiri.  Aku yang setelah hubungan itu kembali memakai pakaian ku dan di celana ku tidak ada sedikitpun sisa sperma membuatku merasa Akbar akan berpacaya. Kami hanya tertawa dan aku mulai merasa nyaman dengan prilaku Akbar kepadaku.



Hubungan kami terus berlanjut seperti itu, Akbar selalu membuat alasan agar aku bisa menginap di kamarnya. Hal itu sepertinya menjadi kesenangan tersendiri bagiku, aku tidak perduli apakah dia benar-benar tidur atau pura-pura saat aku menidurinya. Hingga malam itu aku sangat tidak dapat mengontrol diri ku, setiap kali aku tidur di tempatnya pasti saya di suruh tidur diatas karena saya pasti kedinginan dan hal lain yang selalu sama dia tidur dengan tubuh terlanjang. Alasan Akbar karena itu sudah menjadi kebiasaannya dan di bawah selimut itu dia merasa hangat jadi walaupun memakai AC tetap perlu melepas pakaiannya. Aku sepertinya selalu menerima apapun alasan Akbar, yang di pikiran ku adalah apa peduliku.

Aku hanya harus berpikir aku bisa melampiaskan nafsuku tanpa harus mengambil resiko bermain dengan sosial media ku. Malam itu sebelumnya aku baru selesai dari warnet dan menonton film gay yang membuat nafsuku sepertinya meledak-ledak. Seperti biasa, tengah malam Akbar akan memulai lebih dulu hal itu dengan memainkan kemaluan ku. Aku terbawah suasana malam itu, karena begitu banyak imajinasi yang berada di kepala ku sehingga aku memberanikan diri untuk mengangkat kakinya. Belum ada reaksi penolakan saat itu dari Akbar, aku sudah sangat tidak terkontrol saat itu. Aku membasahi kemaluan ku dengan air ludah dan membasahi dubur Akbar dengan air ludah juga dan dia juga belum bereaksi apapun. Aku mulai memasukkan kemaluan ku ke dalam duburnya, mungkin hanya setengah dari kemaluanku berada di dalam, lalu Akbar seolah-olah terbangun dan menjauhkan dirinya dari ku. Dengan keadaan seperti itu aku sangat panik, aku merasa takut dengan segala resiko yang akan aku hadapi.



Akbar berkata padaku, "kamu sangat konyol Kal, kamu sepertinya sudah diriku gila sampai berani melakukan hal itu."

Saat itu rasanya aku ingin segera pulang namun Akbar menyuruh ku tidur saja dibawah hingga menunggu pagi. Setelah pagi kami tidak bicara, aku sangat malu dan menjadi salah tingkah dengan Akbar. Aku pamit lalu pulang, semenjak kejadian itu aku mulai menjauhkan diri dari Akbar dan berpikir akan resign. Berulang kali aku mengajukan surat resign tapi Akbar seperti tidak menanggapi hal itu. Dia membuat ku gila sehingga membuat ku berpikir untuk menjauhkan diri ku saja dan menghindar dari apa pun yang berhubungan dengan Akbar.

Karena perilaku ku seperti itu, Akbar selalu membuat masalah dengan ku setiap kali pekerjaan ku di anggapnya salah dan di depan pegawai lain aku selalu di buatnya jadi contoh buruk karena tidak mau belajar dan selalu menghindarinya. Selama proses aku menghindarinya ternyata Akbar terus mencoba mencari tahu dari kakak ipar ku tentang tingkah ku yang menjauhinya. Serta Akbar meminta bantuan kakak ipar ku untuk membuat aku berprilaku kepadanya seperti biasa dan kembali bekerja seperti biasa pula. Kakak ipar ku dan Akbar sangat dekat, bagi kakak ipar ku Akbar lah yang akan membantunya dapat masuk pada divisi penyegaran. Dia memerankan perannya dengan baik untuk menjadikan aku kembali berkomunikasi dengan Akbar. Kakak ipar ku sampai saat ini sepertinya tidak tahu apa yang terjadi dengan ku dan Akbar, dia berusaha keras menasehati ku dan memberi tahu bahwa Akbar adalah orang yang baik dan aku tidak boleh tidak sopan dengan menghindarinya atau pun mengacuhkannya.

Dia terus memohon bantuan pada ku, dia berpikir kalau Akbar akan mengangkat ku menjadi asistennya atau pada posisi yang lebih baik lagi dan itu akan membantu promosi jabatannya juga. Kakak ipar ku membuat hal ini menjadi lebih sulit saat itu, hingga kegiatan kerja bakti berikutnya berlangsung Akbar memulai lebih dulu mendekati dan mengajak ku bercanda. Karena ada kakak ipar ku di dekat kami aku menanggapi prilaku Akbar itu dengan baik. Setelah hari itu berangsur-angsur hubungan kami semakin dekat kembali, hingga alasan untuk bersih-bersih kamarnya dia lakukan kembali dan mengundang ku. Kali ini aku tidak sendiri, ada Agung bersama kami hari itu untuk membersihkan kamar Akbar. Namun entah bagaimana hal itu terjadi, tiba-tiba Agung di panggil Kapala ruangan untuk membersihkan kamar pasien yang sudah pulang lalu kami di tinggal berdua.



Hari itu Akbar bertanya langsung kepada ku kenapa menjauh, "sudah cukup lama kita tidak dekat seperti ini Kal? sebenarnya, kenapa kamu mulai menjauhi ku?"

Lalu aku jelaskan semuanya kepada Akbar. "Aku sangat malu malam itu, aku pikir bapak menyukai hubungan seks dengan ku. selama saya menginap di kamar bapak, saya selalu melakukan hubungan itu bersama bapak. tapi itu semua karena bapak yang lebih duluh melakukannya kepadaku." Akbar bertanya, "apa yang aku lakukan pada mu?" aku meneruskannya, "setiap kali saya tidur disini bapak pasti memegang kemaluan ku sambil mengocoknya. aku sebenarnya menyukai pria tapi aku juga takut. aku minta maaf pak."



Lalu Akbar meminta maaf karena hal itu. Dia memberi tahu aku dan berkata, "dari awal kita berhubungan saya tidak benar-benar tertidur. Aku merasa hal itu sangat aneh untuk membuat ku mengakui semua itu. Tapi saya tidak bisa mengungkiri kalau hal itu juga saya inginkan. Tapi malam dimana kamu memasukkan kemaluan mu ke dalam duburku membuat aku ragu sekaligus sakit. Kamu sepertinya tahu orang seperti apa aku, keluarga ku, nama baik kakak ku, atau apapun yang sudah aku capai tidak mungkin aku hancurkan. Aku juga berpikir bahwa kamu adalah laki-laki pada umumnya yang hanya tidak dapat menahan nafsu lalu meniduriku, Kala!" Akbar yang sambil menyusun pakaian dalam lemari terdengar begitu serius dengan ucapannya.

Malam itu dia hanya kaget, tapi karena ekspresi ku yang sudah tertunduk dan takut membuatnya hanya bisa meneruskan tidur tanpa berpikir bahwa aku akan menjauhinya. Namun setelah malam itu aku mulai menjauh dan Akbar merasa juga kehilangan. Dengan pengakuan Akbar itu aku menjadi sangat legah dan kami hanya bisa saling tersenyum sambil meneruskan pekerjaan itu.



Akbar bukanlah harapan untuk sebuah kisah cinta sepasang pria gay yang akan indah dengan memutuskan untuk memberontak pada aturan pemerintah, sosial terlebih agama. Tapi masa bersama Akbar setelah pengakuannya padaku adalah hal yang indah, aku bisa melepaskan kembali nafsuku tanpa kembali mencari di media sosial.


Dengan akbar aku mengetahui bahwa hubungan seksual tidak sebatas lubang dubur. Akbar selalu mengingatkan ku tentang dosa besar memasukan kemaluan kedalam dubur, baik itu pada pria atau pun wanita. Kegilaan ku tentang pria ketika bersama  Akbar cukup unik untuk aku ingat, dimana hal itu terasa sangat indah tapi tidak mungkin buat kami menjadi sepasang kekasih. Kami mungkin saat itu adalah orang yang masih berpikir akan membuat sebuah keluarga sesuai harapan orang tua. Baik aku atau pun Akbar sangat mengharapkan seorang anak dalam hidup kami dan yang terpenting adalah dari darah daging kami sendiri. Namun kebahagiaan yang sudah cukup sempurna itu aku tinggalkan ketika Aditya datang kembali dengan merespon postingan ku di FB.

Saat itu, target tiga tahun mengumpulkan uang untuk kuliah ku makin berkurang. Kebiasaan anak mudah yang galau namun sepertinya menguntungkan adalah mem-posting segala hal yang dia pikirkan. Aku menulis pada wall ku bahwa aku semakin cemas, apakah aku bisa jadi kuliah atau tidak. Di sana Aditya merespon, tapi karena kesibukan dan aku juga mulai jarang membuka FB membuat ku tidak tahu kalau dia merespon hal itu. Hingga malam hari telpon ku berbunyi, tertulis nama penipu dilayar hp ku yang aku sadari Aditya akan kembali.




Percakapan itu dimulai oleh Aditya yang membahas postingan itu, "Hallo Kal, Bagaimana kabar mu. tadi kemarin aku membaca status mu. Bagaimana dengan rencana kuliah mu?"

Lalu aku menjelaskan tentang keadaan buruk keuangan ku, saat itu tidak pernah memiliki niat bahwa berharap Aditya akan membantu ku. Selain pengalaman yang menyadarkan ku tentang keegoisannya  meninggalkan ku menurut ku itu adalah hal yang tidak mungkin aku harapkan. Uang ku hanya tersimpan lima juta lebih, aku yang pada awalnya bermimpi dapat lulus SBMPTN dengan beasiswa ditahun terakhir ijasa ku adalah sebuah kekonyolan. Sadar bahwa uang itu tidak akan cukup jika aku lanjut ke universitas swasta, aku berkata pada Aditya untuk membatalkan niat ku kuliah. Aku berpikir akan segera memenuhi permintaan orang tua ku untuk menikah saja, lalu dengan sedikit candaan aku berkata agar dia datang dengan kado terbesarnya.

Pembahasan itu menjadi cukup serius setelah aku bilang akan menikah, Aditya yang saat itu entah habis putus dengan seseorang mengajak ku untuk datang ke Jogja. Aku mencoba menjelaskan pada dia bahwa tanpa alasan yang tepat aku tidak mungkin meninggalkan orang tua ku. Selain alasannya karena penyakit asma ku, orang tua ku sangat tidak ingin pisah jauh dari ku setelah kepergian ku ke Palembang. Aditya mencoba mencari penyelesaiannya sendiri hingga dia memutuskan akan menguliahkan aku dan menghidupi ku di Jogja.  Butuh waktu lebih dari satu bulan bagi ku menjawab pertanyaan Aditya. Selain aku harus menyiapkan banyak alasan kepada orang tua ku agar yakin bahwa aku tidak akan apa-apa, pada masa itu juga keluarga ku sedang dalam kehancuran. Orang tua ku mutuskan untuk bercerai dengan permasalahan yang mereka miliki, adiku Raffa yang tetap membuat banyak masalah menjadikan aku ingin menyerah. Dengan semua kejadian itu semakin kuat alasan ku untuk pergi demi memperbaiki kehidupan baik itu untuk diriku sendiri ataupun keluarga.



Rencana yang cukup besar pun di buat, aku mengiyakan tawaran Aditya kepada ku untuk datang ke Jogja. Lalu untuk meyakinkan sahabat dekat ku Satria dan keluarga, aku harus terlihat bahwa ini adalah perjalanan yang sulit. Suatu hari aku menemukan seorang teman SMA yang cukup dekat dengan ku untuk menjadi alasan bagi Satria untuk percaya sekaligus dia akan meyakinkan orang tua ku bahwa disana aku akan baik-baik saja. Orang tua ku tidak tahu tentang uang tabungan ku berapa jumlahnya, aku hanya bilang ke mereka jika akan membantu, aku akan sangat senang dengan hal itu. Akhirnya orang tua ku memutuskan akan menjual rumah pertama kami dan akan memberi saya uang tambahan secepatnya dari hasil penjualan itu tapi mereka juga menegaskan bahwa hanya itu yang dapat mereka berikan. Aku mengiyakan hal itu, lalu pergi ke Jogja dengan di sambut Wahyu seorang teman SMA di Prabumulih.

Aku bilang kepada Aditya untuk memberikan aku waktu agar semua berjalan sesuai dengan yang aku harapkan. Aku yang dari dahulu sangat tidak ingin orang tahu tentang penyimpangan ku ini terus membuat drama seperti apa yang aku pikirkan. Tapi hal tidak terduga adalah Wahyu ternyata begitu baik, dia mencarikan ku kosan yang saat itu adalah cara agar aku lebih dekat dengan kampus. Wahyu saat itu sedang semester akhir, tugas kuliah dan kamar kos yang saat itu tidak ada yang kosong membuat dia prihatin pada ku. Karena tidak menyiapkan alasan untuk hal seperti itu, akhirnya aku mengikuti niat baik Wahyu dan membicarakannya pada Aditya. Dengan dewasa dan sabarnya Aditya mengiyakan hal itu walaupun kami sempat bertengkar, kosan yang harus dibayar tahunan itu mengambil keluar uang tambungan ku.


Perjalan terbaik sebuah kisah cinta ku dengan pria sempurna bernama Aditya akan aku ceritakan dilembar yang lainnya. Tapi yang jelas, kehidupan ku semua Aditya yang membiayai dari kuliah makan dan hal-hal gila bersamanya layaknya pasangan suami -istri. Namun cerita cinta sempurna itu tidak bertahan lama, kami hanya berjalan dua semester dalam masa percintaan itu. Sebelum akhirnya Aditya kecewa dan meninggalkan ku atas apa yang aku pilih. Dari rasa sakit pria ini lah hidupku seperti hancur atau akhirnya aku belajar untuk memutuskan untuk memulai hubungan serius bersama pria tanpa ragu. Tapi perjalanan itu akan panjang, sebelumnya aku akan menjadi money boy kembali dan terjebak dengan beberapa masalah percintaan yang aku kira aku akan siap menjalani semua itu.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts