Qola Ismail atau Kala Ismail : Aku menggunakan kata ini karena aku berpikir hidupku seperti seorang Nabi bernama Isnail,. Sebuah perjalanan hidup, dimana aku harus memilih kebebasan ku atau ikut dalam ketaatan ku bersama orang tua ku. Lalu ternyata aku adalah Ismail yang akan mengikuti harapan orang tua ku namun tetap berharap seperti masa dimana Ismail terus berharap saat itu ada keajaiban dari tuhan untuk membebaskan dia. Dan untuk ku adalah kebebasan dari PENYIMPANGAN ini.

Asmara ku bersama beberapa wanita

KINI KITA MENINGGAT ASMARA KU DENGAN BEBERAPA WANITA,


       Mengingat semua hal itu, aku sangat berterima kasih pada Rino dan teman-teman. Entah mereka dengan sengaja untuk membuat saya dalam masalah ataupun tidak. Tapi karena hal-hal yang terjadi pada masa itu aku tidak lagi menjadi anak yang terlalu lembut dan kemayu layaknya seperti wanita. Hingga pada masa SMP ku, aku mulai menjadi seseorang laki-laki yang utuh ketika seorang wanita menjadi pacar ku.

Dia adalah Inggrid wanita pertama yang menjadi pacar ku, dia seksi dengan badan bagusnya serta dada yang besar menjadikannya disukai setiap pria dikelas. Namun pada waktu itu aku sedang tidak berpikir untuk mendapatkan pengakuan seorang pria aku tidak perlu berpacaran. Kesukaan ku dalam puisi sering tanpa sengaja menjadikannya objek saat itu dan ternyata dia mengira aku menyukainya. Hingga saat teman-temannya bilang kepadaku kalau dia suka pada ku, terlintas dalam pikiran ku untuk memanfaatkan keadaan saat itu. Tidak berpikir terlalu lama aku langsung mengatakan suka pada Inggrid walaupun semua itu yang aku lakukan hanyalah agar kejantanan ku tidak dipertanyakan oleh teman-teman dikelas ku. Tapi pacaran dengan Inggrid hanya formalitas, aku tidak mengerti cara memperlakukannya.

Karena tidak memiliki perasaan lebih terhadapnya dan juga aku tidak perna memiliki pengalaman dalam berpacaran hubungan itu terlihat sangat biasa bagi ku. Kami hanya bertemu di sekolah saja, makan bersama di kantin dan mengerjakan tugas sekolah bersama kadang dikelas atau di taman sekolah. Hubungan itu tidak begitu spesial bagiku, aku hanya merasa seperti berteman pada umumnya. Namun hidup ku menjadi aman karena keberadaan Inggrid di samping ku sebagai pasangan, semua teman sekelas tahu tentang hubungan kami. Bahkan teman-teman Inggrid di kelas lainnya pun tahu akan hubungan kami.

Inilah awal mulanya aku mencoba mempertahankan pengakuan orang lain bahwa aku seorang pria. Namun hubungan ini tidak berjalan terlalu lama, karena tiga bulan kami bersama saat itu ada siswi baru  masuk menjadi bagian kelas kami. Dia bernama Cristina, waktu cantik dengan rambut panjang dan wajah blesteran itu mengacaukan hubungan ku dan Inggrid. Cristina siswi pindahan dari SMP negeri, dia pindah ke SMP kami karena membuat ulah dengan berkelahi di sekolah dan entah masalahnya apa. Rumor kepindahannya ke SMP kami begitu cepat menyebar, namun keberuntungan Cristina adalah di kelas ada seorang teman bernama Melisa yang dulu satu SD dengannya dan Melisa pun dekat dengan ku. Mungkin karena kepribadian ku yang masih lembut dan sopan, aku merasa prihatin dengan Cristina saat itu dan mulai sangat dekat dengannya di bantu oleh Melisa.

Melisa sering menyuruh ku untuk mengajarkan Cristina beberapa mata pelajaran yang dia belum mengerti. Aku merasa sangat cepat akrab dengan dia karena pada dasarnya Cristina siswi yang pintar walaupun memang kasar. Tapi hal itu menjadi buruk, karena Ingrid cemburu dan berpikir aku menyukai Cristina. Ingrid merasa aku tidak terlalu memperhatikan dia lagi dan hubungan kami jadi sangat biasa. Padahal, aku berpikir yang kulakukan dari kami bersama sampai hari itu adalah hal yang biasa saja dan tidak ada yang berubah. Percintaan SMP ku begitu lucu, dengan sedikit kalimat dan tendangan Ingrid kearah kemaluan ku hubungan kami berakhir hari itu.

"Apa yang kamu lakukan dengan dia? Nisa bilang kamu sudah pacaran dengan Cristina." Nada Inggrid jelas sangat marah pada ku,

Lalu aku keluar dari meja ku dan mencoba menjelaskannya tentang niat baik ku pada Cristina. Tapi hari itu wanita itu terlalu mengerikan, mungkin hari itu dia sedang PMS atau semacamnya. Karena tiba-tiba dia menendang kemaluan ku, dan seketika aku merasa kesakitan dan terjongko di samping meja. Karena kejadian itu aku tidak pedulih lagi dengan Inggrid, terlebih pada dasarnya aku juga tidak memiliki keinginan apapun bersama dengannya. Aku berusaha bangun dan kembali ke kursi ku dan Inggrid pergi meninggalkan mejaku. Melihat hal itu Melisa menjadi merasa bersalah pada ku, beberapa kesempatan kami mengobrol aku coba yakinkan Melisa bahwa aku baik-baik saja dan tidak ada masalah sedikit pun. Selama hubungan kami berakhir aku belum menjalani hubungan dengan Cristina, kami melakukan hal-hal seperti biasanya saja. Tapi Ingrid selalu membuat masalah dikelas, dia menjadi sangat senonok dengan dekat bersama pria-pria dikelas. Mungkin dia berpikir dapat membuatku kesal dan cemburu, beberapa pria terkadang memanfaatkan hal itu dengan memegang tubuhnya tanpa Inggrid marah sedikitpun. Selama itu kami tidak saling menegur mungkin setelah hubungan ku yang tiga nanti bersama Wahyuni yang akan aku ceritakan baru sempat saling menyapa kembali dengan Inggrid.



       Mungkin kalian bertanya siapa Melisa,

Dia teman wanita sekelas ku yang memiliki gambaran tubuh gemuk namun aktif dan baik. Memang  mungkin seringnya Melisa mendekati ku karena tugas-tugas sekolah. Karena dari SD sampai SMA nanti dan bahkan kuliah aku adalah anak yang cukup pandai dalam pelajaran. Tapi apapun itu, bagiku selama teman-teman ku tidak membuat saya down secara mental saya masih siap menjadi bagian dari lingkungan sosial yang sudah terbentuk jauh sebelum aku lahir. Setelah aku putus dengan Ingrid, Melisa terus merasa bersalah dengan kejadian itu dan berulang kali bertanya padaku apa aku baik baik saja. Lalu berulang kali juga aku jelaskan bahwa aku tidak memiliki masalah akan hal itu, tapi Melisa merasa sangat terganggu atas perbuatan Ingrid yang sering mengejek ku dengan berkata bahwa aku bukan laki-laki. Bahasa lainnya mungkin adalah teriakan Inggrid sesekali mengejek ku di kelas dengan kata banci. Yeah, Inggrid sering duduk bersama pria-pria dikelas dan menyebarkan rumor aku banci karena tidak memperlakukannya dengan baik. Kadang bukan rumor, Ingrid beberapa kali berteriak pada ku dengan kata banci dan ketika aku menghampirinya dan mempertanyakan maunya apa, aku harus siap dengan kemaluan ku ditendang olehnya ataupun pipi ku di tamparnya. 

         Cukup aneh wanita itu, dan mungkin karena itulah Melisa merasa bersalah lalu menjodohkan ku dengan Cristina. Waw, kamu bayangkan lah, wanita cantik dengan rambut panjang dan wajah blesteran itu menjadi incaran semua pria di seluruh SMP dan kini akan menjadi pacar ku. Tapi sayangnya Cristina memang tempramen, isu tentang dia berkelahi dengan teman prianya sewaktu SMP yang dulu adalah trending topic bagi kaum pria. Setalah cukup lama saya putus dengan Inggrid, akhirnya usaha Melisa mendekatkan saya dengan Cristina berhasil. Kami akhirnya memutuskan pacaran saat itu, dia wanita yang memang pintar dan sama dengan sebelumnya aku merasa kami hanya menjadi teman belajar yang sangat aktif serta menyenangkan. Dari sekian banyak wanita yang aku pacari selama hidupku, hanya Cristina yang setidaknya dikenal dan diketahui oleh keluarga ku. 

Saat itu pada pernikahan saudara perempuan ku yang ke empat, Cristina dan Melisa datang kerumah hal itu tentu karena ulah Melisa. Tapi yang aku tidak tahu ternyata, saudara perempuan ku yang ketiga cukup kenal dengan Cristina. Hal itu terjadi karena rumah saudara perempuan ku yang ketiga berdekatan dengan rumah Cristina di pasar. Say hello terjadi disana, Cristina menjadi wanita pertama dan terakhir yang keluarga ku tahu bahwa aku memiliki pacar seorang wanita. Cristina menjadi penolong dan sekaligus rasa sesal ku dalam hidup ini karena puluhan masalah yang aku hadapi setelah itu. Mengetahui aku berpacaran dengan Cristina, saudara perempuan ku sangat antusias menceritakan hal itu di dalam keluarga ku. Tamu-tamu dalam acara itu dan orang tua ku melihat kearah Cristina.

Lalu ketika mereka berada di depan rumah, mama mempersilahkan Cristina dan Melisa masuk ke rumah karena saat acara itu aku sedang menjaga keponakan ku di kamar. Semua orang berbisik, orang tua ku sangat senang saat itu melihat kejadian itu. Walaupun kenyataannya, Melisa datang untuk memberikan tugas sekolah kepada ku dan sekaligus meminjamkan buku kepada ku. Aku merasa hidupku sudah beruntung saat itu, dimana aku telah diselamatkan oleh segala macam persepsi yang timbul saat Cristina dan Melisa datang kerumah. Namun setelah Cristina, tidak ada satupun wanita yang datang sendiri kerumah atau pun aku bahwa untuk dikenalkan kepada orang tuaku sampai saat ini.

Mari kita ingat kembali mengapa Cristina menjadi keberuntungan sekaligus masalah bagiku. Yeah, Cristina memang keberuntungan bagiku karena dengan kedatangannya sebagai pasangan ku, dia membantu mempertegas persepsi orangtuaku dan tetangga bahkan semua orang secara luas  bahwa aku laki-laki sejati. Dia membantu ku untuk setidaknya tidak perlu membuat omongan-omongan bahwa aku laki-laki dan aku menyukai wanita. Terlebih setelah kejadian hari itu, saudara perempuan ku semakin dekat dengan Cristina dan entah apa yang mereka lakukan jauh dari sepengetahuan ku. Namun dari sedikit keberuntungan itu, beberapa masalah muncul karena kedatangan Cristina kepada ku.

Suatu hari sikap Cristina berubah pada ku, kami mulai saling tidak tegur sapa dan terkadang Cristina menjauhi ku. Lalu aku mencari tahu pada Melisa, tapi tidak ada yang aku dapatkan dari dia. Melisa hanya menyuruh ikuti saja, diam dan jangan mengganggunya karena itu lebih baik bagiku. Kejadian itu ternyata mungkin setelah dua bulan kedatangannya kerumah saat itu.  Tapi sampai saat ini aku tidak pernah mendapatkan jawaban atas apa yang terjadi saat itu tentang ku dan Cristina. Hingga suatu hari, saat kami sedang berada di mata pelajaran matematika dengan guru killer yang siap memukul kami memakai mistar kayu atau dengan tulang-tulang dari jari tangannya yang begitu keras ke kepala kami.

Hari itu Cristina maju kedepan kelas, beberapa menit Cristina berdiri disana dan menunjukan ekspresi kebingungan. Dengan lugunya aku mencoba membantu, tapi dia tidak menghiraukannya dan malah menoleh kearah lain. Tiba-tiba guru ku memanggil saya kedepan untuk mengerjakan soal tersebut. Cristina di suruh duduk dengan sebelumnya kepala Cristina dipukul menggunakan jari-jari yang keras itu. Begitulah moment terburuk yang akan ku lalui cukup lama bersama Cristina di masa SMP. Karena kejadian itu, Cristina sangat kesal dengan ku, ternyata setelah kejadian pagi itu di gang yang bisa aku lalui saat pulang sekolah menuju rumah Cristina menunggu ku. Saat itu aku tidak berpikir buruk apapun, aku maju dan mencoba melewatinya yang menungguku dihadapanku. Lalu tanpa sapaan, Cristina menerjang perutku hingga aku tersungkur di tanah dan merasa kesakitan. Dia mengocehkan banyak hal,



Dia berteriak pada ku, "jangan sok pintarlah, kamu kira dikelas itu hanya kamu yang pintar. Dan jangan berpikir macam-macam, aku berpacaran dengan kamu itu hanyalah karena taruhan dengan Melisa dan teman-teman. Laki-laki pas-pasan seperti kamu itu hanya memiliki kelebihan otak saja, kala." begitulah lirik lagu indah dari wanita tercantik di  masa itu yang sampai saat ini masih aku hafal dan menjadi kenangan memalukan milik ku.

Karena diriku mencoba membantunya, menurutnya hal itulah membuat dia di pukul oleh guru kami dan dia merasa malu pagi itu. Lalu dia menarik ku kembali, memukul lagi dan aku mencoba menahan tangannya agar tidak menyakiti ku. Pada jeda waktu yang sedikit itu aku melihat orang-orang melihat kami tanpa memisahkan kami berdua. Perasaan malu karena berkelahi dengan wanita membuatku takut orang akan berpikir aneh kembali kepadaku. Dalam lamunan itu Cristina mencoba melepaskan dirinya dan kembali memukul ku. Konyolnya, karena aku takut menyakiti dirinya saat itu tanpa sengaja aku memegang rambutnya. Lalu aku berpikir dan berharap dia akan merasa sakit lalu berhenti bergerak sehingga kami bisa bicara. Tapi hal itu tidak menolong ku, untung saja ada kakak kelas SMA yang satu kompleks dengan SMP  memisahkan kami saat itu. Semenjak kejadian itu, keesokan harinya Cristina memotong rambutnya menjadi pendek dan mulai berteman dekat dengan Inggrid. Aku menjadi siswa pintar namun juga siswa yang sangat takut dikelas dengan dua orang wanita yang membenci ku. Aku mencoba bicara dengan Melisa, dari dia aku mendapatkan jaawaban berbeda.

Aku mendekati melihat di kanti hari itu dan bertanya,"Mel, kemarin aku berkelahi dengan Cristina. Mungkin karena itu hari ini dia tidak masuk kelas. tapi ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada kamu."

Hari itu sepertinya Melisa belum tahu masalah perkelahian ku dengan Crirstina, "Apa Kal, kenapa bisa kalian berkelahi?"

aku mencoba menjelaskan masalahnya dan langsung bertanya pada intinya,"saat perkelahian itu dia sempat bilang padaku kalau kami pacaran itu karena kalian sedang taruhan. Dan rasanya aku meyakini apa yang dia katakan, mana mungkin orang seperti dia dapat menyukai diriku."

Melisa mencoba menenangkan ku, dan mengajakan sarapan saat itu sambil bicara. "tidak Kal, aku berani bersumpah kalau dia memang menyukai kamu. hari dimana dia aku menyuruhmu mengatakan suka padanya adalah hari dimana dia bertanya apakah kamu juga menyukai dirinya." Lalu aku bertanya kenapa dia tiba-tiba menjauh, dan Melisa menjelaskan kepada ku, "mantanya kembali padanya dan Cristina sedang bingung saat itu. Tapi kamu membuat masalah dengannya, padahal kamu tahu kalau dia adalah wanita yang pemarah dan arogan. Dan sepertinya dia akan memilih kembali kepada mantannya."

Entah apa yang terjadi, Melisa dan Cristina mulai memiliki jarak antara pertemanan mereka. Kelas satu SMP ku menjadi sangat panjang aku lalui, Cristina terus berulah dengan ku dan pernah suatu hari aku menangis karena dia. Hal itu terjadi karena dia menarik tas ku diatasi meja dan melemparkannya kedepan kelas, aku hanya terdiam lalu dia mengoceh dan berkata kalau kami pacaran hanyalah karena dia taruhan dan semua orang memperhatikan kami. Tapi kalian jangan berpikir aku menangis karena mendengar hal itu, aku menangis karena setelah dia mengoceh dia memukul wajah ku namun aku tidak dapat membalasnya.

Aku melampiaskan kekesalan ku dengan menangis, hari itu aku nmenghancurkan usahaku yang selama ini ku bangun agar terlihat laki-laki menjadi tidak berarti lagi oleh Cristina. Namun untungnya Melisa selalu ada untuk meredam masalah itu, sehingga terkadang dia menjauh dan memilih diam saat itu. Melisa menjauhkan Cristina dariku dan mencoba melindungi aku, namun dengan kejadian itu teman-teman dikelas mulai memandang aneh dengan ku. Aku mulai cemas, aku berpikir orang-orang akan mulai berpikir bahwa aku memiliki keanehan. Cukup lama perjuangan ku di kelas melewati masalah ku dengan Cristina agar terus dapat bertahan sebagai pria. Teman Pria dikelas ku terkadang sering mengusulkan hal-hal cabul pada ku untuk membalas dia, tapi usulan itu selalu aku tertawakan dan menganggapnya angi lalu. Walaupun ulah Cristina yang membuatku menangis dikelas hari itu, tapi aku tetap mampu untuk terus mencoba berteman dan meyakinkan laki-laki dikelasku bahwa kau masih pria.

           Lalu hari itu tiba-tiba datang siswa baru lagi, namanya Wahyuni dia cantik dengan rambut panjang menghiasi dirinya. Wahyuni ternyata juga memiliki beberapa teman dikelas itu yang berada dekat dengan tempat tinggalnya. Rosi dan Yuni nama teman sekelas dan sekaligus tetangga didekat rumahnya saat ini. Kedatangan Wahyuni menjadi harapan bagiku, aku berpikir dapat mendekatinya dan membuat diriku tidak di pandang aneh lagi oleh teman-teman dikelas dan juga Inggrid atau pun Cristina. Aku mencoba mendekati Wahyuni dengan membantunya beradaptasi atas pelajaran di kelas. Wahyuni dan rosi duduk di depan bangku ku, hal ini membuat kami lebih sering menyapa dan terkadang Wahyuni yang lebih dulu mendekati ku untuk belajar bersama.

Hingga hari dimana Rosi memberikan surat kepadaku yang ternyata itu dari Wahyuni, dalam surat itu dia mengajak ku untuk berpacaran dan tanpa ragu esok harinya aku menunggunya di kelas dan bilang aku menyukainya. Begitulah cerita cinta ku dengan wanita di masa kelas satu SMP yang begitu rumit dan unik. Tapi perjalanan cinta ku dan Wahyuni hanya sebentar, setelah kami naik ke kelas dua aku dan ketiga wanita itu tidak satupun duduk dikelas yang sama. Karena tidak memiliki perasaan lebih dengan Wahyuni, setelah kami berbeda kelas aku tidak terlalu aktif mendekatinya. Bahkan jam istirahat pun aku terkadang sibuk bermain bersama teman-teman pria ku di kantin dan lapangan sekolah. Hingga akhirnya tanpa kata putus atau pun tidak, kami sudah saling menjauh dan aku mendengar kabar kalau dia sudah punya pacar baru. Kali itu aku merasa lega, karena dari wanita-wanita yang menjalani hubungan dengan ku. Hanya dengan Wahyuni aku bisa berpisah tanpa masalah dan dia membantu lepas dari pikiran orang kalau aku aneh.

Di kelas dua ternyata aku tidak lepas dari masalah. Karena aku berasal dari keluarga yang sederhana dan uang jajan ku sedikit, terkadang aku membantu teman-teman mengerjakan PR dengan biaya sarapan gratis di kantin. Pada hari itu Lala teman wanita sekelas ku mungkin merasa iseng atau jengkel dengan ku. Dia mengajakku taruhan untuk mampu mengajak pacaran Elisa yang saat itu adalah peringkat satu di kelas kami. Elisa adalah wanita yang cukup angkuh, dia pintar namun tidak terlalu cantik dan beberapa orang mungkin merasa jengkel dengannya karena susah diajak kerjasama dalam tugas sekolah. Dia juga sering melaporkan beberapa orang ke wali kelas jika ada masalah yang mungkin dia sendiri tidak dirugikan oleh hal itu.

Akhirnya aku meng-iyakan ajakan taruhan dengan Lala. Hanya dalam dua bulan aku harus dapat berpacaran dengan Elisa. Jika menang, aku akan mendapatkan Rp. 100.000 dari Lala sebagai hadiah. Namun jika kalah, aku harus  membantu mengerjakan semua tugas Lala sampai kenaikan kelas secara gratis. Masalah baru pun aku mulai, aku berusaha keras mendekati Elisa dengan alasan belajar bareng sampai terkadang mengikutinya ke kantin sekolah. Prilakunya memang sangat menyebalkan dan Sombong, dia peringkat satu dikelas sedangkan aku peringatkan dua saat itu. Berulang kali aku mencoba mendekatinya dengan alasan agar bisa pintar sepertinya tapi Elisa memang wanita yang sulit untuk didekati. Hingga hanya dua orang teman saja yang dia miliki dikelas yang dekat dengannya, mereka pun adalah teman satu SD-nya dulu.

Waktu ku hampir habis saat itu, hingga guru seni kami memberikan tugas kelompok yang isinya hanya dua orang. Hari itu keberuntungan ku, karena aku satu kelompok dengan Elisa, tugas nya membuat patung dari sabun dan di ukir sebaik mungkin. Sebagai wanita yang tegas, Elisa sangat proporsional dengan perintah guru itu. Kami mulai dekat, membahas tentang patung yang akan di buat dan alat yang akan kami gunakan. Satu Minggu kedekatan kami mulai terjalin, namun setelah tugas itu selesai dikerjakan pun Elisa belum memberikan perhatiannya kepada ku. Hingga aku mendekati temannya Uci, menjelaskan bahwa niat ku baik pada Elisa dan aku ingin menjadi kekasihnya. Tapi tidak gampang saat itu mendapatkan kepercayaan Uci, berulang kali dia mencari tahu tentang aku dengan teman semasa kelas satu ku. Lalu terkadang Uci langsung menanyakan kepada ku tentang mantan-mantan ku dan bagaimana hubungan ku sampai saat itu.

Untuk mendapatkan dukungan Uci, aku menjelaskan dengan jujur apa pun yang ditanyakan dia kepada ku. Hal itu pun aku lakukan agar tidak mendapatkan masalah jika dia kembali bertanya dengan teman-teman lama ku dikelas satu. Dua bulan hampir berakhir, hingga akhirnya aku mendapatkan surat dari Uci yang di tulis oleh Elisa. Akhirnya aku mendapatkan jawaban iya dari Elisa, kami pun mulai pacaran dan aku mendapatkan hadiah ku dari Lala. Tapi konyolnya, ada seorang yang memberi tahu Elisa bahwa dia dijadikan taruhan oleh ku dan Lala. Elisa menemui Lala dan mencari tahu kebenarannya tanpa sepengetahuan ku. Dari Lala, dia mendapatkan jawaban iya bahwa dia menjadi taruhan kami.

Dan akhirnya, tangan Elisa mendarat di pipi ku hari itu setelah istirahat selesai dan aku akan masuk kelas ternyata dia telah menunggu di depan kelas. Spontan semua orang dari dua kelas yang berdekatan melihat kearah ku, di sana juga ada Wahyuni yang melihat kejadian itu. Aku merasa malu hari itu dan membentak Elisa, "apa masalah mu? sakit tahu." sambil memegang tangan itu.

Lalu Elisa menjawab, "kamu yang kenapa, Lala sudah bilang kalau kita pacaran hanyalah karena taruhan mu dengan nya." Hari itu mungkin aku sedang lelah karena bermain, atau memang karena tidak adanya rasa suka ku pada wanita terutama Elisa hingga dengan muda aku menjawab dan menyakiti wanita itu. "Lalu kenapa jika? wanita angkuh dan sombong seperti mu tidak berhak menampar aku. kamu kira kamu yang rugi kita berpacaran, tidak! aku yang rugi karena orang-orang jadi tahu dan wanita lain mungkin tidak mau mendekati ku karena kamu."

Aku marah kepadanya dan karena kesalahannya itu, saat kami aduh mulut aku mengeluarkan banyak kalimat yang menyakiti wanita itu. Memang berbeda kali ini, aku telah terlalu banyak belajar dari kesalahan dimana aku terlalu ragu menyakiti wanita dan akhirnya aku melampiaskan nya pada dia kali itu. Elisa malu, aku terdiam masuk kelas karena guru-guru mulai datang memasuki setiap kelas. Aku tidak menghiraukan Lala saat dia memanggil ku karena begitu marahnya aku akibat masalah itu. Kemarahan ku mungkin bukan karena aku takut kehilangan Elisa, tapi karena Lala tidak mencoab menutupinya hingga membuat aku harus menyakiti seseorang dengan ucapan ku. Kejadian dengan Elisa pun adalah sebagian bayangan yang cukup sulit aku lupakan dalam hidupku. Karena memang pada dasarnya aku tidak memiliki ketertarikan apapun pada dia dan wanita pada umumnya. Mungkin penyesalan ku adalah karena ke egoisan ku aku telah membuat seseorang menangis dan kecewa karena ulah ku. Aku hanya merasa malu hari itu, dan juga merasa bersalah kembali karena dengan membuat Elisa menangis aku telah melakukan kesalahan yang cukup banyak hanya untuk sebuah pengakuan sebagai pria.

         Perjalan cinta ku dengan wanita saat SMP aku kira akan berakhir setelah dari Elisa. Aku berpikir aku telah mendapatkan cukup banyak pengakuan dari orang-orang terdekat ku dan juga siswa di SMP bahwa aku laki-laki. Hal seperti ini sering aku lakukan dalam kehidupan ku, hanya untuk mendapatkan pengakuan seorang pria aku akan mencoba mencari wanita yang akan ku jadikan pacar. Hal itu berlaku juga pada masa SMA, mungkin karena jarak setelah aku dan Elisa tidak saling pacaran aku mulai lepas kendali. Suara cempreng ku terkadang memang terdengar seperti wanita jika di perhatikan cukup lama. Hingga saat SMA aku mengikuti kegiatan organisasi Pramuka agar mendapatkan pengakuan sebagai pria.

Beberapa bulan mengikuti kegiatan itu aku merasa telah melakukan kesalahan. Kakak tingkat dalam keanggotaan mulai menjadikan ku bahwa olokan dan terkadang mereka memberikan hukuman yang cukup menyusahkan ku. Kedekatanku dengan beberapa wanita satu kelas yang juga ikut dalam organisasi itu menambah masalah bagi mereka. Aku di suruh memimpin barisan dan upacara karena bagi mereka suara ku itu lucu untuk ditertawakan. Lalu aku berpikir ulang untuk keluar dari organisasi itu, karena jika aku keluar mungkin akan lebih jelas orang-orang meragukan ku. Dan akan menjadi masalah cukup panjang dalam kegiatan ku sehari -hari disekolah karena aku masih akan terus bertemu dengan senior-senior ku itu. Terkadang mungkin hanya pikiran ku saja, ketika orang-orang memandang ke arah ku dan mulai berprilaku seakan mengejek aku jadi salah tingkah. Tapi untuk memastikan hal itu tidak terjadi lagi aku berusaha untuk melakukan apapun agar aku tidak di bilang banci sehingga tidak akan membuat keluarga ku malu akan hal itu.

Perjalan ku di Pramuka cukup banyak memberikan latihan pisik pada ku yang membuat tubuhku mulai berantakan layaknya seorang pria. Namun untuk hal itu pula, pendidikan ku harus aku korbankan walaupun tidak jatuh terlalu jauh. Bertahan lebih dari satu tahun dalam kegiatan itu, akhirnya angkatan baru pun masuk dan aku memiliki kesempatan mencari wanita yang akan ku dekati. Aku tidak dapat mendekati wanita di organisasi itu pada angkatan ku karena hampir semuanya adalah teman sekelas ku. Karena kesan pertama yang buruk saat masuk ke Pramuka dimana aku di suruh kedepan latah dan berteriak aneh itu membuat ku tidak memiliki keberanian mendekati mereka. Hingga angkatan baru masuk, akhirnya aku baru bisa percaya diri mendekati salah satu wanita itu.



Dia bernama Fitri, mendengar pendapat teman-teman bahwa Fitri tidaklah seperti penampilannya aku merasa tertarik saat itu untuk mencoba. Fitri dari luar sangat lembut, mata sipit dengan rambut panjang dan kulit putih layaknya China sering dipanggil Cece oleh teman seangkatannya. Tapi ternyata Fitri pernah pacaran sebelumnya dengan kakak pembina dalam organisasi ku dan menurut teman-teman, Fitri sudah pernah di pegang kemaluannya dan dadanya oleh dia. Hal itu menambah rasa penasaran ini, selain untuk mendapatkan pengakuan orang lain bahwa aku laki-laki, mendekati Fitri akan menjadi ajang uji coba ku pada nafsu ku kepada seorang wanita. Cukup lama mendekatinya, dibantu dengan teman-teman satu angkatan ku untuk mendekatkan ku kepadanya hingga malam pelantikan anggota baru Fitri akhirnya menerima ku menjadi pacarnya. Tidak butuh waktu lama kabar aku dan Fitri berpacaran menyebar di kalangan sekolah saat itu. Fitri yang memang juga suka pada ku dan memiliki perilaku sombong dengan menceritakan siapa saja pasangannya pada setiap temannya membantu ku untuk terdengar normal dengan menjadi pacarnya. Berjalan mungkin dua minggu aku mencoba memberanikan diri mengajaknya kesebuah warnet yang memiliki skat-skat yang cukup tinggi. Awalnya kami hanya menonton YouTube dan membuka sosial media saja disana sambil Fitri duduk disampingku dan ku pegang tangannya.


Bergantian kami membuka akun media sosial kami dan saling bertukar password dan membahas isi postingan dalam facebook kami. Lalu aku menyenderkan kepalaku padanya, terkadang mencium pipinya berulang kali. Tapi apa yang terjadi, tidak sedikit pun kemaluan ku bangun dan bereaksi dengan keadaan itu. Lalu Fitri izin ke toilet, saat itulah aku membuka link vidio porno berharap kemaluan ku bangun karena melihat pria dalam film tersebut. Saat kemaluan ku sudah bangun, aku mencoba mempertahankannya untuk tetap seperti itu dan menyelipkan tab itu di halaman layar tanpa aku tutup. Ketika Fitri kembali duduk disampingku, tangan ku mencoba merangkulnya kembali dan mengarah perlahan ke arah kemaluannya sambil pura-pura aku salah menekan halaman dan membuka kembali Vidio porno itu. Namun ternyata Fitri tidak menyukai hal itu, tangan ku disingkirkannya dari paha itu dan dia melihat kearah ku. Seketika aku sadar dan menutup halaman itu lalu meminta maaf kepadanya karena hal itu.


"Sorry dek, kamu marah kepada ku?" aku mencoba memberi jarak kepadanya agar dia merasa nyaman kembali. Lalu Fitri dengan lembut bertanya kepadaku,"Masih berapa lama lagi kita disani kak? karena jika masih lama saya akan pulang sendiri saja tugas dari pak Widodo masih belum aku kerjakan." Aku menjadi gagu saat itu karena sikap lembut wanita itu, lalu aku menyeleseikan bermain hari itu dan pulang bersamanya.

Setelah kejadian hari itu aku bingung saat bertemu dengan Fitri baik di luar atau di sekolah. Tanpa kata putus dari ku atau pun dari dirinya, kami mulai mengurangi kebersamaan kami berdua dan setelah cukup lama berpisah, berita kalau aku sudah memiliki pacar sampai ke Fitri. Saat itu aku tidak berpacaran dengan Lisa, hanya Lisa dan teman-temannya yang menganggap respon dan kebaikan ku pada Lisa menandakan aku suka dan mulai berpacaran dengan Lisa. Karena kejadian itu Fitri mencoba mencari tahu langsung padaku, walaupun aku jelaskan aku tidak berpacaran dengan Lisa, dia tetap mengatakan perkataan bijak menurut nya.

Fitri berkata, "Kakak harus menjaga Lisa dan tidak boleh sembarang dalam melakukan hal-hal bodoh nantinya. Karena lisa sepertinya adalah wanita baik." begitulah kalimat yang keluar dari Fitri, entah dari mana dia kenal Lisa. Padahal Lisa adalah kakak tingkatnya serta mereka pun tidak saling mengenal sepengetahuan ku saat itu.

Aku merasa diri ini cukup unik di ciptakan oleh tuhan, aku berpikir seharusnya aku bersyukur karena ternyata aku memiliki banyak kisah cinta dengan wanita. Masa SMA ku cukup terselamatkan dengan cerita-cerita cinta dengan Fitri dan juga Lisa yang tidak sempat aku mulai sama sekali. Hingga akhirnya, saat naik ke kelas tiga SMA mama menyuruh ku pindah ke kota Palembang karena disana aku bisa menjadi alasan untuk mempererat hubungan keluarga mama dengan Tante yang sudah lama tidak bertemu. Walaupun aku menolak saat itu, rasanya hanya akan menyakiti orang tua ku saja. Sudah aku jelaskan bahwa sangat tanggung memindahkan ku kesana karena sebentar lagi akan kelulusan, mama tetap saja berharap aku mau untuk pindah kesana.

Memberikan saran bahwa yang lebih baik pindah saat itu adalah Raffa, mama malah merasa khawatir karena saat itu Raffa sudah sangat sulit di kontrol. Raffa telah memberikan kesan buruk pada orang tua dan lingkungan disekitarnya, dia sering "ngaibon" (sebuah lem yang dijadikan beberapa orang alat untuk berfantasi karena efek sampingnya) dan juga mencuri. Mama takut jika dipindahkan jauh dari mereka hanya akan mencoreng nama baik keluarga saja dan memperburuk hubungan baik yang ingin dijalin mama dengan keluarga mama di Palembang. Mama mencoba terus menjelaskan hal itu kepadaku, terkadang mama seakan memohon kepada ku untuk hal itu. Dia merasa terlanjur bilang kalau dia akan menitipkan anaknya kesana serta meminta bantuan untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anaknya. Akhirnya aku tidak dapat menolak hal itu terjadi, pada kenaikan kelas tiga aku menyelesaikan SMA ku dengan ijasah SMA Palembang.
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts